Jan Boehmermann – Foto: ctvnews.ca
Komedian asal Jerman, Jan Boehmermann, berada dalam perlindungan polisi setelah dia membaca sebuah puisi bernada seksual tentang Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Juru bicara kepolisian mengatakan sebuah mobil patroli bersiaga di depan rumahnya.
Erdogan telah mengajukan gugatan hukum terhadap komedian satiris tersebut atas kasus yang telah memicu perdebatan di Jerman dalam hal kebebasan berbicara.
Para jaksa Jerman juga tengah menyelidiki apakah dia melanggar hukum karena telah menghina para pemimpin negara lainnya.
Sebelumnya, pada Selasa 12 April 2016, stasiun televisi nasional Jerman ZDF mengumumkan bahwa acara mingguan pembacaan puisi satire tidak akan ditayangkan pekan ini.
Mereka beralasan karena “besarnya laporan media yang berimbas kepada pada program dan presenternya”.
Belum diketahui jelas apakah ada ancaman nyata yang dialamatkan kepada Boehmermann, tetapi kepolisian Kota Koeln mengatakan kepada media Jerman: “Ketika Anda tidak bisa menyingkirkan sesuatu, maka Anda harus melakukan sesuatu”
Situs Bild melaporkan bahwa sang satiris beserta keluarganya ternyata mendapat ancaman dari para pendukung Presiden Turki. Namun komedian tersebut tidak meminta tindakan perlindungan, selain analisis risiko, kata laporan-laporan.
Boehmermann, adalah seorang pengarang puisi satire yang dikenal kritis di Jerman. Dia membacakan sebuah puisi yang bernada seksual pada program tayangan Neo Magazin Royale pada 31 Maret.
Perbuatannya itu telah melanggar undang-undang Jerman dalam hal kebebasan berbicara, pada pasal 103 tentang penghinaan terhadap para perwakilan negara lain.
Puisi itu berisi referensi seksual berhubungan dengan kambing dan domba, dan tudingan bahwa Erdogan menindas kaum minoritas Turki.
Sebelumnya televisi Jerman lainnya menayangkan lagu satire yang isinya menyindir Presiden Erdogan. Tayangan lagu satire itu berakibat dipanggilnya utusan diplomatik Jerman oleh pemerintah Turki.
Pada kesempatan itu, baik Jerman maupun Uni Eropa menekankan bahwa kebebasan pers tidak dapat diganggu gugat.
Kali ini Kanselir Angela Merkel ikut bersuara dalam kasus yang melibatkan warganya, dia mengatakan kepada Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu bahwa puisi yang dibacakan Boehmermann itu “menyinggung”.
Puisi itu sendiri telah dihapus dari situs stasiun televisi ZDF.
Meskipun sejumlah penonton mengeluhkan tayangan tersebut, Kanselir Merkel sendiri dikritik oleh lawan-lawan politiknya. Mereka mengatakan Merkel membahayakan kebebasan berbicara yang menopang kesepakatan Uni Eropa-Turki dalam hal pengembalian para migran yang kembali dari pulau-pulau di Yunani.
Hannelore Kraft, Perdana Menteri negara bagian North-Rhine Westphalia tempat satiris itu tinggal, menuangkan tulisan dalam Twitter, bahwa kebebasan satire adalah bagian dari demokrasi Jerman.
“Kita tidak boleh menempatkan hal ini ke dalam suatu keragu-raguan. Tentu saja ini tidak melalui tekanan politik eksternal,”tulisnya.
Pada hari Selasa 12 April 2016 Merkel menekankan bahwa kesepakatan dengan Turki tidak ada hubungannya dengan tindakan hukum yang dihadapi Jan Boehmermann. “Kebebasan pers, pendapat dan ilmu pengetahuan berlaku dan benar-benar terpisah dari hal itu,” tegasnya.
Kanselir Jerman itu diharapkan akan mengunjungi Turki dalam beberapa hari mendatang, untuk membuka sarana yang dibangun untuk para pengungsi dengan dana yang dikucurkan dari Uni Eropa.
Namun, pada hari Senin, juru bicaranya menegaskan tidak ada rencana lawatan dalam waktu dekat.
(BBC-Indonesia/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email