Pesan Rahbar

Home » » Abu Bakar RA, Umar RA dan Usman RA diriwayatkan telah melarang haji tamattu’ yang justru dihalalkan oleh Nabi SAW

Abu Bakar RA, Umar RA dan Usman RA diriwayatkan telah melarang haji tamattu’ yang justru dihalalkan oleh Nabi SAW

Written By Unknown on Tuesday, 9 September 2014 | 14:37:00


Abu Bakar, Umar dan Usman Melarang Haji Tamattu’.
‘Dalam hal ini ketiga sahabat Nabi yaitu Abu Bakar RA, Umar RA dan Usman RA diriwayatkan telah melarang haji tamattu’ yang justru dihalalkan oleh Beliau:

ثنا حجاج ثنا شريك عن الأعمش عن الفضيل بن عمرو قال أراه عن سعيد بن جبير عن بن عباس قال تمتع النبي صلى الله عليه و سلم فقال عروة بن الزبير نهى أبو بكر وعمر عن المتعة فقال بن عباس ما يقول عرية قال يقول نهى أبو بكر وعمر عن المتعة فقال بن عباس أراهم سيهلكون أقول قال النبي صلى الله عليه و سلم ويقول نهى أبو بكر وعمر

Hajjaj menceritakan kepada kami, Syarik menceritakan kepada kami dari Al A’masy dari Al Fudhail bin Amr ia berkata tampaknya dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas, ia berkata “Nabi SAW bertamattu’ “. Lalu Urwah bin Zubair berkata “Abu Bakar dan Umar telah melarang tamattu’! “. Maka Ibnu Abbas berkata “Apa yang dikatakan Urayyah?”. Ia menjawab “Ia berkata Abu Bakar dan Umar telah melarang tamattu’ “. Ibnu Abbas berkata “Tampaknya mereka akan binasa! Aku katakan ‘Nabi SAW bersabda’, ia justru berkata ‘Abu Bakar dan Umar melarang’ “. (Hadis riwayat Ahmad dalam Musnad Ahmad hadis no 3121, Syaikh Ahmad Syakir berkata tentang hadis ini “Sanadnya Shahih”).

عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ قَالَ اخْتَلَفَ عَلِيٌّ وَعُثْمَانُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا وَهُمَا بِعُسْفَانَ فِي الْمُتْعَةِ فَقَالَ عَلِيٌّ مَا تُرِيدُ إِلَّا أَنْ تَنْهَى عَنْ أَمْرٍ فَعَلَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا رَأَى ذَلِكَ عَلِيٌّ أَهَلَّ بِهِمَا جَمِيعًا 
Dari Said bin Al Musayyab yang berkata ” Ali dan Usman berselisih paham tentang haji tamattu’ di tempat yang bernama Usfan. Ali berkata kepada Usman “Engkau tidak menginginkan kecuali melarang perkara yang pernah dilakukan Nabi SAW”. Maka ketika Ali tetap pada pendiriannya, Beliau menunaikan haji dan umrah sekaligus’. (Shahih Bukhari Kitab Al Hajj Bab Tamattu’, Iqran dan Ifrad hadis no 1569).

حدثني يحيى عن مالك عن بن شهاب عن محمد بن عبد الله بن الحارث بن نوفل بن عبد المطلب انه حدثه انه سمع سعد بن أبي وقاص والضحاك بن قيس عام حج معاوية بن أبي سفيان وهما يذكران التمتع بالعمرة إلى الحج فقال الضحاك بن قيس
لا يفعل ذلك الا من جهل أمر الله عز و جل فقال سعد بئس ما قلت يا بن أخي فقال الضحاك فإن عمر بن الخطاب قد نهى عن ذلك فقال سعد قد صنعها رسول الله صلى الله عليه و سلم وصنعناها معه

Yahya menyampaikan kepadaku (hadis) dari Malik dari Ibnu Shihab bahwa Muhammad bin AbduLLAAH bin Al Harits bin Nawfal bin Abdul Muttalib memberitahukan kepadanya bahwa pada tahun ketika Muawiyah bin Abi Sufyan pergi haji, ia mendengar Sa’ad bin Abi Waqqash dan Dhahhak bin Qais mendiskusikan tamattu’ di antara umra dan haji. Dhahhak bin Qais berkata “Hanya seseorang yang tidak memperdulikan ALLAAH SWT yang akan melakukan hal itu”. Sedangkan Sa’ad berkata “Betapa salahnya apa yang telah engkau katakan, wahai anak sudaraku”. Dhahhak berkata “Umar bin Khattab melarang hal itu”, dan Sa’ad berkata “RasuluLLAAH SAW melakukannya dan kami melakukan itu dengannya”. (Hadis dalam Al Muwatta Imam Malik bin Anas, Kitab Haji Bab Haji Tamattu’ hadis no 763).

Mereka langgar nash.


Haji Tamattu’ adalah sunnah Nabi. Apa dalilnya..

Ibnu Abbas berkata: “Orang-orang Muhajirin dan orang-orang Ansor dan isteri-isteri Nahi Shallallahu’alahi Was Sallam, berihrom di Haji wada’ dan kami pun berihrom.

Maka setelah kami sampai di Mekah Rasulullah Shallallahu’alahi Was Sallam berkata: ‘Jadikanlah ihrommu untuk haji menjadi untuk umroh selain orang yang menuntun hadyu.’

Lalu kami berthawaf di bait (Allah) dan (sa’i) di Shafa dan Marwah, dan (setelah tahallul) kami menggauli isteri-isteri dan mengenakan pakaian (biasa), dan beliaupun bersabda: ‘Barang siapa telah menuntun hadyu maka tidak boleh bertahallul baginya sehingga hadyu sampai waktu penyembelihannya.’

Lalu beliau perintahkan kami pada sore hari Tarwiiyah supaya berihrom untuk haji, maka setelah selesai dari pekerjaan-pekerjaan haji, kami datang (di masjid haram) lalu kami thawaf di bait (Allah) dan sa’i di Shafa dan Marwah. Maka telah sempurnalah haji kami dan kami wajib membayar hadyu.”(H.R. Bukhari).

Ibnu Abbas berkata: “Lalu mereka mengumpulkan dua ibadah dalam satu tahun, antara haji dan umrah, maka sesungguhnya Allah telah menurunnkan (keterangan) nya dalam kitabnya dan RasulNya telah menyunahkannya dan memperbolehkannya bagi orang-orang selain penduduk Mekah. Allah berfirman: ‘Yang demikian itu bagi yang keluargannya tidak tinggal di tanah haram.’”(H.R. Bukhari).

Abu Bakar, Umar dan Usman Melarang Haji Tamattu’

Seputar bukti adanya pelarangan Haji Tamattu’,
Hajjaj menceritakan kepada kami, Syarik menceritakan kepada kami dari Al A’masy dari Al Fudhail bin Amr ia berkata tampaknya dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas, ia berkata “Nabi Shallallahu’alahi Was Sallam bertamattu’ “.

Lalu Urwah bin Zubair berkata: ”Abu Bakar dan Umar telah melarang tamattu’”.
Maka Ibnu Abbas berkata ”Apa yang dikatakan Urayyah?”. Ia menjawab ”Ia berkata Abu Bakar dan Umar telah melarang tamattu’ ”.

Ibnu Abbas berkata ”Tampaknya mereka akan binasa! Aku katakan ’Nabi Shallallahu’alahi Wass Sallam bersabda’, ia justru berkata ’Abu Bakar dan Umar melarang’ ”. (HR. Ahmad, hadits Shohih)
Dari Said bin Al Musayyab yang berkata: “Ali dan Utsman berselisih paham tentang haji tamattu’ di tempat yang bernama Usfan.

Ali berkata kepada Usman : ‘Engkau tidak menginginkan kecuali melarang perkara yang pernah dilakukan Nabi Shallallahu’alahi Was Sallam’.
Maka ketika Ali tetap pada pendiriannya, Beliau bertalbiyah menunaikan haji tamattu’.” (HR. Bukhari)
Dari sini, Utsman pun melarang orang – orang melakukan haji tammattu’ dan Ustman pun mengetahui bahwa hal itu pernah dilakukan di masa Nabi Shallallahu’alahi Was Sallam.

Sebelumnya mohon maaf jika tulisan ini akan mengundang rasa tidak enak di kalangan sebagian kaum muslimin. Adalah hak siapapun untuk mencintai dan mengutamakan tokoh-tokoh tertentu apalagi para Sahabat Nabi. Mereka para sahabat Nabi SAW adalah pribadi-pribadi yang memiliki keutamaan yang tinggi. Walaupun begitu sudah jelas Tidak setiap apapun yang dilakukan oleh para Sahabat Nabi itu selalu benar. Mereka terkadang berijtihad dalam menghadapi suatu masalah.

Sayangnya adalah sudah jelas bahwa ketika suatu nash telah ditetapkan maka tidak ada lagi tempat untuk berijtihad. Sejarah mencatat ternyata ada di antara mereka para sahabat Nabi SAW yang telah benar-benar menyalahi nash yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW. Kali ini dipaparkan perselisihan berkenaan dengan Haji Tamattu’. Dalam hal ini ketiga sahabat Nabi yaitu Abu Bakar RA, Umar RA dan Usman RA diriwayatkan telah melarang haji tamattu’ yang justru dihalalkan oleh Rasulullah SAW.

ثنا حجاج ثنا شريك عن الأعمش عن الفضيل بن عمرو قال أراه عن سعيد بن جبير عن بن عباس قال تمتع النبي صلى الله عليه و سلم فقال عروة بن الزبير نهى أبو بكر وعمر عن المتعة فقال بن عباس ما يقول عرية قال يقول نهى أبو بكر وعمر عن المتعة فقال بن عباس أراهم سيهلكون أقول قال النبي صلى الله عليه و سلم ويقول نهى أبو بكر وعمر

Hajjaj menceritakan kepada kami, Syarik menceritakan kepada kami dari Al A’masy dari Al Fudhail bin Amr ia berkata tampaknya dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas, ia berkata ”Nabi SAW bertamattu’ ”. Lalu Urwah bin Zubair berkata ”Abu Bakar dan Umar telah melarang tamattu’! ”. Maka Ibnu Abbas berkata ”Apa yang dikatakan Urayyah?”. Ia menjawab ”Ia berkata Abu Bakar dan Umar telah melarang tamattu’ ”. Ibnu Abbas berkata ”Tampaknya mereka akan binasa! Aku katakan ’Nabi SAW bersabda’, ia justru berkata ’Abu Bakar dan Umar melarang’ ”. (Hadis riwayat Ahmad dalam Musnad Ahmad hadis no 3121, Syaikh Ahmad Syakir berkata tentang hadis ini “Sanadnya Shahih”).

عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ قَالَ اخْتَلَفَ عَلِيٌّ وَعُثْمَانُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا وَهُمَا بِعُسْفَانَ فِي الْمُتْعَةِ فَقَالَ عَلِيٌّ مَا تُرِيدُ إِلَّا أَنْ تَنْهَى عَنْ أَمْرٍ فَعَلَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا رَأَى ذَلِكَ عَلِيٌّ أَهَلَّ بِهِمَا جَمِيعًا

Dari Said bin Al Musayyab yang berkata “ Ali dan Usman berselisih paham tentang haji tamattu’ di tempat yang bernama Usfan. Ali berkata kepada Usman “Engkau tidak menginginkan kecuali melarang perkara yang pernah dilakukan Nabi SAW”. Maka ketika Ali tetap pada pendiriannya, Beliau menunaikan haji dan umrah sekaligus’. (Shahih Bukhari Kitab Al Hajj Bab Tamattu’, Iqran dan Ifrad hadis no 1569).


حدثني يحيى عن مالك عن بن شهاب عن محمد بن عبد الله بن الحارث بن نوفل بن عبد المطلب انه حدثه انه سمع سعد بن أبي وقاص والضحاك بن قيس عام حج معاوية بن أبي سفيان وهما يذكران التمتع بالعمرة إلى الحج فقال الضحاك بن قيس
لا يفعل ذلك الا من جهل أمر الله عز و جل فقال سعد بئس ما قلت يا بن أخي فقال الضحاك فإن عمر بن الخطاب قد نهى عن ذلك فقال سعد قد صنعها رسول الله صلى الله عليه و سلم وصنعناها معه

Yahya menyampaikan kepadaku (hadis) dari Malik dari Ibnu Shihab bahwa Muhammad bin Abdullah bin Al Harits bin Nawfal bin Abdul Muttalib memberitahukan kepadanya bahwa pada tahun ketika Muawiyah bin Abi Sufyan pergi haji, ia mendengar Sa’ad bin Abi Waqqash dan Dhahhak bin Qais mendiskusikan tamattu’ di antara umra dan haji. Dhahhak bin Qais berkata “Hanya seseorang yang tidak memperdulikan Allah SWT yang akan melakukan hal itu”. Sedangkan Sa’ad berkata “Betapa salahnya apa yang telah engkau katakan, wahai anak sudaraku”. Dhahhak berkata “Umar bin Khattab melarang hal itu”, dan Sa’ad berkata “Rasulullah SAW melakukannya dan kami melakukan itu dengannya”. (Hadis dalam Al Muwatta Imam Malik bin Anas, Kitab Haji Bab Haji Tamattu’ hadis no 763).

Semua riwayat di atas dengan jelas menyatakan bahwa Abu Bakar, Umar dan Usman telah melarang haji tamattu’ yang justru telah dihalalkan oleh Rasulullah SAW. Dalam hal ini sudah jelas Rasulullah SAW lebih layak dijadikan pegangan sebagaimana yang dinyatakan Imam Ali dan para sahabat lainnya.
Walaupun begitu timbul pertanyaan Mengapa ketiga sahabat tersebut melarang sesuatu yang justru merupakan Sunnah Rasulullah SAW? Adakah mereka bertiga tidak mengetahuinya? Bukankah melarang Sunah Rasulullah SAW adalah suatu bid’ah, atau itu sebenarnya bukan bid’ah? Adakah itu adalah Ijtihad mereka demi maslahat tertentu?. Pertanyaan usil yang akan membuat sebagian orang mendelik sambil berkata “Jangan mencaci sahabat Rasul”.

Aduhai wahai engkau, tidakkah dikau melihat tidak ada cacian disini karena yang ada hanyalah sebuah paparan. Mungkin bagimu kecintaan kepada sahabat Nabi telah menjadi dogma yang berubah rasanya “bahwa Sahabat tidak patut dikritik dan mereka selalu benar”. Tetapi bagi sebagian yang lain “Rasulullah SAW selalu jadi yang utama” .

Ok deh mari kita lepaskan semua atribut yang tidak jelas. Saya cuma bingung saja setelah membaca hadis ini. Kira-kira penjelasan apa yang paling tepat dalam menjelaskan hadis di atas. Ketiga sahabat tersebut tentunya adalah sahabat Nabi SAW yang saya yakin akan berusaha mengamalkan Sunnah Rasulullah SAW. Atau mungkin hadis ini patut dipertanyakan kebenarannya? tapi bagaimana ya  


Salam damai.

(Syiah-Ali/Sconprince/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: