Sayyid Ali Khamenei Berdoa (Foto: Satu Islam)
Ayah selalu berpesan kepadaku, “Selesai shalat jangan terburu-buru beranjak. Berdo’alah terlebih dahulu. Dengan berdoa selain keinginan kita akan tercapai, kita juga akan semakin dekat dengan Allah swt.
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya doa adalah senjata orang mukmin.””
Aku bertanya kepada Ayah, “Ibu selalu berdo’a supaya bisa berhaji dan berziarah ke Baitullah (Ka’bah), namun sampai hari ini doanya belum terkabul. Bagaimana itu ayah?”
Ayah tersenyum dan menjawabku dengan ucapan Imam Shadiq a.s. yang artinya, “Tiada seorang pun yang berdoa kepada Allah swt kecuali Allah akan mengabulkannya atau menyingkirkan bencana tanpa sepengetahuan mahluknya atau memberikan ganjaran besar yang akan dibutuhkannya suatu hari kelak.”
Imam Shadiq a.s. melanjutkan, “Jika doa hamba akan berakibat buruk baginya, Allah akan menangguhkannya. Seorang Mukmin terkadang tidak sudi meminta sesuatu yang tidak ia ketahui akibat baik atau buruknya dengan pasti. Seorang hamba bisa jadi meminta sesuatu yang berakibat buruk seperti meminta hujan dan hujan tersebut akan membawa petaka baginya. Sesungguhnya Allah swt yang lebih mengetahui bagaimana mengatur ciptaan-Nya.”
Ayah pun lalu bercerita tentang kehebatan doa, “Waktu itu kota Madinah dilanda kemarau panjang selama 7 tahun lamanya. Hujan tidak turun, tanah menjadi tandus, mata air mongering, dan sumur penduduk pun tidak keluar air.
Tanaman tidak lagi tumbuh, penggilingan tepung gandum pun berhenti berputar, tidak ada lagi adonan tepung dan gandum, dan dapur-dapur sudah tidak berasap lagi.
Akhirnya mereka membuat adonan dari buah kurma untuk dijadikan roti. Orang menderita kelaparan di mana-mana.
Pada suatu hari di saat cuaca sedang panas terik, seorang laki-laki Badui datang ke Madinah mencari Rasulullah saw. Setelah mendapat petunjuk tentang keberadaan Rasulullah dari para sahabat, orang badui itu pun menemui Rasulullah dan berkata, “Wahai Rasulullah! Pepohonan di kampung kami sudah mengering, tanaman sudah menguning, ternak kami pun sudah tidak mengeluarkan susu lagi, dan anak-anak kami kelaparan. Kelaparan ini benar-benar akan membinasakan kami semua. Aku mohon doakan kami wahai Rasul Allah!”
Rasulullah saw. pun pergi ke Masjid bersama sebagian sahabatnya. Azan dikumandangkan di luar waktu shalat sebagai pertanda adanya urusan yang sangat penting. Maka orang-orang berdesak-desakan memenuhi masjid.
Rasulullah saw. naik ke atas mimbar. Beliau menyebut asma Allah yang Maha Suci lagi Maha Tinggi, memuji, dan menyanjungnya. Kemudian beliau saw. mengangkat kedua tangannya ke langit dan berdoa kepada Allah swt. agar menurunkan rahmat-Nya (hujan) kepada hamba-hamba-Nya.
Beliau berdo’a kepada Allah swt agar menurunkan hujan untuk menyirami tanaman, memberi minum hewan sehingga anak-anak kecil yang tidak berdosa tidak mati kelaparan.
Saat Rasulullah saw. masih berdiri dan berdoa di atas mimbar, gumpalan-gumpalan awan mulai bermunculan di langit. Petir berbunyi menggelegar di atas Kota Madinah. Suara guntur pun bergemuruh dimana-mana. Pintu-pintu rumah penduduk Kota Madinah bergetar hebat karena suara guntur tersebut.
Tidak lama kemudian, gumpalan-gumpalan awan tebal itu menurunkan air hujan. Selama tujuh hari tujuh malam hujan turun berturut-turut tanpa henti.
Hujan turun dengan sangat lebat menyirami bumi yang kering dan tandus. Pasar-pasar kembali ramai dan bergairah lagi. Sungai-sungai kembali mengairi tanaman penduduk Madinah, bunga-bunga bermekaran kembali dan anak-anak kecilpun bisa meminum air susu ibu mereka dengan puas.”
Demikianlah kehebatan doa yang membawa berkah bagi alam.
Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang paling lemah adalah orang yang malas berdoa.”
Masih enggan untuk berdo’a?
Yuk rajin berdo’a…
(Safina-Online/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email