Pesan Rahbar

Home » » Analisis Wakil Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Sosial Tata: Neo-Islamis India; Kesempatan Atau Ancaman

Analisis Wakil Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Sosial Tata: Neo-Islamis India; Kesempatan Atau Ancaman

Written By Unknown on Friday 22 September 2017 | 20:35:00


Neo-Islamis adalah sebuah kelompok di India yang menganggap dirinya sebagai muslim dan mayoritas mencari materialisme dan mengumpulkan kekayaan.

Menurut laporan IQNA, Neo-Islamis memublikasikan bentuk Islam di tengah-tengah kelompok Ahlusunnah, yang sama sekali tidak selaras dengan esensi ajaran-ajaran Islam. Mereka mayoritas mencari materialisme dan menumpuk kekayaan dan menyalahgunakan amalan-amalan agama untuk menunjukkan superioritas mereka di komunitas muslim.

Dalam kondisi saat ini dimana gerakan ekstrem Hinduisme telah menekan umat muslim yang lemah, neo-Islamis tidak peduli dengan masalah ini dan sibuk dengan kehidupannya sendiri.

Harus dikatakan bahwa bentuk Islam ini didasarkan pada sistem yang lemah dan tidak adanya seorang pemimpin spiritual yang kuat.

Dalam hal ini, Rumah Kebudayaan Iran di Mumbai mengkaji kriteria ini dan dampak-dampak negatif mereka di masyarakat India.

Dalam pembahasan ini yang ditulis Shaaban Abdel, Wakil Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Sosial Tata di kolega Tuljapur India dikemukakan: umat muslim termasuk masyarakat India paling kurang pada abad ke 21 dan pada tahun-tahun terakhir kebijakan minoritas memiliki dampak paling negatif terhadap mereka.

Neo-Islamis telah memperkenalkan bentuk baru Islam sebagai hasil hubungan mereka dengan Barat Asia. Dampak-dampak agamis dan budaya negara Barat Asia telah merubah sejumlah perilaku budaya umat muslim India secara signifikan. Cadar dalam beberapa tahun lalu adalah hal yang asing bagi muslim India; namun kini di sebagian titik negara ini amatlah marak.

Sebagian perilaku ini menyebabkan munculnya konflik di kalangan masyarakat agamis dan menentang partisipasi efektif para wanita dalam sejumlah aktivitas sehari-hari sosial, politik, dan ekonomi.

Melihat lebih dalam tentang masalah muslim India menunjukkan bahwa Tradisionalisme (tendensi ke Sunnah keliru dan menyalahi Islam) di kalangan muslim dan Neo-muslim juga menjadi faktor dekadensi sosial, ekonomi, pendidikan dan popularitas buruk mereka.

Sebagai contoh tiga talak, menjauhi penentuan mahar layak untuk para wanita dan mengambil hak-hak kepemilikan para wanita di tengah-tengah sebagian kelompok muslim yang sudah marak dan dianggap sebagai sebuah ideologi yang dapat dijustifikasi; sementara kesemuanya ini menyalahi makna keadilan dalam Islam dan moderasi.

Meski persyaratan dan akses terhadap fasilitas-fasilitas ekonomi yang tidak selektif, telah membentuk interaksi muslim dengan lembaga pendidikan, namun afrimasi tradisionalisme akan bahasa Urdu dan sekolah-sekolah berbahasa Urdu mengakibatkan pengabaian sejumlah bahasa modern, seperti Inggris.

Banyak sekali para pelajar muslim di sejumlah sekolah pribumi biasa atau sekolah-sekolah berbahasa Urdu belajar di bawah infrastruktur dan para pengajar lemah serta kualitas rendah.

Urdu bukan bahasa pertama negara India dan bukan bahasa komersil. Dengan demikian, para pelajar yang lulus dari sekolah berbahasa Urdu atau sekolah-sekolah agama bergabung dengan para pekerja paruh waktu, kehilangan keterampilan atau sejumlah pekerjaan dalam tingkat yang rendah.

Di propinsi Maharashtra, 46% para pelajar muslim mendaftar di sejumlah sekolah semacam ini, yang menjadi contoh konkrit akan dekadensi muslim.

Jumlah pelajar yang meninggalkan sekolah di seantero negara dan pasca SMA sangatlah tinggi. Sedikit sekali para pelajar yang tamat SMA kemudian melanjutkan ke universitas atau kolega menengah dan mayoritas mereka tidak mampu menghubungkan bagian ekonomi modern dan atau mendapatkan pekerjaan yang penuh keuntungan.

Para elite muslim juga untuk menjaga posisi kastanya dengan memperkuat pemikiran gelap dan publikasi metode Neo-Islami, benar-benar menjalankan secara stategis. Komunitas Muslim tidak memiliki sekolah modern dan institusi pendidikan tinggi, terutama dalam ilmu sosial. Dengan demikian, mereka tidak dapat memublikasikan telaah baru dan cepat melakukan perbaikan.

Di penghujung harus dikatakan bahwa Neo-Islamis juga seperti Neo-Hinduisme, yang menciderai Pluralisme India dan tidak memiliki manfaat bagi umat muslim dan mayoritas mencari keuntungan-keuntungan pribadinya.

(IQNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: