Kasihan Jamaah Mamat dan Mimin
Siapa sebetulnya yang menjadi pemenang dalam Pilkada Jakarta? Umat Islam? Bukan. Ormas-ormas Islam "garis unyu"? Juga bukan. Yang menang adalah kaum politisi dan pengusaha. Yang menang adalah "kaum elit"-nya, bukan "massa" atau "rakyat kecilnya".
Rakyat bawah, umat Islam di Jakarta khususnya, hanya diberi "permen" iming-iming "gubernur Islam", "Jakarta Syariah", "tiket masuk surga", dlsb. Ditambah bonus-bonus dunia fantasi seperti rumah 350 juta DP 0%, subsidi 3 M, ojek terbang, dlsb.
Yang memberi mereka "permen" itu tentu saja adalah para pimpinan ormas Islam yang rela memanipulasi agama, membajak ayat, dan menipu Tuhan demi kemenangan paslon mereka. Para pimpinan ormas itu tentu saja "perpanjangan tangan" dari para politisi dan pengusaha tadi. Para pemimpin ormas Islam hanya dipakai sebagai "pengumpul suara" dan penggerak massa karena mereka yang mempunyai akses ke massa bawah. Tentu saja bukan cuma-cuma mereka rela "bule-tekle" melakukan itu.
Maka, begitu "pesta" usai dan Anies-Sandi dinyatakan unggul, berpesta poralah mereka para pengusaha, politisi, lengkap dengan tim sukses oke-oce seperti foto di bawah ini. Yang satu sedang berpesta-pora di Leon Resto and Bar sambil berminum-minum ria, satunya lagi sedang berpesta pora sambil bermakan-makan ria dimana para pengusaha China-non-Muslim juga larut bergembira ria di dalamnya. Yang berbaju merah-hijau adalah ibu Sandi Uno (Syar'i banget, kan? he he).
Coba kalian perhatikan: dimana "jamaah Mamat dan Mimin"? Apakah mereka ikut makan-minum dalam pesta? Mereka teriak-teriak kapir-aseng setiap hari, kehujanan-kepanasan demo berjilid-jilid, memaki sana-sini sampai lambene ndower, tapi giliran "pesta" usai, ya sudah selesai juga nasib Mamat dan Mimin. Mereka ditinggalkan.
Jamaah Mamat dan Mimin sepanjang massa dikadalin dan dikibulin oleh para elit politik, elit agama, dan elit bisnis. Kampanye "Jakarta Syariah" hanyalah jargon, kampanye "gubernur Muslim" hanyalah modus dan alat propaganda, dan "tiket masuk surga" tentu saja adalah "gombal mukiyo". Tapi rupanya jamaah Mamat dan Mimin suka dengan semua ini sehingga membuat mereka "sakauww" alias mabuk kepayang.
Para politisi dan pengusaha tahu karakter jamaah Mamat dan Mimin di Jakarta yang memiliki sentimen etnis-agama yang tinggi dan gampang dimainin dan diprovokasi dengan isu-isu murahan dan berita-berita manipulatif seperti "China-kapir" di belakang Ahok. Padahal "China-kapir" di belakang Anies-Sandi berjibun yang turut melawan Ahok karena ladang-ladang bisnis mereka terancam. "Para naga" itu justru di belakang Anies-Sandi. Atau, kampanye Anies-Sandi sebagai "figur Islami"? Islami dari Hong Kong?
Mari kita turut bersimpati kepada jamaah Mamat dan Mimin yang selalu menjadi korban politik kotor dan perselingkuhan kaum elit politik, bisnis, dan agama. Tapi jamaah Mamat dan Mimin itu memang antik: dikasih tahu begini eh malah marah-marah, ngamuk, ngumpat-ngumpat dan menuduh kapir-liberal, antek aseng-asong. Karena itu, saya sering bertanya-tanya: Mamat dan Mimin itu berasal dari species apa sih?
Sumber tulisan: Sumanto Al Qurtuby
Komentar mengejutkan netizen:
"Ini bukan poto editan karna salahsatunya adalah saudara temen saya dan dia pun share ini di grup klrg besar mereka dlm rangka merayakan kemenangan anis sandi!! Ini bukan fitnah dan dusta!!"
Yang bilang berita ini hoax...Silahkan cek link CNN.
GRUP LIPPO jadi beking rumah DP NOL RUPIAH...
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170420131018-92-208910/lippo-jadi-pengembang-pertama-yang-siap-bangun-rumah-tanpa-dp/?utm_medium=oa&utm_campaign=cnnsocmed&utm_source=facebook
Lippo Tertarik Program Bangun Rumah DP Nol Persen
Direktur Grup Lippo John Riady menghitung dengan biaya membangun apartemen Rp160 juta per unit, maka pengusaha bisa untung jika diperbolehkan jual Rp350 juta. (Foto: CNN Indonesia/Safyra Primadhyta).
Grup Lippo tertarik mewujudkan janji kampanye calon kuat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berupa program uang muka (down payment/DP) rumah Rp0.
"Tertarik. Kalau ada program yang bisa meningkatkan daya beli masyarakat, itu buat kami baik sekali dan kami akan mendukung," tutur Direktur Grup Lippo John Riady usai menghadiri The Indonesia Summit 2017 di Hotel Shangri-La Jakarta, Kamis (20/4).
Menurut putra konglomerat James Riady ini, membangun tempat tinggal seharga Rp350 juta dengan DP Rp0 sangat mungkin dilakukan di DKI Jakarta. Apalagi jika bentuknya hunian bertingkat seperti apartemen.
John mengilustrasikan, satu unit apartemen di Singapura atau Hong Kong seluas 40 meter persegi (m2) dengan satu kamar mandi bisa menampung satu keluarga dengan empat orang.
"Kalau untuk 1 meter persegi ongkos bangunnya sekitar Rp3 juta, berarti total ongkosnya Rp120 juta. Kalo ongkos bangunnya Rp4 juta total harganya cuma Rp160 juta. Dengan cost 1 unit adalah Rp160 juta, dijual Rp300-an juta sangat mungkin," jelasnya.
Pemerintah Provinsi, lanjut John, bisa membantu dalam hal penyediaan tanah. Dengan demikian, pengembang bisa menghemat biaya penyediaan tanah.
Pusat perbelanjaan dan properti grup Lippo di Karawaci. (www.lippokarawaci.co.id)
Perlu Komunikasi
John mengaku belum bertemu secara langsung dengan pasangan calon Gubernur Anies Baswedan- Sandiaga Uno untuk membahas lebih lanjut kelangsungan program tersebut.
"Kan baru kemarin terpilih. Jadi belum ada komunikasi secara khusus untuk ini. Mungkin dalam hari-hari ke depan ini kami silaturahmi, sekalian memberi selamat, dan minta masukan di mana kita bisa kerja sama," ujarnya.
John mengapresasi pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta yang relatif lancar. Bagi pelaku usaha, kestabilan politik merupakan hal penting.
Ke depan, John berharap pembangunan infrastruktur di ibukota tetap berjalan, macet teratasi, tidak lagi banjir, serta warga Jakarta semakin sejahtera.
"Kami mengucapkan selamat kepada Bapak Gubernur kita yang baru, Pak Anies dan Pak Sandi dan kami yakin mereka akan membawa Jakarta ke arah yang lebih maju, damai dan sejahtera," ujarnya.
----
Catatan redaktur: Judul berita diubah pada Jumat (21/4) pukul 08.30 WIB, dari semula "Lippo Jadi Pengembang Pertama yang Siap Bangun Rumah Tanpa DP" agar tidak terjadi kesalahan interpretasi terhadap isi berita. Atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan, redaksi meminta maaf.
(Info-Teratas/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email