Timurlenk bersama-sama bala tentaranya
bersiap menyerang Kesultanan Utsmani. Mereka bergerak sehingga mampu
menguasai Siwas dan menaklukkan pasukan Utsmani di tempat itu yang
dikomandani oleh Urthughril bin Bayazid. Kedua pasukan bertemu di dekat
Ankara pada tahun 804 H/ 1402 M. Kekuatan tentara Bayazid mencapai
120.000 orang mujahid yang siap menghadapi musuh. Sedangkan Timurlenk
bergerak dengan kekuatan pasukan yang begitu besar, pada tanggal 20 juli
1402 M/ 804 H. Dalam peperangan ini orang-orang Mongol (anak buah
Timurlenk) berhasil mengalahkan tentara Utsmani dan Bayazid sendiri
berhasil ditangkap. Bayazid berada di dalam tahanan Timurlenk, sampai
wafat setahun kemudian.[1]
Kekalahan ini merupakan pukulan berat
bagi pemerintahan Utsmani. Hal itu terjadi karena ketergesa-gesaan
Bayazid menyambut pasukan Timurlenk, tanpa persiapan yang tepat. Bayazid
kurang cermat dalam memilih posisi untuk pasukannya, sehingga mereka
mudah untuk diobrak-abrik pasukan Timurlenk. Padahal jumlah pasukan
Bayazid sangat banyak, sekitar 120.000 orang. Namun, pasukan Timurlenk
lebih banyak lagi, sekitar 800.000 tentara.
Dalam peperangan ini banyak tentara
Bayazid yang meninggal kehausan karena kekurangan air. Waktu itu adalah
musim panas yang demikian gersang. Kekalahan menjadi lebih pahit lagi,
ketika banyak pasukan Bayazid dari kaum Mongol dan dari Negara-negara
Asia yang berhasil ditaklukkan, mereka melarikan diri, lalu bergabung
dengan pasukan Timurlenk. Saat itulah tidak tampak lagi keberanian besar
yang ditampakkan oleh Bayazid dan bala tentaranya, serta karakter yang
mati-matian dalam peperangan.[2] Mereka seperti bunga-bunga kering yang rontok tangkai demi tangkai, karena diterpa oleh angin.
Kemenangan Timurlenk dan kematian
pemimpin Utsmani yang pemberani, disambut gegap gempita oleh
negara-negara Nasrani Eropa. Mereka sangat bergembira dengan kondisi
pemerintahan Utsmani yang berhasil dihancurkan oleh pasukan Timurlenk.
Raja-raja Inggris, Perancis, Qasytalah, dan Kaisar Byzantium segera
mengirimkan ucapan selamat kepada Timurlenk atas kemenangan yang telah
dicapai. Saat itu Eropa merasa yakin, bahwa kekalahan Utsmani dihadapan
tentara Timurlenk tersebut, telah membebaskan mereka dari ancaman
pasukan Utsmani selamanya. Betapa sebelum itu, pasukan Utsmani dianggap
sebagai “duri” yang sangat mengganggu tidur Raja-raja Eropa.[3]
Setelah mengalahkan pasukan Bayazid,
Timurlenk bergerak menaklukkan Azniq Bursa dan kota-kota, serta
benteng-benteng pertahanan lain. Kemudian dia menyerang perbatasan
Azmier dan mampu mengalahkan pasukan kuda Rhodesia.[4]
Serangan-serangan ini dilakukan oleh Timurlenk untuk membersihkan citra
dirinya di mata kaum muslimin. Waktu itu, setelah Timurlenk mengalahkan
pasukan Utsmani, banyak kritik dialamatkan kepadanya. Mengapa Timurlenk
menghancurkan Kesultanan Islam Utsmani yang selama ini berkhidmat
kepada umat Islam dan menjaga mereka dari serbuan orang-orang Nasrani
Eropa?
Dengan serangan-serangan yang dilakukan
kepada target-target di Eropa, Timurlenk ingin membuat kesan, bahwa apa
yang dia lakukan misinya adalah Jihad Fi Sabilillah juga. Buktinya, dia juga menyerang wilayah-wilayah Nasrani dan mengalahkan pasukan Rhodesia milik Paus Yohanes.[5]
Selain itu Timurlenk juga mengembalikan
para penguasa di Asia Kecil ke posisi semula. Dengan kebijakan itu, maka
negara-negara itu kembali memiliki independensi setelah sebelumnya
berada di bawah kekuasaan Bayazid. Selain itu, Timurlenk juga berusaha
memadamkan ambisi politik keluarga Bayazid, dengan cara menanam benih
sengketa politik diantara anak-anak Bayazid.[6]
Post a Comment
mohon gunakan email