Joko Widodo saat berpidato dalam pembukaan Kongres III Persatuan Alumni GMNI, Jakarta, Jumat 7 Agustus 2015 (Foto: Liputan6.com)
Presiden Joko Widodo menghadiri Kongres III Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (PA GMNI) yang digelar di Hall C Ji-Expo Kemayoran, Jakarta Pusat.
Dikutip dari Liputan6.com, dalam sambutannya, Jokowi mengajak masyarakat untuk kembali mengingat pidato Bung Karno saat membuka Konferensi Besar GMNI di Kaliurang, Yogyakarta pada 17 Februari 1959 silam.
Jokowi menjelaskan, dalam pidato tertulis tersebut Bung Karno menyampaikan, Marhaenis adalah setiap pejuang dan setiap patriot bangsa yang mengorganisir berjuta-juta kaum Marhaen. Mereka adalah yang bersama-sama dengan tenaga rakyat hendak menumbangkan sistem yang menindas serta tidak berperikemanusiaan dan berperikeadilan.
“Kita tidak boleh meninggalkan rakyat, para pembantu rumah tangga, pedagang kecil, buruh, petani, guru, hingga tukang cuci pakaian, rakyat di perbatasan dan pulau-pulau terluar, dan rakyat kecil lainnya yang belum sepenuhnya merasakan kemerdekaan dan benar-benar berdaulat dalam arti sesungguhnya. Kita tidak boleh berjarak dengan rakyat, menjadi steril dari rakyat,” ujar Jokowi, Jumat 7 Agustus 2015.
Namun dalam mewujudkan kesejahteraan nasional, imbuh Jokowi, jalan yang ditempuh oleh bangsa yang majemuk ini akan mendapatkan sejumlah tantangan yang harus dihadapi. Perbedaan kerap dijadikan alasan untuk memunculkan konflik horisontal atau tidakan kekerasan dengan mengatasnamakan agama, ras ataupun golongan.
“Kita juga harus melindungi dan memberi rasa aman pada segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, dari tindakan perdagangan manusia dan kejahatan kemanusiaan lainnya,” papar Jokowi.
Tantangan yang dihadapi generasi muda Indonesia saat ini, lanjut Jokowi, juga tidak kalah besarnya. Generasi muda juga menghadapi bahaya narkoba yang jumlah penggunanya meningkat dari waktu ke waktu. Jumlah kematian akibat penyalahgunaan narkoba juga mengkhawatirkan.
Tantangan lainnya adalah kemiskinan, keterbelakangan dan ketimpangan. Karena belum semua warga negara memiliki akses listrik. Masih banyak rakyat di kawasan perbatasan dan pulau-pulau terluar belum mendapatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang memadai.
“Kita harus berani tegas dalam menghadapi ancaman terhadap kepentingan nasional, tanpa kompromi menghadapi para mafia yang merugikan kepentingan nasional kita. Mulai dari mafia migas, mafia impor sampai mafia illegal fishing,” tutup Jokowi yang juga diberi kesempatan untuk membuka Kongres III PA GMNI.
(Liputan-6/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email