Pesan Rahbar

Home » » Becermin Pada 99 Asma Allah: Bab 1; Mengenal Allah

Becermin Pada 99 Asma Allah: Bab 1; Mengenal Allah

Written By Unknown on Thursday, 22 September 2016 | 20:22:00


Nabi Muhammad, Rasulullah saw, telah berkata, “Barangsiapa dari kalian yang mengetahui Allah dengan sebaik-baiknya, maka ia yang paling takut kepada-Nya dan akulah orang yang paling takut kepada-Nya ketimbang dia.”
Ibn “Abbas[3] mengatakan bahwa suatu ketika seorang Badui datang menghadap Rasulullah saw dan berkata, “Ya Rasulullah! Ajari aku ilmu yang luar biasa!” Beliau berkata kepadanya, “Apa yang telah kaulakukan dengan puncak pengetahuan sehingga engkau kini menanyakan hal-hal yang paling tidak biasa?!” Lelaki itu bertanya lagi kepadanya, “Ya Rasulullah! Apakah puncak pengetahuan ini?” Dia berkata, “Mengetahui Allah sebagaimana Dia sepantasnya diketahui.” Orang Badui itu berkata lagi, “Dan, bagaimana bisa Dia diketahui sebagaimana mestinya?” Rasulullah saw menjawab, “Bahwasanya engkau mengetahui Dia tidak punya model, sekutu, lawan, dan bahwa Dia adalah Zat Satu-satunya. Dialah Zat Yang Nyata sekaligus Yang Gaib, Pertama dan Terakhir, tidak ada satu pun yang menyerupai-Nya. Inilah pengetahuan sejati tentang-Nya.”

Mengenal Allah (ma’rifatullâh) merupakan pilar utama dalam semua ajaran Islam. Tanpa pengetahuan tersebut, setiap perbuatan dalam Islam tidak punya nilai hakiki sama sekali: ia tidak punya esensi atau nilai. Pertanyaan: “Bagaimana bisa mengenal Allah dan apakah manfaatnya memperoleh pengetahuan semacam itu?” Jawabannya secara krusial bersyarat: Jika kita tidak mengenal jalan yang benar, kita tidak akan pernah bisa mencapai tujuan kita. Setiap kesalahan dalam mendekati Allah merupakan kontributor utama untuk menjauhkan orang ramai dari memperoleh keimanan pada Allah secara akurat. Al- Quran meriwayatkan kepada kita kisah-kisah mengenai orang-orang yang kafir kepada Allah di setiap masa dan zaman, melukiskan kepada kita bagaimana mereka kukuh, untuk beriman kepada-Nya, bersandarkan indra-indra mereka. Berikut ini ada sedikit contoh:

Allah SWT berfirman, “Dan orang-orang yang tidak punya pengetahuan berkata, ‘Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?’ Demikian pul;a orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu. Hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin.” (QS 2:118)

“Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuan(nya) dengan Kami, ‘Mengapakah tidak diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?’ Sesungguhnya mereka memandang besar tentang diri mereka dan mereka benar-benar telah melampaui batas (dalam melakukan) kezaliman. Pada hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa ... (QS 25:21-22)

“dan berkatalah Fir’aun, ‘Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta.’ Demikianlah dijadikan Fir’aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan di dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir’aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.” (QS 40:36-37)

“Dihalangi dari jalan (yang benar)” merujuk pada tujuan dalam memperoleh pengetahuan logis dan akurat ihwal Yang Mahakuasa. Tujuan semacam itu merupakan perhatian pertama dan utama kita. Tanpa mengenal Allah dengan tepat, bagaimana bisa kita beribadah kepada-Nya dengan tepat? Rasulullah saw telah berkata dalam hadis qudsi bahwa, “Bagi segala sesuatu ada jalan, dan jalan ke surga adalah pengetahuan.”

Ini merupakan upaya sederhana untuk menuntut pengetahuan logis dan akurat, ialah yang lebih mendekatkan kita kepada Tuhan dan membawa kita kepada jalan keselamatan, kebahagiaan baik di dunia ini maupun dalam kehidupan abadi yang akan datang.


Kaum Muslim Mengawali Segala Sesuatu dengan Nama Allah

Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw mengatakan,
“Segala sesuatu yang tidak dimulai dengan nama Allah adalah terputus (dari rahmat Allah).”

Ini merupakan kebiasaan bagi Muslimin untuk menyebut nama Allah setiap kali mereka melakukan sesuatu yang penting atau setiap kali mereka mencari perlindungan-Nya terhadap musuh utama-Nya dan kita dari setan nan terkutuk.

Misalnya, ketika mereka berdiri atau duduk, ketika mereka makan atau minum, ketika mereka memasuki rumah, ketika membuka pintu kendaraan mereka atau kamar mandi atau ruang manapun di rumah, ketika mereka mulai menyalakan mesin kendaraan mereka, ketika mereka mengenakan atau menanggalkan pakaian mereka, ketika mereka menaiki atau menuruni tangga, ketika mereka mulai menulis sesuatu yang penting, ketika mereka menyembelih seekor hewan yang dinyatakan halal oleh Allah untuk makanan mereka, ... dan bahkan ketika mereka berhubungan seksual dengan istri-istri mereka dengan harapan Allah akan mengaruniai mereka dengan keturunan yang saleh.

Hal-hal demikian merupakan adab dari seorang Muslim yang saleh.

Maka marilah kita mulai dengan (menyebut) nama Allah yang menciptakan dan menetapkan segala sesuatu dari ketiadaan, Yang Mahahidup, Mahaabadi yang tidak pernah dipengaruhi oleh waktu, ruang, ataupun segala sesuatu yang lainnya, yang tidak pernah membuka suatu tempat bagi wujud-Nya, atau tidak pernah Ia memperoleh kekuasaan-Nya setelah menciptakan segala sesuatu, atau tidak pernah Dia lemah sebelum ataupun sesudahnya.

Dengan menyebut nama Allah yang tidak pernah membutuhkan sekutu sebelum menciptakan segala sesuatu. Dengan nama Allah yang tidak ada sesuatu pun yang menyerupai-Nya, atau Dia tidak pernah tidak ada dalam wilayah-Nya sebelum penciptaan yang belakangan.

Dengan nama Allah yang mendengarkan tanpa menggunakan daya pendengaran, yang melihat tanpa memerlukan daya penglihatan. Dengan nama Allah yang berkuasa tanpa harus menurunkan kuasa-Nya dari makhluk-Nya.

Dengan nama Allah yang mata-mata makhluk-Nya tidak pernah menjangkau-Nya, Yang Mahamulia lagi Maha Mengetahui. Saya bersaksi bahwa Allah adalah Zat Yang Satu dan Satu-satu-Nya Tuhan. Tidak ada sekutu bagi-Nya, Satu-satunya Zat yang kepada-Nya segala sesuatu dan maujud bergantung. Dia tidak melahirkan atau tidak dilahirkan, ataupun tidak ada sesuatu pun yang menyerupai-Nya.

Saya bersaksi pula bahwa pemimpin kami, Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, pengemban wahyu-Nya dan pembawa kabar gembira, orang yang diamanati-Nya dengan wahyu.

Shalawat dan salam Allah atasnya dan keturunannya yang suci dan baik.


Bagaimana Nabi Muhammad saw Memuji Tuhannya 

Pemimpin kita Muhammad saw telah berkata, “Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Esa. Wujud-Nya yang abadi disusun oleh Zat Tuhan-Nya. Dia bangga pada Diri-Nya sendiri dan pada keagungan- Nya. Dia menciptakan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya dan memulai penciptaan tanpa memerlukan sebuah pola bagi segala sesuatu yang diciptakan-Nya!

Tuhan kita adalah Zat yang senantiasa melampaui waktu; melalui ilmu-Nya Dia semaikan benih; melalui kuasa-Nya Dia ciptakan semua makhluk; melalui cahaya pagi Dia singsingkan fajar; tidak ada sesuatupun yang bisa menghapus apa yang sudah diciptakan-Nya, atau tidak ada sesuatu pula yang bisa mengubah sesuatu yang telah Dia buat; atau tidak ada sesuatu pun yang bisa menunda perintah-Nya atau membatalkan titah-Nya atau dikecualikan dari seruan-Nya!

Tidak ada kekhususan pada wilayah-Nya, ataupun tidak ada jangka untuk ketuhanan-Nya.

Dialah yang pertama kali menciptakan, Zat yang abadi bahkan melampaui keabadian itu sendiri, Zat yang telah mengaburkan Diri-Nya dari makhluk-Nya dalam cakrawala ambisi, dalam banyak kemuliaan, dalam ranah kaya, lebih tinggi dari segala sesuatu yang tinggi.

Dia dekat dengan segala sesuatu, sehingga Dia memanifestasikan segala sesuatu kepada makhluk-makhluk-Nya sekalipun tidak terlihat, sementara Dia adalah Mahamulia!

Demi cahaya-Nya, Dia menabiri Diri-Nya dan menaiki ke puncak ketinggian, mengaburkan Diri-Nya dari Penciptaan. Dia mengutus kepada mereka para rasul agar Dia mempunyai hujjah yang jelas terhadap mereka, sehingga para rasul-Nya akan memberi kesaksian terhadap penciptaan-Nya.

Dia mengutus para rasul kepada manusia untuk membawa kabar gembira dan mengingatkan mereka, sehingga Dia akan membimbing siapapun yang Dia kehendaki setelah memberi mereka dengan tanda-tanda-Nya yang jelas dan menghidupkan siapa saja yang Dia kehendaki dengan cara yang sama, sehingga makhluk akan mengetahui tentang Tuhan mereka yang tidak mereka ketahui, dan mereka akan mengenali-Nya sebagai Tuhan mereka setelah menolak-Nya.

Mereka akan beriman kepada keesaan-Nya setelah (sebelumnya) bertahan dalam menolaknya.”


Pertanyaan-pertanyaan Umum tentang Allah Sekarang mari kita coba untuk menjawab sejumlah pertanyaan mendasar perihal Tuhan Yang Mahakuasa:


1. Bagaimana bisa Anda menggambarkan-Nya? 

Sejumlah ayat al-Quran suci menunjuk akan keberadaan-Nya. Simaklah argumen Ibrahim al-Khalil as yang berkata,
“Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan.” (QS 2:258),

dan argumen Nabi Musa as yang berkata,
“Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu.” (QS 26:26).

Juga simaklah ayat-ayat berikut:

“Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap- tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk (kepada tujuannya) (QS 20:50).

“(Dialah) Tuhan timur dan barat. Tiada tuhan selain Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung.” (QS 73:9)


2. Bisakah Anda Menggambarkan-Nya?
Zat Yang Mahasuci menyatakan bahwa Dia menantang definisi:
“...tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia (QS 42:11).


3. Bisakah Orang Bertanya: “Apakah Dia?”

Fir’aun bertanya kepada Musa,
“Siapa Tuhan semesta alam itu?” (QS 26:23).

Musa as menjawab dengan mengatakan bahwa Dia adalah,
“Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu.” (QS 26:26).

Tidak ada cara untuk mengetahui-Nya dengan mendefinisikan “apakah” Dia; sebaliknya, siapapun bisa mengetahui bukti-bukti keberadaan, kekuasaan, ilmu, hikmah, rahmat, dan wujud- Nya sebagai pencipta segala sesuatu. “Jangan berpikir tentang Allah,” ucap Imam ‘Ali, ‘sebaliknya, berpikirlah tentang segala sesuatu yang telah Dia ciptakan, karena memikirkan Allah hanyalah menambah kebingungan siapapun.’


4. Apakah Dia Satu ataukah Lebih? 

Zat Yang Mahasuci telah meminta kaum Muslimin untuk mengatakan:

“Katakanlah: ‘Dia-lah Allah, Yang Mahaesa’” (QS 112:1);

“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Mahaesa” (QS 2:163);

“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa.” (QS 21:22)


5. Apakah Dia Dibatasi oleh Satu Tempat? 

Al-Quran suci mengatakan kepada kita bahwa,

“Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya” (QS 6:61);

“Mereka takut kepada Tuhan mereka yang berkuasa atas mereka” (QS 16:50);

“(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas ‘Arasy.” (QS 20:5)

“Yang berkuasa atas mereka” dalam QS 16:50 merujuk pada Tuhan Yang Mahakuasa yang berkuasa atas hamba-hamba-Nya dengan kekuasaan, kekuatan, dan keagungan-Nya, tidak terbatasi oleh tempat, ruang, arena, kedudukan, ataupun lokasi fisik, Faktor-faktor ini tidak berlaku bagi-Nya. Rasulullah saw memohon kepada Tuhannya selama mikrajnya ke langit dengan mengatakan, “Engkau sebagaimana Engkau memuji Diri-Mu sendiri” dan Nabi Yunus bin Matta, ketika di dasar laut [dalam perut ikan] memohon kepada Tuhannya dengan mengatakan, “Tiada tuhan selain Engkau! Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk dari orang-orang yang berbuat zalim.” (QS 21:87).

Rasulullah saw bersabda, “Janganlah memujiku melebihinya [Nabi Yunus] dalam kedekatan kepada Allah hanya karena aku sampai pada Arasy yang tinggi, sementara ia di dasar laut, karena Sang Kekasih melampaui ruang ataupun arah.” Ia pun berkata kepada-Nya dengan mengatakan, “Engkau dan dia dalam tingkatan surga”; orang-orang mukmin memohon kepada-Nya dengan mengatakan, “Engkau dan mereka di bumi.” Sekiranya Dia berada di satu tempat atau kawasan khusus, semua orang ini niscaya tidak bisa dibedakan satu sama lain dalam pandangan-Nya di waktu tertentu.

Dia melampaui ruang ataupun arah:
“Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah) (QS 57:1).


6. Kapan Dia Mulai Ada?

Yang Maha Terpuji telah mengatakan,
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS 57:3);

“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.” (QS 28:88).

Siapapun yang bertanya kapan eksistensi-Nya muncul mengimplikasikan adanya satu masa dimana ruang hampa mendahului-Nya. Dia tidak “didahului” oleh apapun, atau Dia tidak “dilanjutkan” oleh siapapun. Kelangsungan-Nya tidak terikat dengan waktu. Eksistensi-Nya terlalu suci untuk tergantung pada waktu. Karakteristik segala sesuatu atau orang-orang yang datang kemudian binasa, atau mereka yang wujudnya mungkin di masa depan, semua itu tidak berlaku untuk-Nya. Ayat lain yang sama-sama menguraikan keabadian dan kebakaan-Nya adalah:

“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS 55:26-27), dan

“Mahasuci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan.” (QS 67:1).

“Mahasuci”, yakni tabaraka, diturunkan dari barakah, rahmat, yang berkonotasi kelangsungan terns menerus dan sedikit kemungkinan untuk berubah. Eksistensi-Nya abadi, lestari, dan tunak (perpetual).


7. Terhadap Apa Dia Memerintah? 

Yang Mahakuasa berfirman,
“Katakanlah: ‘Wahai Tuhan Yang Mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki.” (QS 3:26).

Dia, dan hanya Dia, adalah Raja diraja; Dia memberikan otoritas kepada yang lain,
“Mahasuci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan.” (QS 67: 1).

Kebanggaan dan kepemilikan yang dimiliki pihak lain semuanya akan lenyap pada hari kiamat,
“Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” Kepunyaan Allah Yang Mahaesa lagi Maha Mengalahkan.” (QS 40:16)


8. Sampai Tingkat Apakah Ilmu-Nya?

Dia telah berfirman,

“Dia mengetahui yang gaib dan yang nyata” (QS 6:73);

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib. Tidak ada yang mengetahui-Nya kecuali Dia sendiri.” (QS 6:59);

“Tidak mengantuk dan tidak tidur.” (QS 2:255);

“dari tidaklah Tuhanmu lupa.” (QS 19:64);

“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari al-Quran dan tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya.” (QS 10:61)


9. Bagaimanakah Firman-Nya?
Yang Mahasuci dan Mahamulia telah berfirman,

“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Mahabijaksana.” (QS 31:27);

“Katakanlah: ‘Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat- kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahkan sebanyak itu (pula).” (QS 18:109)


10. Bagaimanakah Dia? 

Yang Mahamulia berfirman,
“Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah.” (QS 30:4).

“(Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikit pun untukmenolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.” (QS 82:19)


11. Mengapa Dia Zat Yang Terpuji?

Yang Mahakuasa telah berfirman bahwasanya Dia
“...Yang Zahir dan yang Batin.” (QS 57:3),

yakni eksistensi, kekuasaan, dan kebijaksanaan-Nya merupakan bukti jika orang mengamati petunjuk- petunjuk, namun realitas-Nya terhijab dari semua intelek.


12. Apakah Kehendak-Nya? 

Jawaban untuk ayat ini disajikan oleh ayat-ayat seperti: “Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah.” (QS 76:30);

 “Dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS 2:105);

“Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Mahaluas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.” (QS 2:247);

“...Allah-lah memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS 2:272);

“Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya.” (QS 3:6);

“Jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS 6:133)


13. Mengapa Dia Maha Mengetahui dan Mahakuasa? 

Dia telah menjawab mereka yang mengajukan pertanyaan semacam itu dengan mengatakan,
“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat- Nya, dan (justru) merekalah yang akan ditanyai.” (QS 21:23).

Segala sesuatu ditetapkan pada akhirnya di tangan Zat yang telah memfasilitasi keberadann, Zat yang tidak bisa dijelaskan;

Oleh sebab itu, usaha untuk menganalisis-Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya adalah mustahil belaka.


14. Apakah Dia Punya Putra, Putri, Orang Tua, atau Anggota Keluarga Lainnya? 

Tuhan Islam dan semua umat manusia telah mengatakan,

“Katakanlah: ‘Dialah Allah, Yang Mahaesa, Allah tempat meminta segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia.” (QS 112:1-4)


15. Apakah Dia Memaafkan?

Dia berfirman,

“Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 15:49).


16. Bagaimana tentang Penciptaan-Nya? 

Dia berfirman,

“Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah Yang telah menciptakan kamu lalu menyempumakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.” (QS 82:6-8);

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptqkannya...?” (QS 46:33);

“Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan.” (QS 31:11)


17. Bisakah Dia Dilihat? 

Dia Yang Mahamulia Yang Mahatinggi, telah berfirman,

“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung kepadanya),berkatalah Musa, ‘Ya Tuhanku, tampakkanlah (Dirimu) kepadaku agar aku dapat melihat-Mu.’ Tuhan berfirman, ‘Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (seperti sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku.’ Tatkala Tuhannya menampakkan diri ke gunung itu, dijadikan-Nya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata, ‘Mahasuci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman.” (QS 7:143).

Akan tetapi, kaum Sunni percaya, sebagaimana pembaca akan menemukannya di bagian terakhir buku ini, bahwa orang-orang mukmin akan bisa melihat Allah pada hari kiamat. Kaum Syi’ah tidak sepakat dengan mereka sebagaimana akan Anda baca kemudian di buku ini, Insya Allah.


18. Bagaimana Cara Dia Memerintah?

Allah telah berfirman,

“Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ Maka terjadilah ia.” (QS 36:82);

“Apabila Dia menetapkan suatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya, ‘Jadilah’, maka jadilah ia.” (QS 40:68);

Makhluk-makhluk-Nya senantiasa memikirkan sifat-sifat-Nya, Mahasuci dan Maha Terpuji Dia, sehingga Dia memberi mereka ayat- ayat berikut dimana mereka bisa menemukan jawaban jelas: “Hanya milik Allah al-asma al-husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut al-asma al-husna itu.” (QS 7:180);

“Dialah Allah, tidak ada tuhan melainkan Dia. Dia mempunyai al-asma al-husna (Nama-nama Terbaik)” (QS 20:8);

“Katakanlah: ‘Serulah Allah atau serulah ar- Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al-asma al-husna (Nama-nama Terbaik)...” (QS 17: 110).

“Dialah Allah yang tiada tuhan selain Dia. Raja, Yang Mahasuci. Yang Mahasejahtera. Yang mengaruniakan keamanan. Yang Maha Memelihara. Yang Mahaperkasa. Yang Mahakuasa. Yang Memiliki segala keagungan, Mahasuci Allah, dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah Yang menciptakan, Yang mengadakan. Yang membentuk rupa, Yang mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS 59:23-24).


Referensi:

3. Ibn Abbas adalah salah seorang sepupu Nabi Muhanunad. Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Abbas bin Abdul-Muthalib, dari Bani Hasyim, suku Quraisy. Ia seorang sahabat terhormat yang hadis-hadisnya dikelompokkan oleh Bukhari dan Muslim sebagai shahih. Ia lahir di Makkah, bergabung dengan Rasulullah saw dan meriwayatkan hadis-hadisnya. Ia berjuang di samping Imam ‘Ali selama Perang Jamal (Unta) (yang dimulai dari hari Jum’at, 16 Jumadil Awwal 36 H/10 November 656 H) melawan ‘Aisyah dan para pendukungnya, dan juga dalam Perang Shiffin (yang dimulai pada 36 Dzulhijjah/ Mei 657 M). Selama tahun- tahun terakhir, ia mengalami kebutaan, sehingga ia beristirahat dan wafat pada 68 H/687 M). Baik dalam Shahih Bukhari maupun Muslim, ada 1160 hadis yang dirawikan hanya melalui Ibn ‘Abbas.

(Sadeqin/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita:

Index »

KULINER

Index »

LIFESTYLE

Index »

KELUARGA

Index »

AL QURAN

Index »

SENI

Index »

SAINS - FILSAFAT DAN TEKNOLOGI

Index »

SEPUTAR AGAMA

Index »

OPINI

Index »

OPINI

Index »

MAKAM SUCI

Index »

PANDUAN BLOG

Index »

SENI