Buku Tadzkirah karangan Amir Jamaah Ansharut Tauhid(JAT), Ustadz Abu Bakar Baasyir, diduga menjadi salah satu penyebab maraknya aksi perampokan yang dilakukan para teroris, terhadap bank dan toko-toko emas di Indonesia.
Dikutip dari situs berita RIMAnews, Buku tersebut melegalkan seorang teroris melakukan aksi perampokan atau fa’i, untuk kegiatan pencarian dana demi mendukung aksi terorisme.
“Mulanya, para teroris tersebut ragu untuk melakukan perampokan. Supaya merampok itu mendapat legitimasi maka dia pakai bukunya Abu Bakar Baasyir yang berjudul Tadzqirah,” kata Kapolri, Jenderal Pol Sutarman, seusai mengunjungi salah seorang anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror yang menjadi korban penembakan saat penggerebekan di Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan, Kamis (2/1).
Densus 88 telah menggerebek sebuah rumah kontrakan di Gang H Hasan, Jalan KH Dewantoro, RT 04 RW 07, Kelurahan Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa (31/12). Rumah kontrakan tersebut disewa oleh kelompok teroris Nurul Haq alias Dirman dkk, yang merupakan bagian dari jaringan Abu Roban.
Enam orang, termasuk Nurul Haq dan Dayat alias Daeng, tewas ditembak saat petugas terlibat aksi baku tembak dengan pelaku. Selain itu, satu anggota Polri juga tertembak di bagian kaki.
Polisi menyita sejumlah barang bukti dari lokasi pengerebakan, salah satunya adalah uang sejumlah 200 juta rupiah. Uang itu diduga hasil perampokan yang dilakukan kelompok Dayat terhadap Bank BRI unit Panongan, Kabupaten Tangerang, pada Selasa (24/12).
Lebih lanjut di situs itu ditulis bahwa selain merampok, tak jarang para teroris yang beroperasi di Indonesia mendapat dukungan dana dari jaringan teroris internasional atau asing. Tetapi, karena bantuan dana dari asing itu sudah dapat dicegah, kini mereka beralih dengan melakukan aksi perampokan untuk mendanai kegiatannya.
Sutarman menambahkan kelompok terduga teroris yang ditangkap di Ciputat, merupakan jaringan teroris Abu Roban yang memiliki koneksi jaringan terorisme internasional. “Kelompok Abu Roban ini terkoneksi dengan jaringan internasional, yakni Osama Bin Laden,” imbuhnya.
Pada kesempatan itu, Sutarman juga menjelaskan sosok Nurul Haq. Nurul Haq adalah salah satu terduga teroris yang berencana akan berangkat ke Suriah dalam misi bom bunuh diri. Persiapan Nurul Haq untuk melakukan aksi yang dianggap jihad di Timur Tengah itu sudah matang. Bahkan, lanjut Sutarman, Nurul Haq telah memiliki paspor untuk berangkat ke negeri yang sedang dilanda perang saudara tersebut.
“Yang bersangkutan juga telah menyiapkan target, untuk melakukan aksi teror pengeboman saat perayaan Natal dan Tahun Baru. Beruntung, menjelang perayaan Tahun Baru rencana aksi kelompoknya tidak berlangsung. Polisi lebih dahulu melakukan penggerebekan,” tegas Sutarman.
Di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, anak dari Dayat yang berusia lima tahun diambil sampel DNA-nya. Pengambilan sampel DNA digunakan sebagai pembanding dengan enam jenazah para terduga teroris lainnya.
Muzdalifah (55), wanita yang mengaku ibu dari enam terduga teroris, mengatakan keluarga dari enam terduga teroris menolak proses identifikasi yang kini tengah dilakukan tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri.
Mereka berharap enam jasad tersebut segera diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan. Rencananya, enam jenazah akan dimakamkan di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur.
Enam jenazah terduga teroris itu yaitu Daeng alias Dayat alias Hidayat, Nurul Haq alias Dirman, Oji alias Tomo, Rizal alias Teguh alias Sabar, Hendi, dan Edo alias Amril, masih diidentifikasi di RS Polri.
Di tempat terpisah, dua rumah di Perumahan Mega Sentul, Sektor Alamanda, RT 02 RW 08 Desa Pasir Laja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, digeledah petugas Detasemen Khusus 88 Antiteror Markas Besar Kepolisian pada Rabu (1/1) sekitar pukul 18.00 WIB. Dalam penggerebekan tersebut empat orang petugas Densus menangkap pemilik rumah yang diketahui bernama Saduloh Rozak, 40 tahun.
“Iya tadi sekitar jam setengah 7 malam Mang Rozak dibawa oleh empat orang yang berpakaian hitam dan membawa senjata api,” kata Havid, 19 tahun, keponakan Rozak.(ZM)
(Rima-News/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email