Pesan Rahbar

Home » » Mengapa ada yang bernama Abdul Husain? Berikut Penjelasannya

Mengapa ada yang bernama Abdul Husain? Berikut Penjelasannya

Written By Unknown on Monday, 9 November 2015 | 21:53:00


Oleh: Muhammad Thabari, dalam bukunya yang berjudul “Jawaban Pemuda Syiah atas Pertanyaan-Pertanyaan Wahabi”

Tanya: Manusia hanya hamba Tuhannya. Namun mengapa sering terdengar di antara kalian ada yang bernama “Abdul Husain”, dan…?

Jawab: Penghambaan memiliki banyak makna yang berbeda:

1. Penghambaan (‘Ubudiyah) yang menjadi lawan kata Ketuhanan (Uluhiyah):
Penghambaan ini berarti ke-dimiliki-an yang mencakup seluruh makhluk hidup. Yakni mereka semuah adalah milik Tuhan dan hamba-Nya semata; karena Ia adalah pencipta seluruh makhluk. Penghambaan dalam artian seperti ini hanya untuk Allah Swt. Oleh karena itu kita selayaknya memberi nama anak-anak kita seperti Abdullah (hamba Allah), dan lain sebagainya.

Mengenai penghambaan dalam artian ini, Allah Swt berfirman:
            “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.” (Maryam: 93).

Ia juga berfirman:
            “Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi,” (Maryam:30).


2. Penghambaan yang berarti keterkalahan (ditakhlukkan):
Penghambaan seperti ini disebabkan oleh keterkalahan manusia oleh manusia lainnya, misalnya dalam peperangan.

Islam menerima penghambaan atau lebih tepatnya perbudakan ini atas syarat-syarat tertentu yang hukum-hukumnya telah dijelaskan dalam Fiqih. Orang yang terkalahkan dalam peperangan melawan kaum Muslimin, wewenang terhadapnya akan berada di tangan Hakim Syar’i secara total, dan Hakim Syar’i pun dapat memilih satu dari tiga hal ini: Membebaskan tanpa menerima gharamat (kompensasi), Membebaskan dengan mengambil gharamat, atau menawannya (menahan).

Jika Hakim Syar’i memilih untuk menawannya, orang tersebut akan menjadi budak/hamba bagi Muslimin. Oleh karena itu dalam kitab-kitab Fiqih kami ada bab khusus mengenai ‘Abid dan Ama’ (para budak).
Sebagai contoh, dalam Al-Qur’an disebutkan:
            “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (An Nur: 32).


Dalam ayat tersebut Tuhan menganggap mereka sebagai para budak Muslimin. Kata “hamba” dalam ayat di atas tidak berarti “penghambaan terhadap Tuhan”.

3. Penghambaan yang berarti ketaatan dan mentaati:
Dalam referensi-referensi bahasa, penghambaan juga memiliki makna seperti ini, yakni mentaati.[1]
Oleh karena itu, kata-kata (nama-nama) seperti Abdul Rasul, Abdul Husain, dan sejenisnya, memiliki arti ketiga ini. Abdul Rasul dan Abdul Husain artinya “orang yang mentaati Rasul” dan “orang yang mentaati Husain.” Karena menurut kami mentaati Nabi dan Imam adalah wajib, jadi semua umat Islam harus mentaati mereka.

Allah Swt berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.”[2]

Sesuai yang disebutkan dalam ayat tersebut, Nabi disebut Mutha’ (yang ditaati) dan Muslimin sebagai Muthi’ (yang mentaati). Oleh karena itu, jika ada yang memberi nama anaknya seperti nama-nama di atas, itu bukan hanya tak elok, bahkan patut dipuji. Kami bangga menjadi orang-orang yang mentaati Nabi dan Imam Husain.

Hanya sekedar mengingatkan, tidak ada kebertentangan antara penghambaan kepada Allah dengan penghambaan kepada Nabi atau Imam. Karena penghambaan kepada Nabi dan Imam adalah perintah Tuhan. Jika kita mentaati dan menghamba kepada mereka berarti kita juga mentaati dan menghamba kepada Tuhan. Hanya saja, menghamba kepada selain Allah tidak boleh dalam bentuk “menyembah” kepada mereka.


Referensi:
[1] Lisan Al-Arab, dan Qamus Al-Muhith.
[2] An Nisa’: 59.

(Hauzah-Maya/ABNS)


Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: