Pesan Rahbar

Home » » Kisah Syech Jamaluddin al-Husain al-Akbar

Kisah Syech Jamaluddin al-Husain al-Akbar

Written By Unknown on Tuesday, 18 October 2016 | 23:35:00


Napak tilas petilasan kramat Syech Jumadil Kubro yang mempunyai nama lengkap Syech Jamaluddin al-Husain al-Akbar. Beliau merupakan tokoh kunci penyebaran Islam di tanah Jawa sebelum Wali Songo.

Ulama Keramat ini dari samarkhan azarbaijan, beliau merupakan ahli militer, dan sakti mandra guna berda'wah di lingkungan majapahit dan wafat di treloyo mojokerto 1465 M

Beliau adalah cucu ke-18 Rasulullah Muhammad SAW dari garis Sayyidah Fatimah Az Zahrah al-Battul. Ayahnya bernama Syech Jalal yang karena kemuliaan akhlaknya mampu meredam pertikaian Raja Champa dengan rakyatnya. Sehingga, Syech Jalal diangkat sebagai raja dan penguasa yang memimpin Negara Champa.

Menurut cerita umat, beberapa besar Walisongo memiliki kaitan atau berasal dari keturunan Syech Maulana Akbar ini. Tiga putranya yang disebutkan meneruskan siar di Asia Tenggara; adalah Ibrahim Akbar (atau Ibrahim as-Samarkandi) ayah Sunan Ampel yang berdakwah di Champa dan Gresik, Ali Nuralam Akbar datuk Sunan Gunung Jati yang berdakwah di Pasai, dan Zainal Alam Barakat.

Syech Jamaluddin tumbuh dan berkembang di bawah asuhan ayahnya sendiri. Setelah dewasa, beliau mengembara ke negeri datuknya di Hadramaut. Di sana beliau belajar dan mendalami beragam ilmu dari sebagian ulama yang terkenal di zamannya. Bahkan keilmuan yang beliau pelajari meliputi Ilmu Syari’ah dan Tasawwuf, di samping ilmu-ilmu yang lain.

Selanjutnya, beliau melanjutkan pengembaraannya dalam rangka mencari ilmu dan terus beribadah ke Mekkah dan Madinah. Tujuannya adalah mendalami beragam keilmuan, terutama ilmu Islam yang sangat variatif. Setelah sekian lama belajar dari berbagai ulama terkemuka, kemudian beliau pergi menuju Gujarat untuk berdakwah dengan jalur perdagangan. Melalui jaringan perdagangan itulah beliau berjumpa dengan ulama lainnya yang juga menyebarkan Islam di Jawa.

Kemudian beliau siar bersama para ulama’ termasuk para putra-putri dan santrinya menuju tanah Jawa. Mereka menggunakan tiga kenderaan laut, sekaligus terbagi dalam tiga kelompok siar. Kelompok pertama dipimpin Syech Jumadil Kubro memasuki tanah Jawa melalui Semarang dan singgah sebagian waktu di Demak. Selanjutnya perjalanan menuju Majapahit dan berdiam di sebuah desa kecil bernama Trowulan yang berada di dekat kerajaan Majapahit. Kemudian jamaah tersebut membangun sejumlah padepokan untuk mendidik dan mengajarkan beragam ilmu kepada siapa saja yang hendak mendalami ilmu keislaman.

Kelompok kedua, terdapat cucunya yang bernama al-Imam Ja’far Ibrahim Ibn Barkat Zainal Abidin dibantu saudaranya yaitu MalikIbrahim menuju kota Gresik. Dan kelompok ketiga adalah jamaah yang dipimpin putranya yaitu al-Imam al-Qutb Sayyid Ibrahim Asmoro Qondy menuju Tuban. Namanya masyhur dengan sebutan “Pandhito Ratu” karena beliau memperoleh Ilmu Kasyf (transparansi dan keserba jelasan ilmu/ilmu yang sulit dipahami orang awam, beliau diberi kelebihan memahaminya).

Perjalanan siar Syech Jumadil Kubro berakhir di Trowulan, Mojokerto. Beliau akhir hanyat tahun 1376 M, 15 Muharram 797 H. diperkirakan hidup di antara dua Raja Majapahit (awal Raja Tribhuwana Wijaya Tunggadewi dan pertengahan Prabu Hayam Wuruk). Bermula dari usul yang diajukan Syech Jumadil Kubro kepada penguasa Islam di Turki (Sultan Muhammad I) untuk menyebarkan Agama Islam si wilayah Kerajaan Majapahit. Pada saat itu wilayah Majapahit sangat kuat pengaruh Agama Hindu di samping keyakinan masyarakat pada arwah leluhur dan benda-benda suci. Keberadaannya di tanah Majapahit hingga ajal menjelang menunjukkan perjuangan Sayyid Jumadil Kubro untuk menjalankan Agama Islam melawan penguasa Majapahit sangatlah besar.

Kerana pengaruh beliau dalam memberikan wejangan yang berperadaban, Syech Jumadil Kubro dikenal dekat dengan pejabat Kerajaan Majapahit. Cara siar yang pelan namun pasti, menjadikan beliau amat dihormati. Tidak heran, jika pemakaman beliau berada di antara sebagian pejabat kerajaan di antaranya adalah makam Tumenggung Satim Singgo Moyo, Kenconowungu, Anjasmoro, Sunana Ngudung (ayah Sunan Kudus), dan sebagian patih dan senopati yang dimakamkan bersamanya.

Ditempat Makam Syeh Jumadil Kubro ini sering diadakan acara manaqib setiap malam Jum”at Paing jam 19.00 dan pada acara peringatan Maulud Nabi, sementara setiap Jum”at Legi diadakan acara Mujahadah Kubro dan pengajian . Untuk Khol Akbar diadakan setiap tahun sekali pada bulan Dulkaidah Jum”at pamungkas. Dibuka untuk umum setiap hari dan setiap saat.

Semoga Napak tilas petilasan kramat Syech Jumadil Kubro ini dapat memberikan inspirasi dan memperkaya khazanah tentang pengetahuan kita akan leluhur penyebar agama Islam di Jawa pada Khususnya.

(Petilasan-Kramat/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita:

Index »

KULINER

Index »

LIFESTYLE

Index »

KELUARGA

Index »

AL QURAN

Index »

SENI

Index »

SAINS - FILSAFAT DAN TEKNOLOGI

Index »

SEPUTAR AGAMA

Index »

OPINI

Index »

OPINI

Index »

MAKAM SUCI

Index »

PANDUAN BLOG

Index »

SENI