Menurut yang diajarkan oleh riwayat-riwayat kita, umur anak-anak dapat dibagi menjadi dua bagian: tujuh tahun pertama dan kedua, yang seharusnya sikap kita terhadap mereka untuk kedua fase tersebut tidaklah sama.
Hujjatul Islam Ali Himmat Banari, Pimpinan Divisi Kajian Tarbiah Islami dan Akhlak di Pusat Kajian Jamiah Musthafa saat diwawancarai oleh wartawan Shabestan tentang bagaimana cara mengasah kerativitas anak-anak secara Islami mengatakan, “Dalam ilmu psikologi moderen, manusia dikategorikan sebagai anak-anak sejak lahir hingga berusia 12 tahun. Sedangkan dalam Islam manusia disebut anak-anak selama ia belum baligh. Dalam riwayat-riwayat kita masa kanak-kanak dibagi menjadi dua fase yang tiap fasenya adalah tujuh tahun. Sikap kita pun dalam kedua fase tersebut harus berbeda.”
Beliau menambahkan, “Banyak sekali riwayat-riwayat yang menganjurkan kita untuk merangsang kreativitas anak-anak. Misalnya kita dianjurkan untuk membebaskan anak-anak berbuat sesuka hati mereka, namun tetap dikontrol, yang sekiranya tidak terlalu bebas dan juga tidak dikekang.”
Menurut riwayat-riwayat kita, anak-anak seharusnya bebas bermain sesuka hati selama tujuh tahun pertama sehingga kreativitas mereka benar-benar terlatih dan berkembang. Lalu pada tujuh tahun kedua mereka hendaknya diberi tanggung jawab.
Beliau menjelaskan, “Salah satu cara membuat anak-anak lebih kreativ adalah dengan cara membuat anak Anda bertanya-tanya tentang sesuatu. Orang tua bisa menciptakan suatu kondisi bagi anak-anak sehingga mereka terpaksa bertanya-tanya lalu bergegas mencari jawabannya.”
Kemudian beliau menerangkan, “Cara lainnya adalah memberikan pilihan kepada anak-anak Anda. Dengan membuat anak-anak berhadapan dengan pilihan, mereka akan berfikir dan memutuskan apa yang mereka pilih. Hal itu juga bisa merangsang kreativitas dan kecerdasan anak.”
Beliau menambahkan, “Setelah anak-anak memilih pilihannya masing-masing, hendaknya mereka ditanya apa alasan mereka memilih pilihan-pilihan tersebut.”
Masih banyak lagi kiat-kiat Islami yang dapat kita temukan dalam riwayat-riwayat kita dalam mendidik anak-anak. Islam sebenarnya ajaran yang kaya hikmah.
(Shabestan/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email