Pesan Rahbar

Home » » Ketika Artis Berubah Menjadi Ustadz, Islam Manjadi Aneh Dan Asing

Ketika Artis Berubah Menjadi Ustadz, Islam Manjadi Aneh Dan Asing

Written By Unknown on Tuesday 12 July 2016 | 22:30:00


Sahabat-sahabat, tulisan ini sama sekali tidak hendak membandingkan antara Syaikhona KH Hamim Jazuli-Ploso (Gus Miek RA) dengan Tengku Wisnu. Sama sekali tidak. Sebab, dalam diri dan keyakinan Shuniyya, keduanya sama sekali tidak sebanding keilmuanya.

Adapun Gus Miek, telah terbukti kontribusinya dalam dakwah bil makruf, merangkul semua golongan, dari mulai ulama besar hingga kaum bromocorah dan para penghuni lembah hitam atau dunia kemaksiatan. Masterpiece Yang Mulia Mbah Yai Miek antara lain Majlis Dzikrul Ghofilin dan Jantiko Mantab.

Majlis dzikir dan semaan Al Quran yang sebelumnya tidak terbayang oleh siapapun. Bahkan hingga kini, Dzikrul Ghofilin dan Jantiko Mantab semakin banyak yang mempelajari dan mengaguminya.

Di kisahkan, Yang Mulia Mbah Yai Miek, setiap akan mengisi materi pengajian di Ploso sejak masa remajanya, selalu dimulai dengan mengirimkan Al Fatihah kepada para wali sejagad. Sehingga "hanya" untuk membaca serangkaian Al Fatihah beliau merelakan waktu sampai 2 jam lamanya. Berkirim Al Fatihah. Subhanallah. Itu perilaku orang yang telah jelas dakwahnya. Jelas kontribusinya bagi Islam rahmat bagi alam semesta.

Lalu muncullah generasi baru, generasi layar kaca, mendadak ustadz, yang salah satunya bernama Tengku Wisnu. Dalam sebuah acara TV swasta, dengan entengnya, menyatakan Surat Al Fatihah bukan surat untuk kirim-kiriman

Sebenarnya, bagi kita yang faham, kita biarkan saja. Ibarat kata, jika ada anjing menggonggong, kafilah berlalu. Bukan malah kafilahnya ikut menggonggong.

Permasalahan yang harus diperhatikan ialah, saat orang awam yang sama sekali tidak fahamnya dengan Tengku Wisnu itu terpengaruh dan lebih berkiblat pada publik figur yang sempat menjadi idola remaja di eranya, ketimbang percaya dengan para Kyai yang jelas mumpuni ilmunya dan hanya mengabdikan hidupnya demi menegakan ajaran islam.

Sudah saatnya, kita "turun gunung" untuk memberantas virus-virus kebencian terhadap amaliyah Aswaja, untuk generasi Isalam mendatang lebih ramah dan bijak. Tidak asal menghakimi dan mensesat-sesatkan orang lain.

Pilihan kita hanya satu: Apakah generasi penerus kita mendatang adalah Generasi Mbah Yai Miek, atau kita ingin anak cucu kita menjadi Generasi Tengku Wisnu? Aku menanti jawabmu...


Penulis: Shuniyya Ruhama (Pengajar Pondok Pesantren Al Istiqomah Weleri-Kendal)
Editor: Fauzan Adzlim Purnama.


(Al-Jazera-News/Tasbih-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: