Presidium KAHMI Anies Baswedan dalam
pertemuan dengan sejumlah cendekiawan muslim yang difasilitasi KAHMI
Nasional dan Universal Justice Network di Jakarta, beberap waktu lalu,
mengatakan, "Negara harus hadir dan tegas dalam menghadapi virus
intoleransi dan kebencian yang berkembang."
Rektor Universitas Paramadina Jakarta
tersebut lebih lanjut menanggapi kekhawatiran para cendekiawan terhadap
virus intoleransi dan kebencian yang berkembang. Virus ini membuat orang
dengan mudah bisa membunuh orang lain. Kondisi ini dianggap bahaya
karena bisa menimbulkan chaos. Soalnya manusia dengan mudah bisa
mengafirkan orang lain sehingga bisa memicu konflik dan manusia di dunia
tidak bisa hidup damai.
"Negara juga tidak boleh diam saja menghadapi kondisi itu," tegas Anies.
Sementara itu DR. Haidar Bagir menambahkan, negara bisa menertibkan masalah intoleransi jika menegakkan hukum.
Namun, lanjut dia, hal itu juga harus
diimbangi dengan introspeksi oleh umat muslim sendiri. Yakni jika umat
muslim tidak bisa memperjuangkan aspirasi dengan cara garang.
Melainkan, dilakukan dengan penuh toleran. "Dakwah juga harus dilakukan dengan lembut supaya orang lain simpati," kata dia.
Menurut dia, perlu perombakan dalam sistem
pendidikan Islam. Selama ini, ia beranggapan, pendidikan tidak
melahirkan orang-orang yang berpikiran kritis.
Contohnya jika ada provokasi melalui pesan
singkat, sambung dia, orang dengan mudah meneruskan mengirimkan pesan
itu hingga tersebar luas.
Padahal, lanjut dia, bisa saja isi pesan itu provokasi yang membuat orang dengan mudah membunuh orang lain.
"Kalau ada orang bicara jelek tentang orang
lain, bicara buruk tentang musuhnya, harus kritis. Pendidikan kita
mengajarkan orang jadi robot. Mestinya, pendidikan mengajarkan akhlak
untuk memiliki kasih sayang dan toleran, bukannya mengafirkan orang
lain. Paradigma pendidikan harus dirombak untuk melahirkan pemikiran
kritis," ujarnya.
Sumber: Metrotv News
Post a Comment
mohon gunakan email