Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menyebut Warga Negara Indonesia yang tersangkut masalah di negara-negara konflik adalah orang-orang yang punya latar belakang pendidikan yang beragam. Hal ini diungkapkan ketika bersama Kepala BNPT mengunjungi 75 WNI terduga ISIS yang dideportasi dari Turki.
“Ada yang pakar IT, (berlatar pendidikan) fisika, keuangan. Latar pendidikan mereka rata-rata well educated,” kata Khofifah usai kunjungannya bersama Kepala BNPT Suhardi di Panti Sosial Marsudi Putra Handayani Bambu Apus, Jakarta, seperti dilansir CNN Indonesia, (6/2).
Menteri Khofifah menjelaskan, 75 WNI yang diduga berafiliasi dengan ISIS ini terdiri dari 41 dewasa (24 perempuan dan 17 laki-laki) dan 34 anak-anak. Sebagian besar dari mereka berasal dari Jawa Timur. Banyak dari mereka memiliki hubungan keluarga.
“Kakek, nenek, anak dan cucu. Ada yang nenek, anak dan cucu, juga suami-istri,” kata dia.
Kepala Panti, Sulistya Ariadhi mengatakan, total 52 WNI telah dipulangkan ke Indonesia selama rentang 23-26 Januari, sementara 23 orang sisanya tiba dalam rentang 3-5 Februari. Para WNI terduga ISIS itu tidak hanya dideportasi dari Turki, tetapi ada juga WNI yang dipulangkan dari Jepang dan Singapura.
“Tanggal 3-5 Februari 20 orang, (19 dari Turki) termasuk 1 dari Jepang. Semalam (5/2) ada tiga orang dari Singapura,” kata Sulistya.
Ingin Tinggal di Negara Bersyariat Islam
Pada bulan lalu, setidaknya 5 WNI tertangkap karena diduga terkait kelompok teroris ISIS dan berhasil dideportasi. Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Komisaris Besar Martinus Sitompul menyatakan, berdasarkan hasil penyelidikan sementara, kelima WNI berangkat menuju Suriah karena ingin hidup di negara yang berlandaskan syariat Islam.
“Kami telusuri berafiliasi ke mana. Sementara motif mereka (ke Suriah) ingin hidup di negara yang berlandaskan syariat Islam,” kata Martinus di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta Selatan, seperti dikutip CNN Indonesia, (27/1).
Ia menjelaskan, kelima WNI merupakan keluarga, dengan pria berinisial TUAB (39) sebagai kepala keluarganya. Demi berangkat ke Suriah dan bergabung dengan ISIS, keluarga ini rela menjual harta bendanya.
Seperti keterangan Kemenkeu, TUAB adalah eks Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kementerian Keuangan bagian penagihan hutang yang telah memperoleh gelar master di Universitas Adelaide, Australia.
“TUAB adalah PNS Kementerian Keuangan bagian penagihan hutang, mengundurkan diri dari satu tahun yang lalu. Kemudian dia adalah lulusan S2 di Universitas Adelaide tahun 2009,” katanya.[]
(CNN-Indonesia/Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email