Pesan Rahbar

Home » , » 68 Tahun Kematian Mahatma Gandhi, “Jabatan adalah Mahkota Berduri”

68 Tahun Kematian Mahatma Gandhi, “Jabatan adalah Mahkota Berduri”

Written By Unknown on Thursday 10 March 2016 | 18:58:00

Foto: gandhijayanti.co.in

30 Januari, 1948, doa bersama di New Delhi berujung duka. Mahatma Gandhi ditembak dari jarak dekat saat berjalan menuju panggung di tengah-tengah keramaian warga India yang menantinya untuk memimpin doa.


Kekerasan Struktural

Dalam Capitalism: A Structural Genocide, Garry Leech berargumen bahwa kekerasan struktural inheren di dalam sistem kapitalisme dan telah mengakibatkan kematian berskala genosida, suatu pola genosida berbasis kelas dengan menargetkan kaum tak berpunya sebagai sasarannya.

Dengan kekerasan stuktural, Leech mengartikan targedi global itu diakibatkan oleh penjarahan yang bersifat struktural terhadap hak-hak dasar manusia. Tesis ini berdasar hasil dari serangkaian riset dan analisa yang menunjukkan bahwa kapitalisme telah menghalangi ratusan juta orang untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya. Salah satu contoh yang ia kemukakan, bahwa setiap tiga detik ada seorang bayi yang meninggal karena kelaparan dan penyakit yang seharusnya masih bisa diobati, sedangkan dalam tiga detik yang sama, organisasi militer menghabiskan 120.000 USD untuk membeli senjata. Leech memperkirakan, bahwa 10 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat genosida struktural kapitalisme.

Sementara Jamil Salmi, seorang intelektual Maroko, menegaskan bahwa kapitalisme merupakan salah satu dari rangkaian kekejaman yang diampuni dan disebarluaskan atas nama “kebajikan” oleh peradaban Barat. Kekejaman dan kebrutaln itu, hari ini terbungkus rapi dan terselubung dalam kampanye humanisme (baca: berpura-pura manusiawi). Akan tetapi, jika ditelaah secara mendalam, pada dasanya ajaran humanisme itu bertumpu pada doktrin tentang “hak milik” seperti yang dirumuskan John Locke dengan tetap mengandaikan profit dan akumulasi kapital sebagai tujuan akhirnya. Akumulasi modal inilah, yang melahirkan beragam bentuk kekerasan seperti perbudakan, rasisme, kelaparan, perang saudara, serta tragedi-tragedi kemanusiaan lainnya.

Data elSham tentang kasus kekerasan di Papua tahun 2012-2014 yang memaparkan bahwa telah terjadi 389 kasus kekerasan dengan rincian 234 korban tewas, 854 luka-luka serta 880 orang lainnya ditangkap, merupakan contoh betapa kekerasan itu benar-benar inheren dalam kepentingan korporasi.


Mahatma Melawan dengan Cinta

Gandhi lahir 2 Oktober 1869 di Pordanbar, Gujarat dengan nama lengkap Mohandas Karamchand Gandhi, lebih dikenal dengan nama ‘Mahatma’ yang berarti jiwa besar. Setelah merampungkan pendidikan hukum di London, Gandhi gagal menjadi pengacara di Bombay. Ia kemudian melancong ke Afrika Selatan 1893. Merasa senasib dengan 60 ribu orang India yang bermukim di sana sebagai korban diskriminasi rasial, Gandhi kemudian mendirikan surat kabat ‘Indian Opinion’. Ia yang sebelumnya dikenal sebagai sosok pemalu berubah menjadi seorang agitator yang garang.

Beragam kekerasan demi kekerasan yang dialami Gandhi, tidak lantas menyulut emosinya untuk melakukan pemberontakan brutal dengan jalan kekerasan. Bahkan pada tahun 1906 di Johannesburg, Gandhi menerapkan sebuah prinsip perlawanan melawan diskriminasi dan kolonialisme bernama Satyagraha, yaitu bentuk protes non-kooperatif tanpa kekerasan.

Ia kembali ke India di tahun 1920 dan memimpin Partai Kongres. Salah satu hal penting dalam perjalanan politiknya dilakukan pada tahun 1930 saat ia memimpin protes monopoli garam oleh Inggris. Gandhi pun dipenjara tahun 1942 karena menyerukan kemerdekaan India.

Inggris telah menduduki India sejak tahun 1877 sebagai salah satu dari koloni (baca: jajahan) Kerajaan Inggris. Pada awalnya, Inggris masuk ke India untuk tujuan perdagangan oleh sebuah perusahaan bernama EIC (English East India Company) yang telah memperoleh hak monopoli perdagangan di wilayah timur koloni Inggris seperti India, Malaysia, dan China. Dalam waktu 30 tahun, EIC telah memonopoli hampir seluruh aspek kehidupan ekonomi, perdagangan, serta administrasi di wilayah India. Diskriminasi dan represi terhadap orang-orang lokal terjadi di mana-mana, warga turunan India diharuskan membayar sewa atas tanah airnya sendiri, dan membayar pajak atas komoditas bahan pokok hasil bumi tanah India yang telah menjadi hak monopoli dagang Inggris.

Gandhi berperan besar dalam membentuk prinsip dasar perjuangan kemerdekaan India. Prinsip dasar itu mencakup 4 hal utama. Pertama, Prinsip perlawanan tanpa menggunakan cara kekerasan. Kedua, Bersikap non-kooperatif, menolak kerjasama dan mengabaikan seluruh himbauan serta instruksi apapun dari pemerintah Inggris. Ketiga, Pemboikotan produk-produk monopoli dagang Inggris serta pemogokan kerja secara serentak. Dan keempat, membangun kemandirian ekonomi bagi setiap kelompok masyarakat secara serentak tanpa bergantung pada produk perusahaan Inggris

Ketika kemerdekaan India akhirnya diraih pada tahun 1947, peluang untuk menduduki tampuk kekuasaan pun ada dalam genggamnnya. Akan tetapi, ia lebh memilih untuk mengabdikan diri untuk kembali mengurus Asrham yang ia dirikan, yang jauh dari kemegahan dan hingar-bingar politik, dan baginya lebih mulia dari pada tinggal di Istana. “Jabatan adalah mahkota berduri,” begitulah ungkapnya.

(Empat-Pilar-MPR/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: