Manusia biasa seperti kita tertawan oleh waktu, saat kita berada di waktu sekarang maka kita tidak tahu apa yang terjadi di masa mendatang.
Shabestan News Agency, redupnya kelezatan dan barunya perasaan kenikmatan karena sebab berlalunya zaman adalah hal yang lumrah, seperti seseorang yang di awal-awal pernikahannya merasakan hal yang baru namun dengan berlalunya tahun demi tahun pernikahannya tidak lagi baru.
Pada hakikatnya, di dunia ini tidak ada sesuatu yang bernama kelezatan, misalnya kata “akala” dalam bahasa arab bermakna makan dengan sempurna, atau kata “adzawq” bermakna mencicipi, dan sesuatu yang kita bisa menyebutnya dengan kelezatan ialah lepas dari tekanan.
Misalnya jika seseorang yang sedang lapar ia memakan makanan yang enak, perlahan-lahan ia merasakan lezat, kemudian di tengah-tengah makannya ia merasakan puncak kelezatan, kemudian pada saat kenyang ia tidak lagi merasakan lezat, dengan begitu bisa dikatakan bahwa rasa lezat pada makanan yang enak bukanlah kelezatan yang hakiki, akan tetapi lepas dari tekanan rasa lapar itulah yang dinamakan kelezatan hakiki, dan tidak bisa dibayangkan bagaimana lezatnya lepas dari tekanan-tekanan dunia ini.
Tekanan dan kejenuhan yang terus menerus terjadi di lingkungan kita, hal ini menunjukan bahwa sesuatu yang kita rasakan nikmat saat melakukan perjalanan atau bersenang-senang, pada hakikatnya itu bukanlah kelezatan yang hakiki, namun itu hanyalah pelarian dari kejenuhan yang terus berulang
Manusia biasa seperti kita tertawan oleh waktu, saat kita berada di waktu sekarang maka kita tidak tahu apa yang terjadi di masa mendatang.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email