Warga memadati badan jalan yang menjadi rute arak-arakan “tabut tebuang” atau pembuangan tabut yang menandai puncak ritual tabut yang digelar turun-temurun oleh anggota Kerukunan Keluarga Tabut (KKT) Bengkulu untuk memperingati syahidnya Imam Husein di Karbala, Irak.
Festival selama 10 hari yang acara intinya untuk memperingati kesyahidan cucu Nabi Muhammad SAW yang gugur dalam perang di Padang Karbala Irak, diisi berbagai lomba. Antara lain lomba musik dol dan lomba tari kreasi.
“Seperti tahun-tahun sebelumnya, pembuangan tabut digelar setelah Salat Zuhur,” kata Ketua KKT Bengkulu, Syiafril Syahbuddin di Bengkulu, Sabtu 30 September 2017 dilansir Antara.
Tabut tebuang berakhir dengan berdoa bersama di depan makam Imam Senggolo di Karabela, lalu melepas dan menyimpan kembali semua perlengkapan ritual tabut seperti “jari-jari” dan bendera.
Pembuangan tabut merupakan puncak rangkaian ritual tabut yang digelar 10 hari pada 1-10 Muharram atau bertepatan dengan 30 September 2017. Ritual ini bermakna membuang semua perbuatan buruk karena diyakini kebaikan pasti bisa mengalahkan kejahatan.
Arak-arakan tersebut diawali dengan rombongan penabuh musik tradisional Bengkulu, yakni dol yang ditabuh sepanjang perjalanan sejauh sekitar enam lima yang mereka lalui. Arak-arakan tersebut menyusuri jalan Jenderal Ahmad Yani, Jenderal Sudirman, Suprapto dan Jalan S Parman, kemudian berakhir di kompleks pemakaman Karabela.
Inti dari upacara selama 10 hari terhitung 1 hingga 10 Muharram itu adalah simbol mengumpulkan semua bagian tubuh Husein, lalu diarak dan dimakamkan di Padang Karbala. Adapun tahapan ritual Tabot sesuai urutan yakni mengambil tanah, duduk penja, meradai, merajang, arak penja, arak serban, gam atau masa tenang/berkabung dan arak gedang serta tabot terbuang.
Ritual tabut digelar turun-temurun oleh KKT untuk mengenang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di padang Karbala pada 10 Muharam 61 Hijriah (681 M). Perayaan tabut di Bengkulu pertama kali dilaksanakan oleh Syeh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada 1685. Syeh Burhanuddin atau Imam Senggolo pun menikah dengan wanita Bengkulu kemudian keturunannya disebut KKT terus menggelar ritual tabut hingga kini.
(Antara-News/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email