Pesan Rahbar

Home » » Putin Bertemu Raja Jordan, Tidak Ada Solusi Militer Untuk Krisis Suriah

Putin Bertemu Raja Jordan, Tidak Ada Solusi Militer Untuk Krisis Suriah

Written By Unknown on Tuesday 31 January 2017 | 03:11:00

Presiden Rusia Vladimir Putin (Kanan) bertemu Raja Yordania Abdullah II di Moskow pada 25 Januari 2017. (Foto: AP).

Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyatakan optimismenya atas penghentian permusuhan di Suriah dan menolak opsi militer sebagai solusi untuk krisis.

Pada pertemuan di Moskow dengan Raja Abdullah II dari Yordania, Putin memuji peran Jordan dalam mendukung upaya-upaya untuk mencapai perdamaian di Suriah.

“Melalui upaya kita bersama proses ini telah berkembang menjadi keputusan yang sangat signifikan untuk mencapai – penghentian permusuhan,” kata pemimpin Rusia.

Putin merujuk pada prestasi pembicaraan damai Suriah baru-baru ini di ibukota Kazakh Astana sebagai “dasar yang baik”, mengatakan semua pihak dalam negosiasi setuju bahwa “tidak ada solusi militer terhadap krisis Suriah.”

Raja Abdullah II, dalam hal ini memuji peran Rusia dalam pembicaraan damai, mengatakan, “Tanpa Rusia, kita tidak akan dapat menemukan solusi yang tidak hanya untuk masalah Suriah tetapi masalah regional lainnya di Timur Tengah.”

Dia menyatakan harapan bahwa hasil pertemuan Astana akan membawa “masa depan yang inklusif untuk semua rakyat Suriah.”

Pada hari Selasa, pembicaraan damai Suriah ditutup di Astana, dengan Iran, Rusia dan Turki menyepakati pembentukan mekanisme trilateral untuk mendukung gencatan senjata di negara ini dan memonitor kemungkinan pelanggaran.

Dukungan Jordan untuk pembicaraan Astana datang meskipun negaranya merupakan sekutu dekat Arab Saudi. Tidak adanya Arab Saudi maupun Qatar, dalam pertemuan internasional sebelumnya di Jenewa Swiss, merupakan diantara yang menonjol.

Pemerintah Suriah telah menyuarakan ketidaksetujuannya untuk kehadiran Riyadh dan Doha dalam pembicaraan damai Suriah di Astana mengingat dukungan mereka terhadap militan bersenjata, yang telah mendatangkan malapetaka di negara Arab itu.

Amerika Serikat tidak turut dalam pembicaraan Astana. Iran telah menolak kehadiran Washington dalam perundingan damai Suriah. Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif mengatakan bahwa tidak ada undangan bersama yang disampaikan untuk Amerika Serikat untuk berpartisipasi dalam pembicaraan Suriah.

Menteri Luar Negeri Kazakh Kairat Abdrakhmanov (Tengah) membaca pernyataan akhir hasil pembicaraan perdamaian Suriah di Astana pada 24 Januari 2017 (Foto: AFP).

Pernyataan pembicaraan akhir bersama, yang dibacakan oleh Menteri Luar Negeri Kazakhstan Kairat Abdrakhmanov, menggarisbawahi pentingnya menjaga kedaulatan nasional Suriah.

Iran, Rusia dan Turki menekankan bahwa tidak ada solusi militer untuk konflik Suriah dan bahwa krisis hanya bisa diselesaikan melalui proses politik yang didasarkan pada implementasi penuh Resolusi Dewan Keamanan PBB 2254.

Ketiga negara juga sepakat untuk mengawasi gencatan senjata di negara Arab untuk menjamin komitmen semua pihak untuk gencatan senjata Suriah dan mencegah kemungkinan pelanggaran gencatan senjata.

Di tempat lain dalam pernyataan, Iran, Rusia dan Turki mendukung kehadiran oposisi bersenjata Suriah dalam negosiasi yang disponsori PBB, yang dijadwalkan akan diadakan di Jenewa Swiss pada tanggal 8 Februari. Pihak oposisi dilaporkan menyatakan ketidakpuasannya atas pernyataan itu, tetapi menegaskan kembali komitmennya untuk melindungi kedaulatan, kemerdekaan dan integritas wilayah Suriah sebagai negara demokrasi.

(AP/AFP/Mahdi-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: