Pesan Rahbar

Home » » Abu Bakar Merujuk ke 'Ali Bin Abi Thalib

Abu Bakar Merujuk ke 'Ali Bin Abi Thalib

Written By Unknown on Wednesday 5 April 2017 | 01:27:00


Karena ‘Ali as sangat luas ilmunya, maka Abû Bakr dalam setiap kesulitan selalu merujuk kepadanya. Di bawah ini beberapa contoh tentang merujuknya Abû Bakar kepada ‘Ali bin Abî Thâlib as.

Dari ‘Ali as dan sesungguhnya Abû Bakar bermusyawarah dengannya dalam memerangi orang-orang yang murtadd (kembali lagi ke ajaran yang salah) setelah Abû Bakar melaksanakan musyawarah dengan para sahabat, kemudian para sahabatnya itu tidak sepakat dengannya, maka dia berkata kepada Imam ‘Ali, “Apa yang kamu katakan wahai Abû Al-Hasan?” Beliau berkata, "Aku katakan padamu, jika kamu meninggalkan sesuatu dari apa yang diambil oleh Rasûlullâh saw dari mereka, maka kamu menyalahi sunnah Rasûlullâh saw." Dia berkata, “Jika kamu katakan demikian, sungguh aku akan memerangi orang-orang yang murtadd sekali pun para sahabat itu mencegahku."

Dari Yahyâ bin Burhân: Sesungguhnya Abû Bakr minta petunjuk kepada ‘Ali as dalam memerangi orang-orang yang murtadd , maka beliau berkata, "Sesungguhnya Allah menyatukan shalat dan zakat (dalam satu ayat), dan Dia tidak rela untuk dipisahkan." Maka ketika itu Abû Bakr berkata, “Kalaulah para sahabat mencegahku, niscaya aku akan memerangi kaum yang murtadd karena ke-murtadd -annya sebagaimana Rasûlullâh saw telah memerangi mereka atasnya."

Dari Muhammad bin Al-Munkadir berkata: Sesungguhnya Khâlid bin Al-Walîd telah menulis surat kepada Abû Bakar bahwasanya telah didapatkan seorang lelaki di pinggiran ‘Arab disetubuhi sebagaimana disetubuhinya wanita. Dan Abû Bakar mengumpulkan beberapa orang dari sahabat Rasûlullâh saw karena kasus tersebut, di antara mereka ada ‘Ali bin Abî Thâlib dan beliau pada waktu itu adalah orang yang paling tegas bicaranya, maka beliau berkata, "Sesungguhnya ini adalah dosa yang tidak pernah dilakukan oleh ummat-ummat selain satu ummat, lalu mereka lakukan sebagaimana kalian telah tahu, aku putuskan kalian membakarnya dengan api." Maka Abû Bakar menulis surat kepada Khâlid untuk membakarnya dengan api.

Dari Ibnu ‘Umar: Sesungguhnya orang-orang yahudi telah datang kepada Abû Bakar, lalu mereka bertanya, “Sebutkanlah sifat sahabatmu kepada kami." Abû Bakar berkata, "Wahai kaum yahudi, aku pernah bersamanya di dalam gua seperti dua jariku ini (berdekatan), dan aku telah mendaki Gunung Hirâ` sedang jari kelingkingku pada jari kelingkingnya, namun menceritakan tentangnya saw itu (dengan suara) keras, dan ini ada ‘Ali bin Abî Thâlib." Maka mereka menghadap kepada ‘Ali as, lalu bertanya, "Wahai Abû Al-Hasan, terangkanlah pada kami sifat putra pamanmu itu." Maka ‘Ali as berkata, "Rasûlullâh saw itu tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, beliau fauqar rib‘ah, kulitnya putih agak kemerahan, rambutnya bergelombang namun tidak keriting, panjang rambutnya sampai arnabahnya, dahinya luas matanya ad‘aj, daqîq masrabah burâq tsanayâ, hidungnya mancung, lehernya seperti teko perak, mempunyai bulu dari labatihi sampai pusarnya seakan akan batang misik yang hitam, tidak ada bulu pada jasadnya dan dadanya selain itu, sya`in kaf dan qadam, apabila berjalan seakan-akan tercopot dari batu besar, bila menoleh dia menoleh dengan semua badannya, jika berdiri tertutup manusia (tidak kelihatan beda karena tinggi), dan jika duduk lebih tinggi dari orang-orang (duduk dengan menegakkan tulang punggung), jika berbicara pembiacaraannya membuat orang-orang diam, jika berkhotbah, khotbah beliau membuat orang-orang menangis, beliau paling penyayang kepada sesama, kepada anak-anak yatim begaikan ayah yang penyayang, kepada para janda bagaikan tulang punggung yang mulia, orang yang paling pemberani, paling penolong dan paling pagi wajahnya (paling segar), busananya ‘abâ, makanannya roti gandum, lauk pauknya susu, bantalnya kulit yang diisi sAbût dari pohon kurma, alas tidurnya ummu ghailân murammal bisyarith, beliau punya dua serban salah satunya disebut sahâb dan yang lainnya disebut ‘iqâb, pedangnya bernama Dzul Faqqâr, panji-panjinya Al-Gharrâ`, untanya Al-‘Adhbâ`, baghalnya (peranakan antara kuda dan keledai) bernama Duldul, keledainya Ya‘fûr, kudanya Murtajiz, kambingnya Barakah, tongkatnya Al-Mamsûq, benderanya Al-Hamd, beliau mengikat unta, memberi makan ternak (nâdhih), menambal pakaian, dan menjahit sandal."

(Abu-Zahra/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: