Pesan Rahbar

Home » » Ribuan Santri Bersarung Baca 1 Miliar Shalawat Nariyah di Ponpes Lirboyo Kediri

Ribuan Santri Bersarung Baca 1 Miliar Shalawat Nariyah di Ponpes Lirboyo Kediri

Written By Unknown on Wednesday, 26 October 2016 | 02:25:00

Pembacaan 1 Milyar Shalawat Nariyah di Ponpes Lirboyo Kediri di hadiri Ketua Umum PBNU, Said Agil Siradj

Ribanu santri berbaju koko, bersarung dan berkopiah memadati lokasi muktamar di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri membaca 1 miliar Shalawat Nariyah dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 22 Oktober, Jumat malam 21 Oktober 2016.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) KH Said Agil Siadj mengatakan, membaca shalawat nariyah merupakan tawasul kepada pribadi Nabi Muhammad saw agar bangsa Indonesia bisa lepas dari segala masalah.

Said menyinggung kelompok yang tidak mempercayai tawasul. Menurutny hal itu tidak menjadi masalah. Bagi kalangan nahdhiyin berwasilah kepada Nabi hal yang dipercayai.

Said pun menceritakan suatu riwayat yang berkaitan dengan tawasul. Diceritakan sekelompok suku Mudor yang menghina Nabi Muhammad saw, akibat penghinaan itu, suku Mudor ditimpa paceklik 7 tahun.

Pimpinan suku Mudor, Labib bin Robiah menghadap Nabi Muhammad dengan meminta rahmat dan perlindungn kepada pribadi Nabi agar paceklik disingkirkan. Nabi pun tidak melarang pimpinan suku Mudor meminta rahmat kepadanya. Seketika hujan turun di kampung suku Mudor sebelum mereka kembali ke kampungnya usai Nabi bersabda ‘Turunkan hujan kepada suku Mudor’.

“Yang tidak percaya teruskan tidak percayanya, yang percaya bersama saya, yang tidak percaya tidak berhak mendapat syafaat Nabi,” kata Said Agil Siradj disambut tepuk tangan hadirin.

Terkait dengan konflik di dunia Islam, Said menyinggung konflik yang terjadi di Timur Tengah lantaran terjadinya dikotomi antara nasionalisme dan semangat keberagamaan.

Ia pun mengisahkan, pasca runtuhnya khilafah Turki Utsmani, Amerika Serikat dan Inggris mengkapling negara-negara Arab untuk dibentuk negara boneka atas dasar klan Arab. Maka terbentuklah negara seperti Arab Saudi, Qatar, Bahrain, Jordania, Qatar, Kuwait dan Uni Emirat Arab. Negara-negara ini merupakan penyokong utama kekuatan Barat di Timur Tengah.

Sementara di sisi lain terbentuk pula negara nasionalisme sekuler sosialis yang dibentuk oleh aktivis pemuda Arab atas gemblengan Michel Aflaq untuk mengusir penjajah, seperti, Lebanon, Suriah, Mesir, Irak, Tunis, Libya dan Aljazair. Maka terbentuklah negara atas dasar spirit nasionalisme.

Di negara-negara yang atas dasar kekuatan nasional itu sering terjadi benturan antara kelompok nasionalis dengan ulama. Tak jarang kalangan ulama dihukum mati oleh penguasa, sebagaimana yang dialami Sayyid Qutub. Karena itu nasionalisme dipersepsi sebagai ide yang harus dimusnahkan. Maka yang terjadi kelompok Islam berusaha mengganti negara yang berbasis nasionalisme menjadi negara Islam.

“Namun di Indonesia ulamanya nasionalis, seperti KH Hasyim Asy’ari,” ujar Said

Said mengatakan, nasionalisme KH Hasyim Asy’ari bukan karena pengaruh Michel Aflaq, tapi nasionalisme yang didasari Iman. “Di seluruh dunia hanya KH Hasyim Asy’ari yang memiliki jargo Hubbul Wathon min sya’bil Iman (cinta tanah air sebagian dari pada iman),” terangnya.

Bukti nasionalisme KH Hasyim Asy’ari adalah dengan dicetuskannya resolusi jihad yang membakar semangat santri-santri di Kediri, Jombang Mojokerto, Madura, dan Surabaya berperang melawan kekuatan Inggris pada peristiwa 10 November 1945.

Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia 1945 merupakan satu rangkaian yang tidak bisa dipisahkan dengan resolusi jihad 22 Oktober 1945 dan pertempuran 10 November 1945. Pelaku jihad mengusir kekuatan inggris yang ingin mengembalikan imperialism Barat, adalah kalangan santri.

“Tidak ada resolusi jihad jika tidak ada santri,” cetus said.

Dalam konteks kekinian, Said mengajak santri untuk menguatkan ekonomi, ilmu pengetahuan, dan agama agar bisa menguasai ide. Menurut Said, dengan menguasai ide, santri bisa memberikan peran yang besar bagi bangsa Indonesia yang tengah menghadapi tantangan seperti korupsi, radikalisme dan terorisme, narkoba dan kemiskinan.

Khusus tantangan menjamurnya radikalisme dan ekstremisme, Said berpesan agar santri menguatkan spirit nasionalisme sebagaimana yang pernah dicontohkan santri terdahulu saat mengusir penjajah. Menurut Said, radikalisme dan terorisme di Indonesia tidak bisa ditolelir karena mengganggu negara.

“Karena radikalisme itu membuat tatanan menjadi rusak, oleh karena itu radikalisme dan terorisme harus diusir dari Indonesia,” tegasnya.

Sementara itu Rais Syuriah PWNU Jawa Timur yang juga pengasuh Ponpes Lirboyo, KH Anwar Mansur dalam sambutannya mengatakan, Ponpes Lirboyo memberangkatkan santrinya ke Surabaya dalam pertempuran 10 November 1945 atas seruan KH Mahrus Aly menyambut resolusi jihad.

“Banyak korban dari kalangan santri pesantren dalam mempertahankan negara.” Terangnya.

Seperti diketahui pembacaan shalawat Nariyah sebanyak 1 miliar dilakukan warga NU seluruh dunia pada tanggal 21 Oktober malam. Pembacaan Shalawat Nariyah dengan skema satu paket 4.444 shalawat Nariyah. Jumlah tersebut merupkan ijazah masyhur yang ada di kalangan kiai-kiai NU.

Pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan melalui warga NU yang berada di majelis taklim dan pondok pesantren dan warga NU yang dikoordinir secara struktur. Untuk majelis taklim dan pesantren bisa saja satu majelis mengambil paket lebih dari satu satu, tergantung jumlah jemaahnya.

Pembacaan 1 miliar Shalawat Nariyah di Ponpes Lirboyo, Kediri dihadiri Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Yusuf dan beberapa ulama NU. Pembacaan Shalawat Nariyah sendiri dipimpin oleh KH Abdulloh Kafabihi Mahrus.

(Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: