Pesan Rahbar

Home » » Mamah Dedeh, Muslimat Yang Belum Paham Islam Nusantara

Mamah Dedeh, Muslimat Yang Belum Paham Islam Nusantara

Written By Unknown on Wednesday 12 October 2016 | 03:22:00


Mamah Dedeh adalah salah satu Muslimat NU namun ternyata belum paham juga dengan wacana Islam Nusantara, pada sebuah acara TV beliau bicara sebagai berikut, “Dan bahwa saya mengumumkan dari panggung aksi Indosiar pada malam hari ini, siapapun Anda di negeri tercinta, Allah SWT mengatakan “wa ma arsalnaka illa rahmatalli’alamin” . Nabi Muhammad diutus oleh Allah memberikan rahmat bagi segenap alam, bukan Islam Nusantara, bukan, coret. Saya sangat tidak setuju '' dan beliau juga menambahkan bahwa Islam Nusantara tidak ada dalam Alquran dan hadits.

Tentu saja, pemikiran seperti yang diungkap oleh Mamah Dedeh itu mencerminkan ketidak mengertian terhadap ide Islam Nusantara. Anggapan bahwa ide Islam Nusantara itu berbahaya sekaligus merusak Islam jelas pandangan yang perlu diluruskan, jika yang dibuat patokan hanya tekstualitas Al-quran dan hadits banyak yang ada sekarang ini tidak disebutkan didalamnya. Pemikiran seperti ini tidaklah pantas diucapkan oleh orang yang berilmu.

Jelas tak ada yang aneh dan berbahaya dari ide Islam Nusantara. Seperti dinyatakan NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, Islam Nusantara merujuk pada fakta sejarah penyebaran Islam di wilayah Nusantara dengan cara pendekatan budaya, tidak dengan doktrin yang kaku dan keras.

Islam di Nusantara didakwahkan dengan cara merangkul budaya, menyelaraskan budaya, menghormati budaya, dan tidak memberangus budaya. Dari pijakan sejarah itulah, NU akan bertekad mempertahankan karakter Islam Nusantara yaitu Islam yang ramah, damai, terbuka dan toleran. Presiden Jokowi juga telah menyatakan dukungannya secara terbuka atas model Islam Nusantara, yaitu Islam yang penuh sopan santun, Islam yang penuh tata krama dan penuh toleransi.

Maka, Islam Nusantara adalah Islam yang khas ala Indonesia. Gabungan nilai Islam teologis dengan nilai-nilai tradisi lokal, budaya, dan adat istiadat di Tanah Air. Karakter Islam Nusantara menunjukkan adanya kearifan lokal di Nusantara yang tidak melanggar ajaran Islam, namun justru menyinergikan ajaran Islam dengan adat istiadat lokal yang banyak tersebar di wilayah Indonesia.

Kehadiran Islam tidak untuk merusak atau menantang tradisi yang ada. Sebaliknya, Islam datang untuk memperkaya dan mengislamkan tradisi dan budaya yang ada secara tadriji (bertahap). Bisa jadi butuh waktu puluhan tahun atau beberapa generasi. Pertemuan Islam dengan adat dan tradisi Nusantara itu kemudian membentuk sistem sosial, lembaga pendidikan (seperti pesantren) serta sistem Kesultanan (KH. Said Aqil Siraj: 2015). Tradisi itulah yang kemudian disebut dengan Islam Nusantara, yakni Islam yang telah melebur dengan tradisi dan budaya Nusantara.

(Muslimoderat/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: