Pesan Rahbar

Home » » Sunni adalah partai pendukung Abu Bakar, Umar, Usman dan Mu’awiyah

Sunni adalah partai pendukung Abu Bakar, Umar, Usman dan Mu’awiyah

Written By Unknown on Wednesday 16 July 2014 | 00:08:00


Ahlusunnah memang tidak identik dengan mengikuti Muawiyah tapi mereka tidak pernah mau menyalahkannya dalam berbagai pelanggaran dan penyimpangannya. Yang setuju dengan Muawiyah tidak hanya Salafy tapi juga banyak dari ulama Ahlusunnah.

Abubakar Diangkat Dengan Cara Brutal.
Salah satu hukum sosial itu adalah bahwa setiap masyarakat selalu akan mengangkat seorang pemimpin yang mengatur dan menyelenggarakan kepentingan mereka. Pemimpin itu bisa kepala suku, lurah, camat, bupati, raja, sultan, khalifah, presiden, CEO, manager, dan lain-lainnya.

Ulama Syi’ah : “Abu Bakr, dia manusia hebat, beliau sangat memikirkan umat, bahkan beliau memikirkan umat melebihi Nabi SAW”,
Ulama Sunni : “kok bisa Abu Bakr lebih memerhatikan umat daripd Nabi?”
Ulama Syi’ah : “Iya, beliau (Abu Bakr) lebih memikirkan umat, lihatlah Nabi SAW saat detik terakhir tidak menunjuk Pengganti beliau, shg Umat nyaris terpecah (Peristiwa Saqifah), tapi Abu Bakr menjelang ajal dia menunjuk seseorang pengganti (Umar bin Khattab- ditunjuk Abu Bakr utk menggantikan posisi Khalifah, silahkan buka semua rujukan baik sunni maupun Syiah, 100% mengatakan Umar ditunjuk Abu Bakr menjadi Khalifah pengganti) untuk umat, jadi Abu Bakr lebih memikirkan umat dibanding Nabi SAW kan,”

Kebenaran yang dipaksakan.
Sepeninggal Rasul, kaum Anshar dan sebagian Muhajirin melakukan rapat mendiskusikan siapa pengganti Rasul. Kaum Anshor mengadakan rapat pengangkatan khalifah dimana tidak ada satupun dari empat sahabat yang hadir disana, karena para sahabat masi terlalu sibuk utk mengurus jenazah baginda Rasul.

Mendengar rapat tiba-tiba tersebut, Umar bersikeras mengajak Abu Bakar untuk segera kesana karena ditakutkan pengangkatan khalifah akan dilakukan sepihak oleh kaum Anshor.

Khalifah yang pertama berasal dari kaum Muhajirin. Keadaan beginikah yang diinginkan Islam ? Imam Ali tidak diundang hadir dalam musyawarah ini, yang selanjutnya memutuskan Abu Bakar sebagai Khalifah Pertama.  Pada masa Abubakar, Golongan pendukung Ali sangat kecewa dan menunjukkan protes dan selanjutnya membentuk kekuatan baru di belakang layar.

Khalifah Golongan Sunni (pendukung Abu Bakar, Umar, Usman dan Mu’awiyah).
Ahlussunnah Waljamaah berkeyakinan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah menunjuk seseorang sebagai penggantinya. Sunni percaya bahwa penerus Rasul harus dipilih secara musyawarah, tidak harus punya hubungan darah langsung.

Muhammad Tijani pemah menyindir seorang ulama Sunni dengan berkata bahwa Abu Bakar sesungguhnya lebih berilmu daripadu Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar mengetahui bahwa Nabi harus menunjuk, seseorang sebagai penerusnya untuk menjaga agar system dan masyarakat tetap teratur. Abu Bakar mununjuk Umar sebagai penerusnya. Akan tetapi, Nabi Muhammad tidak menyadari tugas penting ini bahwa masyarakat Islam membutuhkan seorang pemimpin berkualitas setelah ia tiada, atau Nabi Muhammad tidak menganggap penting tentang siapa yang akan menjalankan roda kepemimpinan setelahnya.

Masalahnya adalah kepemimpinan. Apakah permasalahan ini tidak begitu penting bagi Nabi Muhammad atau apakah ia tidak sungguh*-sungguh menghadapinya? Tentu saja, Nabi Muhammad menanggapinya sungguh-sungguh dan ia pasti telah menunjuk pengganti (khalifah) yang paling berkualitas sebagai pemimpin negara Islam dan penjaga syariah (hukum Allah) bahkan dalam peristiwa ghadir khum Nabi sudah menyebut siapa pengganti selepas beliau, lalu mengapa tidak ditaati ?.

Pertanyaan lain yang muncul adalah: Siapakah yang lebih cakap dalam menunjuk khalifah. Allah SWT dan Rasul-Nya atau kaum Muslimin? Apakah Islam didasarkan pada demokrasi ( (pemerintah dipilih oleh masyarakat) ataukah teokrasi ( kerajaan Allah dimuka bumi ini ?) Sejarah Islam membuktikan bahwa pemerintahan setelah Nabi Muhammad SAW tiada didasarkan pada prinsip, demokrasi ataupun teokrasi. Hanya beberapa orang saja berkumpul di Saqifah Bani Saidah dan mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah sedangkan Ali tengah sibuk mengurus jenazah Nabi Muhammad SAW di Madinah.

Dapatkah kita memilih seseorang Rasul melalui musyawarah?
Hal yang samapun berlaku dalam menunjuk pengganti Rasul, Karena Allah Maha tahu siapa yang lebih berkualitas untuk kedudukan ini. Akan nampak aneh jika seorang wakil seorang pemimpin ditunjuk oleh orang lain dan bukan oleh dirinya. Wakil Allah (atau Rasul) hanya ditunjuk oleh Allah (atau Rasul), dan hal. ini bukan urusan manusia.

Banyak contoh dalam Quran ketika Allah menyatakan bahwa Dialah yang berhak menunjuk penurus di muka bumi. Allah Yang Maha tinggi berfirman:
Hai Daud, kami telah menjadikanmu penguasa ( penerus ) di muka bumi ini ….” (QS.Shad : 26)
dan “ Kami telah menjadikanmu (Ibrahim) penguasa (pemimpin) bagi manusia” (QS. Al – Baqarah : 124 ).

Khalifah / Imam bagi umat manusia ditunjuk oleh Allah SWT. Lihat pula surah al – Baqarah ayat 30 mengenai Nabi Adam as, bahkan ketika ingin pergi ke Miqaat Nabi Musa as tidak meminta kaumnya membentuk sebuah syura untuk menunjuk seorang wakil baginya. Quran menyatakan bahwa Musa berkata:
Ya, Allah tunjuklah bagiku seorang wakil, (yaitu) Harun saudaraku…… (Allah) bersabda: “Kami perkenankan permohonanmu hai, Musa!” (QS. Tha Ha :29-36).

Allah Yang Maha tinggi berfirman: “Sesungguhnya kami telah memberi kitab kepada Musa dan menunjuk Harun sebagai wakilnya. “ (QS. al-A’raf :142).

Perhatikanlah bahwa ukhlifni dan khalifa (khalifah) berasal dari akar kata yang sama.
Dalam kaitannya dengan hal ini, mari kita perhatikan hadis Shahih al-Bukhari yang menarik berikut ini. Rasulullah SAW berkata kepada Ali:
Kedudukanmu bagiku bagaikan Harun bagi Musa, hanya saja tiada rasul , setelahku.

Nabi Muhammad SAW bermaksud menyatakan bahwa sebagaimana Nabi Musa as menunjuk Nabi Harun as untuk menjaga kaumnya saat ia pergi ke Maqat (bertemu Allah), Nabi Muhammad menunjuk Ali untuk menjaga Islam setelah ia wafat.

Ayat Quran mengenai Nabi Harun as di atas menunjukkan bahwa bahkan Nabi tidak menunjuk wakil/penerus dirinya, tetapi Allah-lah yang menunjuknya. Nabi Musa bermohon kepada Allah agar Harun menjadi wakilnya dan Allah memperkenankan permohonan Nabi Musa as.

(Berbagai-Sumber-lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: