Pesan Rahbar

Home » » Keteraturan Pada Setiap Fenomena Semesta

Keteraturan Pada Setiap Fenomena Semesta

Written By Unknown on Friday, 6 January 2017 | 19:44:00


Kita telah lewati bagian pertama dari pembuktian keberadaan Tuhan melalui keteraturan alam yang terdapat pada seluruh fenomena di alam ini. Kita juga telah menunjukkan bagaimana seluruh keberadaan ini, mulai dari hal yang paling kecil yaitu atom hingga seluruh planet serta rotasi galaxi, demikian pula manusia, hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan serta belahan bumi manapun, segala sesuatunya mempunyai keseragaman serta mempunyai burhan keteraturan.

Di sini kami akan menjelaskan tentang pembuktian bagian kedua. Bagian ini pada dasarnya merupakan kesimpulan dari bagian pertama serta akan mengkaji tentang hakikat dari manakah semua burhan keteraturan ini? Apakah mungkin semua aturan serta perhitungan ini bersumber dari sesuatu yang tidak mempunyai kehidupan, atau tercipta hanya secara kebetulan? Yang pasti tidak seperti itu, sebagaimana telah kami ingatkan pada pembahasan yang telah lalu bahwa hubungan antara sebab dan akibat merupakan dalil yang paling kuat untuk membuktikan keberadaan pencipta yang Mahahidup, Mahaberilmu, dan Mahaberkehendak.

Demikian juga pembuktian ini berlaku untuk semua proses penciptaan, dari sinilah kita dapat menyimpulkan bahwa “burhan keteraturan serta perhitungan” merupakan suatu akibat, dan dengan pasti keberadaannya berasal dari satu sebab yang mempunyai kekuatan, dengan kata lain “berakal dan hidup” yang mempunyai peran sangat penting dalam proses penciptaan. Jika kita menerima bahwa suatu akibat dapat terwujud tanpa sebab dan kita juga mengingkari akan keterkaitan antara sebab dan akibat maka hanya terdapat satu gambaran akan hal ini, yaitu ketika kita menyaksikan keteraturan serta keserasian alam ini, kita tidak akan bisa memahami serta mencermati bahwa ini semua ada yang mengatur.

Adapun manusia yang berakal maka ia tidak akan mengingkari hal ini, karena secara natural setiap manusia (walaupun dalam hal materi) ketika melihat sebuah kitab kecil dan sebuah permadani yang terhampar di sebuah bangunan maka ia tidak akan percaya kalau kitab atau pun permadani tersebut ada dengan sendirinya atau ada secara kebetulan, akan tetapi ia mengetahui bahwa kitab tersebut ditulis oleh seorang yang memiliki kehidupan dan perasaan sebagaimana permadani tersebut telah dibuat dan diukir oleh orang yang memiliki akal serta tujuan. Oleh karena itu (dalam cakupan yang lebih luas dan dalam), tidak dapat dipungkiri bahwa semua sistem keteraturan serta perhitungan yang terdapat pada setiap makhluk yang bermacam-macam di muka bumi ini, berasal dari Sang Pencipta yang memiliki kehidupan serta ilmu yang luar biasa. Tidak berasal dari kebetulan atau dari suatu zat yang tidak memiliki kehidupan, dimana semua itu tidak mungkin mengadakan serta menciptakan kerapian dan keserasian seluruh fenomena yang terdapat di alam ini.

Apabila seorang materialis melakukan penelitian terhadap sebab dan faktor asli yang terdapat pada seluruh makhluk di alam jagad raya ini, dan ia tidak mengetahui kecuali hal-hal yang lahir, lalu ia menyimpulkan bahwa ini semua berasal dari suatu materi yang tidak mempunyai kehidupan serta ilmu yang sangat tinggi atau hanya suatu kebetulan, pada hakikatnya ia hanya mengelabui dirinya sendiri atau terdapat kesalah fahaman akan pengenalan tentang Tuhan.

Dengan izin Tuhan, kami akan jelaskan secara rinci pada bab pertanyaan dan jawaban tentang dua faktor ini yang mendasari pola fikir para puak-puak Materialisme.


Dialog Newton Dengan Ilmuan Materialis
Tidak ada salahnya kalau di sini kita mengutip pembahasan antara Newton ahli perbintangan serta pakar matematika terkenal Inggris dengan salah seorang rekan ilmuannya yang berkeyakinan materialis dan mengingkari keberadaan Tuhan. Newton sekali waktu memesan pada seorang ahli mekanik untuk membuat permadani kecil yang bergambarkan sistem perputaran planet. Kemudian ahli mekanik tersebut menyiapkan sesuai apa yang dipesan oleh Newton, yang di dalamnya terdapat suatu markas serta beribu-beribu bintang dan galaxy.

Akan tetapi semua bintang, planet, dan galaxi hanya berbentuk bola-bola kecil saja yang satu sama lain dengan perantara suatu garis lintang saling berkaitan. Di situ terdapat pula semacam mesin penggerak yang kecil dimana mesin ini merupakan poros pergerakan seluruh benda-benda angkasa, yang apabila ia bergerak maka seluruh bola-bola tersebut akan bergerak secara tertib dan teratur pada jalurnya masing-masing mengelilingi markas tersebut.

Pada suatu hari Newton duduk di samping meja tempat ia belajar dimana ahli mekanik itu juga duduk di mebel sampingnya, pada saat itu ilmuan materialis rekan Newton memasuki ruangan tersebut, kemudian ilmuan itu (yang Newton sudah tahu keyakinannya sejak lama bahwa ia tidak meyakini jika alam yang sangat besar ini beserta isinya butuh pada ilmu dan daya fikir yang sangat tinggi) sangat terkejut ketika melihat permadani yang terbuat dari perak bergambarkan seperangkat sistem rotasi angkasa, ia terheran-heran pada keindahan ukiran ahli mekanik tersebut.

Ketika ia sampai pada puncak gambar, mesin kecil itu bergerak, dan secara tiba-tiba seluruh planet-planet kecil yang terbuat dari perak itu bergerak dengan gerakan yang indah dan teratur mengelilingi markas perputaran tersebut. Tanpa dapat mengontrol diri tiba-tiba ilmuan Materialis itu berteriak: Wahai betapa indahnya barang ini, siapakah yang membuatnya? Newton tanpa mengalihkan pandangannya dari kitab menjawab: Tidak satu pun orang yang membuatnya, barang ini tiba-tiba begitu saja ada. Kemudian ilmuan tersebut berkata: Sepertinya kamu tidak memahami maksud dari pertanyaanku, aku bertanya pada kamu tentang mekanik mahir manakah yang membuat permadani ini? Siapakah yang mengukir ini semua? Newton lantas menjawab: Kebetulan sekali aku sangat mencermati pertanyaanmu, dan jawaban pertanyaanmu sebagaimana apa yang aku katakan tadi, bahwa permadani ini tidak ada satupun orang yang membuatnya, ia tercipta hanya secara kebetulan. Yakni, bahan-bahan dasar permadani ini secara tiba-tiba terkumpul, setelah itu membentuk seluruh apa yang terdapat di permadani ini. Lalu ilmuan Materialis tersebut dengan tegas berkata: Tuan Newton, kamu kira aku orang bodoh?! Bagaimana mungkin permadani yang berukiran indah ini ada dengan sendrinya, itu merupakan hal yang mustahil, orang yang membuat permadani ini bukan hanya ahli akan tetapi ia juga memiliki pengalaman yang luar biasa. Pada saat itu Newton dengan tenang bangun dari meja belajarnya, lalu ia menutup buku sambil meletakkan tangannya di atas punggung kawannya seraya berkata: Wahai kawan segala sesuatu yang kamu lihat, pasti kamu akan menanyakan siapakah pembuatnya. Yang kamu saksikan ini tidak lain hanyalah sebuah permadani kecil, sebuah permadani yang telah didesain dengan suatu sistem yang canggih tentang peredaran galaxi.

Oleh karena itu, apakah engkau tidak menerima bahwa permadani ini tercipta tidak dengan sendirinya atau terjadi tidak secara kebetulan disebabkan tabrakan atau gesekan di antara elemen-elemennya tanpa ada seorang yang mahir dan memiliki tujuan membuatnya?! Jadi bagaimana kamu berpandapat bahwa sistem peredaran galaxi yang luar biasa dengan seluruh kemegahan serta sangat rumit ini tidak memilik pencipta yang berakal serta ilmu yang sangat tinggi, melainkan hanya sebuah tabrakan yang kebetulan serta berasal dari sebuah materi yang tidak memiliki kehidupan sama sekali ?!

Pada saat itu ilmuan tersebut malu dan tidak dapat menjawab pertanyaan Newton.

Dari sini telah terbukti bahwa burhan keteraturan (argumen from design, burhan nazhm) ini merupakan dalil yang kuat dan paten, yang mana setiap orang berakal tidak akan meragukan hal ini. Maka dari itu segala keteraturan serta tatanan undang-undang yang sulit dan rumit, pasti ada yang menciptakan, yang mana pencipta tersebut memiliki kemampuan yang luar biasa, ilmu yang sangat tinggi, dan tujuan serta perhitungan dalam mengerjakan segala sesuatu .


Hal Yang Menarik Dalam Pembuktian Burhan keteraturan

Di sini tidak ada salahnya jikalau kita mengisyaratkan pada masyarakat mengenai poin penting pada “pembuktiaan keteraturan” sebagai perbandingan dengan pembuktian-pembuktian yang lain untuk menetapkan eksistensi Sang Pencipta. Poin tersebut merupakan sumber pembuktian yang mana pada akhirnya semua pembuktian butuh padanya, dimana tanpa hal tersebut maka pembuktian akan menjadi kurang dan tidak sempurna. Sebagai contoh: untuk burhan “mumkin al-wujud” kita membuktikan bahwa setiap “wujud yang terikat” maka harus berakhir pada “wujud yang tidak terikat dan wajib ke beradaannya”, adapun untuk terealisasinya hakikat ini dimana wujud yang tidak terikat itu mempunyai ilmu yang sangat tinggi serta kehidupan atau tidak, niscaya kita butuh pada pembuktian sistem keteraturan ini. Pada pembuktian “huduts” kita telah menetapkan bahwa alam ini adalah ciptaan dan baru maka keberadaannya butuh pada pencipta.

Akan tetapi untuk mengetahui apakah sang pencipta ini suatu materi atau suatu wujud yang mempunyai ilmu serta kehidupan atau tidak, di sini juga kita butuh pada pembuktian burhan keteraturan sebagai mana yang telah dibahas di atas, sehingga dapat ditetapkan bahwa pencipta seluruh alam jagad raya ini harus memiliki ilmu yang sangat tinggi serta tujuan, dan ini semua tidak mungkin berasal dari suatu materi atau wujud yang tidak mempunyai ilmu sama sekali atau hanya dikarenakan suatu peristiwa kebetulan yang tidak memilki sebab. Merupakan hal yang menarik bahwa semua pembuktian untuk menetapkan keberadaan Sang Pencipta pada akhirnya butuh pada “pembuktian burhan keteraturan” atau yang lebih di kenal dengan “burhan nazhm“, yang tanpa dalil ini maka tidak akan sampai pada kesimpulan serta hasil akhir pembahasan, dan ini merupakan suatu keistemewaan dan kekhususan dari dalil ini.


Apakah dengan Pertemuan antara Materi yang Satu dengan Materi yang lain Dapat Menghasilkan Kehidupan?

Mungkin saja di sini terdapat pertanyaan; bahwa seluruh materi walau pun satu sama lain terpisah dan masing-masing tidak mempunyai kehidupan, dapat terjadi kemungkinan kehidupan katika satu sama lain bertemu serta bergabung. Selanjutnya setelah proses ini terwujud maka kehidupan tadilah yang menjadi faktor pengatur untuk semua sistem yang ada, kemudian ia memulai proses penyempurnaan kehidupan dan mengarahkan satu sistem yang sangat luar biasa.

Sebagaimana ion kalori dan sodium yang satu sama lain pada awalnya terpisah dan tidak mempunyai rasa asin, akan tetapi ketika ia bergabung terjadilah garam sebagaimana yang kita ketahui.

Jawab: Pada hakikatnya tidak ada keraguan sama sekali bahwa banyak sekali materi ketika bertemu dengan materi lain dapat menimbulkan suatu kekhususan, dimana sebelum pertemuan, masing-masing kedua materi tidak memiliki potensi untuk menciptakan sesuatu. Akan tetapi dengan memperhatikan tiga poin di bawah ini, jawaban sanggahan di atas akan menjadi jelas.

Pertama; Jika kita perhatikan saat masing-masing materi dan atom sebelum bertemu, kita melihat pada setiap dari mereka memiliki aturan sendiri-sendiri, dan dengan memperhatikan hal ini bahwa setiap aturan dan hitungan selamanya merupakan akibat dan adapun sebab seluruh aturan itu tidak lain kecuali potensi kehidupan itu sendiri, dari sini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Sang Pencipta setiap materi dan atom ini harus suatu wujud yang memiliki kehidupan serta kehendak. Sebab apabila tidak seperti ini, dari manakah asal segala aturan yang terdapat pada setiap materi dam atom sebelum mereka satu sama lain bertemu dan membuahkan sesuatu yang baru? Apakah aturan ini terwujud dari materi dan atom itu sendiri sedangkan ia tidak ada sebelumnya? Bagaimana mungkin suatu wujud yang tidak memiliki kehidupan dan kehendak dapat menciptakan suatu aturan bagi maujud-maujud? Dalam hal ini telah ditetapkan dalam rumus fisika, dimana harus diakui bahwa dalam proses penciptaan atom-atom dan materi terdapat suatu kekuatan di belakang mereka semua yang merupakan sumber kehidupan dan kehendak itu sendiri, dimana kekuatan tersebut mempunyai peran dalam setiap proses penciptaan dan semua sistem keteraturan bersumber darinya.

Kedua; Sebagaimana seluruh atom dan materi sebelum bertemu satu sama lain, mereka mempunyai aturan masing-masing, begitu pula bertemu dan bersatunya mereka dalam menjalani proses penyempurnaan, butuh pada ketelitian dan perhitungan yang sangat akurat. Sebagai contoh, penggabungan antara “kalori” dan “sodium” dapat membuahkan garam; akan tetapi proses itu merupakan suatu hal yang mungkin dengan syarat-syarat khusus, dan ketika proses pertemuan tidak sesuai dengan syarat-syarat khusus tersebut serta tidak mencapai derajat panas yang di butuhkan maka kedua unsur tersebut tidak dapat menghasilkan garam. Oleh karena itu dengan perhitungan seperti ini, di samping tata cara dan aturan yang terdapat pada setiap materi sebelum terjadi proses pertemuan merupakan hal yang bijaksana, untuk proses pertemuan serta penggabungan mereka pun harus dengan syarat-syarat yang teliti supaya proses pertemuan tersebut dapat menghasilkan hasil yang bagus. Sekarang kita bertanya, siapakah yang menciptakan sistem keteraturan dan perhitungan yang sangat akurat tatkala proses penyatuan antara satu materi dengan materi lain sehingga syarat-syaratnya tetap terjaga? Apakah penjagaan ini dari materi itu sendiri? Sebagaimana yang telah kami jelaskan sebelumnya hal ini tidak mungkin terwujud, sebab itu tidak ada jalan lain kecuali adanya suatu wujud yang mengatur serta menjaga seluruh materi serta unsur-unsur tersebut di luar mereka.

Ketiga; Dari sanggahan-sanggahan di atas, mereka (kaum materialis) mempunyai kesimpulan bahwa burhan keteraturan yang terdapat pada setiap makhluk di alam jagad raya ini, merupakan hasil dari kehidupan dan rangsangan dari penggabungan suatu materi dengan materi yang lainnya. Kehidupan dan rangsangan tersebut mengatur atom-atom tadi untuk proses penyempurnaanya yang selanjutnya menciptakan sistem keteraturan yang khusus.

Pada hakikatnya pemikiran ini tidaklah benar, sebab kehidupan serta daya rangsang tidak akan muncul dari pertemuan atom-atom ataupun materi, dengan dalil bahwa dalam proses penyempurnaan setelah pertemuan materi-materi tersebut terdapat sistem keteraturan yang khusus, begitu juga sebelum pertemuan serta penggabungan mereka terdapat burhan keteraturan yang khusus pula, jadi persamaan materi-materi tersebut dari sisi sistem keteraturan (baik sebelum dan sesudah) merupakan bukti yang sangat nyata , bahwa penggabungan satu materi dengan materi lainnya sama sekali tidak menciptakan kehidupan sehingga kita mengira bahwa kehidupan serta daya rangsang tersebut timbul atau menjadi akibat dari proses penggabungan materi-materi tersebut .

(Wisdoms-4-All/Israq/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: