Pesan Rahbar

Home » » Kekacauan Saat Bung Karno Untuk Pertama Sekaligus Terakhir Kalinya Bertamu Ke Rumah Jenderal Ahmad Yani

Kekacauan Saat Bung Karno Untuk Pertama Sekaligus Terakhir Kalinya Bertamu Ke Rumah Jenderal Ahmad Yani

Written By Unknown on Tuesday, 22 March 2016 | 18:29:00


Presiden Soekarno memang menarik untuk dijadikan topik pembicaraan yang tiada habisnya. Maklum Presiden RI pertama ini amat berkharisma sehingga mempunyai banyak pengagum.

Salah satu cerita yang menarik tentang Presiden Soekarno adalah ketika ia bertandang ke rumah Menpangad Letnan Jenderal Ahmad Yani untuk pertama kali sekaligus yang terakhir kalinya.

bagi yang tumbuh besar pada masa pemerintahan rezim Orde Baru, pasti akrab dengan istilah ABS (asal bapak senang). Usut punya usut ternyata istilah ungkapan tersebut berasal dari sebuah nama grup musik yang biasa dibawa Presiden Soekarno ke mana-mana. Main musiknya kadang amburadul, tapi tetap saja bikin senang Bung Karno.

Putri ketiga Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani, Amelia A Yani menceritakan pengalaman tersebut saat Bung Karno berkunjung ke rumah dinas Jenderal Yani kawasan Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat.

Saat Presiden Soekarno berkunjung, semua anak-anak Jenderal Yani yang berjumlah 8 orang dibariskan untuk bersalaman dengan Presiden Soekarno, yang datang bersama rombongan grup musik kesayangannya, ABS dan istri keenamnya, Haryati.

“Itu pertama kali dan terakhir saya bertemu dan melihat Bung Karno dari dekat. Saya pribadi melihat sosoknya yang berpostur tinggi besar, pakai jas hitam. Dalam hati, ‘Oh, ini yang diceritakan bapak setiap hari, sang pemimpin besar revolusi’,” kenang Amelia.

Amelia mengenang yang terjadi saat Presiden bertandang ke rumah dinas ayahnya itu. “Bung Karno juga bawa rombongan Band ABS itu. Mainnya ‘kedombrang-kedombrang’ enggak karuan, asal bapak (Bung Karno) senang. Pemain (band-nya) Tjakrabirawa. Mainnya sampai jam 12 malam. Mereka dikasih minumnya bir, sementara tentara yang lain cuma teh manis,”. Sungguh berisik, kacau dan tidak berseni. Tapi sekali lagi, Bung Karno tetap merasa senang.

Presiden Soekarno (tengah berjas dan berkopiah hitam) bersama Jenderal AH. Nasutuion (ketiga dari kanan) dan Jenderal Ahmad Yani (kedua dari kanan) saat bertamu ke rumah Jenderal Yani di Taman Suropati

Tapi itu jadi hari-hari terakhir Jenderal Yani dan keluarga tinggal di rumah dinas Menpangad. Mereka hanya 9 bulan tinggal disitu. Sebab, keluarga Jenderal Yani, terutama sang istri, Yayu Ruliah merasa tak betah karena sering diganggu makhluk halus dan memilih pindah ke Jalan Lembang Nomor D58 lagi.

“Cuma sembilan bulan kita tinggal di rumah itu. Ibu sering diganggu makhluk halus di rumah itu. Lebih enak rumah ini (Jalan Lembang Nomor 58), bisa lebih sering ketemu dan lebih akrab juga sama bapak,” lanjut Amelia.

Di rumah Jalan Lembang Nomor 58 ini pula Jenderal Yani lebih sering menerima tamu-tamunya dari luar negeri. Rumah ini juga lebih terbuka buat para sahabat keluarga. Saking terbukanya untuk keluarga dan terutama tamu, kadang anak-anak Jenderal Yani sering merasa terganggu.

“Tamu asing banyak yang datangnya ke sini. Tamu keluar-masuk untuk bertamu itu biasa. Kalau lagi ada tamu hari minggu dan kita enggak bisa jalan-jalan. Lantas kalau tamunya enggak pergi-pergi, kita sebarin garam di lantai, sampai tamunya risih dan akhirnya pergi. Bapak sih tahu kelakuan kita itu, tapi bapak enggak pernah marah,” tutupnya.

Bung Karno memang dikenal sangat akrab dengan Jenderal Yani. Saking dekatnya, bahkan keluarga Jenderal Yani, khususnya sang Jenderal dan istrinya, sering diundang secara informal ke istana untuk sekadar ngobrol bersama Bung Karno yang sering menyambut dengan mengenakan sarung dan kaos oblong robek.

Amelia membocorkan satu rahasia. Bapaknya adalah kesayangan Bung Karno karena sangat loyal dan setia kepada pemimpin dan negara, serta berprestasi dan berpikiran cemerlang. Sang Bapak pernah menceritakan bahwa Bung Karno pernah berkata kepada Bapaknya bahwa Bung Karno menginginkan Jenderal Yani yang menggantikan dirinya sebagai Presiden.

Presiden Soekarno menangis tersedu-sedu di pusara Letjen Ahmad Yani saat pemakaman para pahlawan revolusi pada 5 Oktober 1965

Isu Jenderal Yani yang diinginkan oleh Bung Karno untuk menggantikannya sebagai Presiden sudah menjadi rahasia umum di kalangan menteri-menteri anggota kabinet. Namun sayangnya sebelum semua itu terwujud, Jenderal Yani keburu dihabisi oleh Gerombolan G30S di rumah Jalan Lembang No. 58 tersebut pada Jumat dinihari 1 Oktober 1965.

(Dari-Berbagai-Sumber/Memobee/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: