Pesan Rahbar

Home » » Syiah selalu menginginkan persatuan

Syiah selalu menginginkan persatuan

Written By Unknown on Sunday 8 November 2015 | 13:50:00


Tanya: Bai’at yang dilakukan imam terhadap tiga khalifah sepeninggal Nabi Muhammad Saw dimaksudkan untuk menjaga persatuan dan demi kebaikan Muslimin. Sejarah pun telah mencatat kenyataan ini. Dengan demikian, apa hukum mencaci dan melaknat orang-orang seperti mereka yang pernah hidup di permulaan era pemerintahan Islam?

Istilahnya, apakah kita bisa “lebih katolik” dari Paus? Apakah kita boleh tidak bersikap seperti imam Ali As dan tidak perlu mementingkan kemaslahatan Muslimin? Apakah kita diperbolehkan untuk memperparah kepecahan umat hanya dikarenakan beberapa permasalahan yang kurang ilmiah? Tak diragukan bahwa kita seharusnya membahas permasalahan-permasalahan mazhab kita secara dewasa dan ilmiah. Lagi pula, apa gunanya kita membangkitkan emosi dan rasa benci saudara-sauda seagama kita dan apa pandangan mazhab kita mengenai sikap yang seperti ini?

Kita telah merasakan sendiri hasil baik yang diberikan oleh didirikannya Darul Taqrib Bainal Madzahib Al Islamiyah. Misalnya, tak lama setelah Darul Taqrib tersebut didirikan dan disepakati oleh Ayatullah Borujerdi, Ayatullah Kasyiful Ghita, dan ulama-ulama Syiah yang lainnya, Syaikh Mahmud Syaltut, pimpinan Universitas Islami Al Azhar di Mesir, memberikan fatwa diperbolehkannya memeluk ajaran mazhab Syiah.

Bukankah langkah tersebut sangat baik sekali bagi kita kaum Muslimin? Bukankah memang sebaiknya kita menjaga persatuan umat dan berusaha untuk menyelesaikan berbagai masalah dengan cara berdiskusi secara ilmiah serta tidak membiarkan orang-orang tak bertanggung jawab untuk menebarkan bibit perpecahan di antara umat sehingga dengan demikian tak satu pun musuh Islam dapat menjadikannya sebagai kesempatan untuk menggulingkan ajaran agama suci ini?

Jawab: Menjaga kesatuan dan persatuan umat adalah hal yang sangat baik dengan syarat tidak menyebabkan terlupakannya ajaran dan pengetahuan agama dan ditinggalkannya tugas-tugas mazhabi serta mengandung berbagai keuntungan agamawi. Jika persatuan yang akan kita galang memiliki kriteria-kriteria seperti itu, maka jelas sekali persatuan tersebut sangat menguntungkan bagi kita.

Sayang sekali kekuatan Muslimin yang pernah didapatkan berkat mengikuti dan mengamalkan ajaran-ajaran qur’ani dan kemudian dengan kekuatan tersebut Muslimin memimpin kekuasaan besar di dunia, akibat perselisihan dan pudarnya jiwa tenggang rasa, telah mengalami kehancuran. Seluruh kekuatan yang sangat mengagumkan ini dan juga posisi strategis yang dimiliki kaum Muslimin telah hancur lebur; begitu pula keutuhan mereka.

Yang jelas, ada banyak faktor berupa ikhtilaf yang telah menyebabkan umat Islam terpecah menjadi dua golongan Ahlu Sunnah dan Syiah. Akan tetapi perlu diingat bahwa ikhtilaf di antara dua kelompok ini tidak terletak pada ushul (baca: pokok-pokok) agama, tetapi terletak pada furu’ (baca: cabang-cabang) agama.

Meskipun dalam furu’ agama kedua kelompok saling berikhtilaf, akan tetapi ikhtilaf tersebut tidak terlalu signifikan; karena kedua kelompok Sunnah dan Syiah bersama-sama bersepakat akan wajib-nya furu’ agama seperti: shalat, puasa, haji, jihad, dan lain sebagainya; dan kedua kelompok bersepakat bahwa Al-Qur’an hanya satu dan Qiblat umat Muslim juga satu.

Atas dasar inilah orang-orang Syiah di era permulaan Islam, meski diri mereka berbeda dengan yang lain, mereka tetap hidup bersama dengan mayoritas umat Muslim yang lain dan tidak pergi untuk hidup menyendiri. Selama mereka mampu, mereka tak enggan untuk saling membantu sesamanya dan bergotong royong. Oleh karenanya, kini selayaknya Muslimin menyadari persamaan akidah kita semua dalam segi ushul dan sokoguru agama. Sudah saatnya kita bangkit dari segala macam tekanan dan kesengsaraan yang telah kita rasakan bersama akibat perlakuan para musuh dan orang-orang Asing; dan marilah kita menyingkirkan perpecahan lalu bersama-sama berdiri dalam satu barisan.

Kebetulan dunia Islam sedikit demi sedikit mulai memahami kenyataan ini dan kesepakatan beberapa ulama Islam Syiah akan didirikannya Darul Taqrib merupakan salah satu bukti kesadaran ini. Begitu juga syaikh Al Azhar, dengan penuh kesadaran ia juga memahami kenyataan ini dan dengan lidahnya sendiri ia menjelaskan kenyataan ini dengan sangat jelas lalu mengumumkan persatuan umat Islam antara Sunnah dan Syiah kepada seluruh Muslimin penghuni dunia.

Sebagaimana yang telah diisyarahkan dalam pertanyaan di atas, perkara ini tidak bertentangan dengan pembahasan ilmiah – historis dalam permasalahan-permasalahan akidah. Begitu juga perdebatan dan perbincangan Sunnah – Syiah harus terus dilanjutkan dengan bentuk dan cara sebaik mungkin supaya kegelapan dapat menjadi terang dan hakikat kebenaran dapat dimengerti oleh semua orang. Dan sikap seperti ini tidak boleh ternodai oleh fanatisme dan kebohongan.

Kita berharap Tuhan akan memberikan hidayahnya kepada orang-orang yang selalu fanatik dan berniat jahat. Semoga umat Islam dengan persatuan yang mereka galang bersama, dapat mencapai kembali keagungan dan kemenangan yang telah mereka capai di era permulaan Islam. Sesungguhnya Ia maha pendengar dan pengabul doa.

Disadur dari buku Islam, Dunia dan Manusia, karya Allamah Thabathabai.

(Hauzah-Maya/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: