Tahun 2016 berakhir dengan kekalahan Amerika di Suriah, kegagalan Washington di Yaman dan Iraq, serta perceraian Negeri Paman Sam ini dengan Turki dan Arab Saudi.
Semua kasus ini adalah penutup untuk seluruh mimpi Amerika Serikat guna membentuk sebuah Timur Tengah baru.
John Nicson, mantan analis CIA, tidak salah ketika mengaku bahwa Amerika perlu membangun hubungan dengan pihak-pihak tertentu yang mungkin saja adalah musuhnya. Tanpa hubungan ini, Donald Trump tidak akan menemukan kesempatan baik untuk memainkan peran di Timur Tengah. Amos Yadlin, mantan kepala Mossad, juga menekankan setelah pembebasan kota Aleppo bahwa Obama dengan kekalahan ini telah menyempurnakan kasus seluruh kekalahan Amerika di Timur Tengah.
Dalam kasus Yaman, Amerika gagal menunjukkan program baru untuk menuntaskan kasus Yaman dan tidak mampu menggapai satu suara dengan Arab Saudi.
Pada bulan Desember lalu, kekalahan dan kegagalan Amerika di Iraq sudah mulai tampak. Stephen Townsend, komandan Koalisi Internasional, menyatakan bahwa pembebasan kota Mosul akan memakan waktu selama dua tahun. Ini merupakan titik kekahalan Amerika dalam operasi pembebasan ini.
Mesir akan menjadi negara pertama yang akan dikunjungi Trump, dan Abdul-Fattah Al-Sisi juga orang pertama yang mengucapkan selamat atas keterpilihan Trump sebagai presiden. Semua ini menunjukkan keinginan kedua belah pihak untuk membangun sebuah hubungan yang baik. Padahal hubungan kedua negara selama ini sangat suram.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email