Pesan Rahbar

Home » » Bakti Etnis Tinghoa dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Bakti Etnis Tinghoa dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Written By Unknown on Wednesday, 9 March 2016 | 13:50:00

Foto : detik.com

” …. soal pribumi atau tidak hanyalah persoalan perhitungan waktu, kapan leluhur mereka pertama datang ke Indonesia. Hal inilah yang mungkin perlu disadari oleh mereka yang hingga kini menebar kebencian terhadap etnis Tionghoa. Seperti kata Glinka, yang lebih dulu datang tentu tidak boleh men-cap yang datang kemudian sebagai non-pribumi”. (Partai Tionghoa Indonesia, 1932)

Berakhirnya rezim Orde Baru berhasil membuka lembaran baru bagi etnis Tionghoa. Segala macam bentuk kebijakan represif Orde Baru terhadap orang Tionghoa dihapuskan. Imlek ditetapkan sebagai hari libur nasional. Bahasa Mandarin mulai diajarkan di sekolah-sekolah.

Tidak hanya itu, lahir juga orang-orang Tionghoa seperti Kwik Kian Gie, atau Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang hari ini menjabat Gubernur DKI Jakarta. Stereotip negatif yang selama ini dilekatkan kepada keturunan Tionghoa perlahan-lahan terkikis. Dekonstruksi sejarah juga menjadi hal yang penting untuk diperhatikan agar kita mampu melihat sejarah Tionghoa dari perspektif yang adil sejak dalam pikiran.


Dari Lagu Indonesia Raya hingga Dapur Umum Para Pejuang

Dalam peristiwa ’’Geger Pacinan’’ tahun 1740 di Batavia, sekitar 10.000 orang Tionghoa dibantai. Akan tetapi jarang diungkap bahwa peristiwa itu kemudian memunculkan nama Kapiten Sepanjang (Souw Phan Chiang) yang berhasil menjalin aliansi dengan tentara Jawa guna melawan VOC. Nama RA Tan Peng Nio, yang kelak menjadi komandan pasukan perempuan awal-awal pada zaman Mataram Islam, juga sering luput dari penulisan sejarah.

Begitu pula harian Sin Po, sebuah surat kabar Tionghoa berbahasa Melayu yang terbit di Hindia Belanda sejak tahun 1910 hingga era setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1965. Pertama kali diterbitkan di Jakarta sebagai surat kabar mingguan pada 1 Oktober 1910. Sin Po kemudian berubah menjadi surat kabar harian 2 tahun kemudian sejak tanggal 1 April 1912.

Ketika koran-koran lain menolak menerbitkan lagu “Indonesia Raya” gubahan W.R. Supratman karena dianggap terlalu berisiko, justru koran Sin Po-lah yang bersedia melakukannya. Surat kabar ini adalah harian pertama yang memuat teks lagu kebangsaan Indonesia; Indonesia Raya, dan turut mempelopori penggunaan nama “Indonesia” untuk menggantikan nama “Hindia Belanda” sejak Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Harian ini juga yang menghapus penggunaan kata ‘inlander’ dari semua penerbitannya karena dirasa sebagai penghinaan oleh rakyat Indonesia.

Peran urgen dalam bidang militer terwujud dalam sosok Mayor (AL) John Lie, yang brerperan sebagai penyelundup senjata bagi Republik Indonesia. Pejuang ini dikenal sebagai tokoh legendaris, yang banyak mendapat penghormatan dan rasa kagum dari para pejuang Indonesia. Sebagai seorang nakhoda, John Lie dipercaya pemerintah Republik untuk menjual komoditas Indonesia guna ditukar dengan persenjataan, peralatan komunikasi dan obat-obatan yang amat dibutuhkan dalam melawan Belanda. Daerah operasinya cukup luas, meliputi Singapura, Penang, Bangkok, Rangoon, Manila dan New Delhi. Saat Indonesia diblokade secara ketat oleh Belanda, John Lie berhasil menembus kepungan itu dan mendapat julukan “Nakhoda Terakhir Republik”.

 
Foto cnnindonesia.com

Selain itu, masih ada nama lainnya yakni Giam Lam Nio alias Ny Liem Thiam Kwie (1901-1953) atau lebih dikenal dengan Ibu Liem merupakan sosok penting yang perannya jarang “dilirik” dalam perjalanan panjang perjuangan kemerdekaan. Padahal jasanya tak bisa dipandang sebelah mata ketika menyediakan dapur umum saat Revolusi di Jawa Timur. Ia adalah ibu dengan segala kasih sayang menyokong perjuangan kemerdekaan dengan mengatur dapur umum siang malam dalam segala keadaan. Ibu Liem senantiasa siap sedia diminta bantuan menyediakan makanan bagi patriot yang bertempur di garis depan.

Warga keturunan Tionghoa telah memberikan sumbangsih serta ikut berperan menegakkan NKRI. Hingga 70 tahun Indonesia Merdeka, sejarah keterlibatan dan peran warga etnis Tionghoa dalam masa revolusi kemerdekaan belum diungkap tuntas. Padahal, sejumlah etnis Tionghoa dari berbagai daerah di Indonesia, dalam beragam peran telah menunjukkan baktinya bagi tanah air Indonesia tercinta.

(Empat-Pilar-MPR/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: