IMAM MAHDI AL-MUNTAZHAR DALAM CATATANCATATAN
PERMASALAHAN Imam Mahdi al-Muntazhar afs yang telah disampaikan dalam Islam sebagai kabar gembira begitu juga dikabarkan oleh agama-agama terdahulu merupakan permasalahan kemanusiaan sebelum menjadi permasalahan keagamaan atau permasalahan dalam agama Islam. Sesungguhnya masalah tersebut merupakan ungkapan yang mendalam tentang keharusan terwujudnya nilai-nilai kemanusiaan secara umum.
Ajaran Ahlulbait memiliki keistimewaan berkenaan dengan keyakinan akan imâmah (selanjutnya ditulis imamah—peny.) atau kepemimpinan Muhammad bin Hasan al-Mahdi afs yang lahir pada tahun (15 Sya`ban) 255 H/(29 Juli) 870 M. Beliau menerima masalah penting ini dan bertanggung jawab terhadap kepemimpinan pada tahun 260 H/873 M serta beliau hidup hingga sekarang. Beliau diberi karunia untuk mengemban risalah yang penting dengan memerhatikan kondisi yang terjadi serta mengikuti perkembangan masa kini sekaligus menjaga kondisi yang semestinya terwujud guna kemunculan beliau di alam kemanusiaan setelah tersebarnya.
budaya-budaya jahiliah dengan segala kekuatan dan kerendahannya. Manusia akan tercerahkan dengan akal dan hati mereka guna mencapai hidayah Ilahi melalui pemimpin rabbani yang mampu memimpin alam secara keseluruhan sebagaimana yang diinginkan oleh Allah padanya. Imam ke-12 ini merupakan bagian dari Ahlulbait yang telah ditetapkan melalui nas (nash) oleh Rasulullah saw akan imamah mereka dan merupakan kabar gembira bagi umatnya akan kemunculan mereka. Imam Mahdi lahir dalam situasi yang sangat sulit yang tidak mungkin untuk menyebarkan atau mengumumkan secara umum akan kelahirannya. Akan tetapi, ayah beliau yaitu Imam Hasan Askari dan sejumlah keluarga serta sanak kerabat beliau menampakkan kegembiraan dan kebahagiaan mereka akan hal tersebut. Umat Syi’ah dan para pengikutnya mengetahui akan kelahiran beliau dan kehidupan beliau serta meyakini bahwa beliau adalah imam mereka yang keduabelas yang telah disampaikan nabi terakhir Muhammad saw sebagai kabar gembira. Selama lima tahun umat mengikuti beliau dan memerhatikan kemampuan beliau dalam menjawab berbagai permasalahan dan kehadiran beliau di berbagai tempat khusus yang terlindung dari para penguasa.1
Setelah kesyahidan ayah beliau, muncullah bukti-bukti yang nyata akan keberadaan beliau yang mampu menghilangkan keraguan seputar kelahiran, keberadaan, serta imamah beliau. Imam Mahdi afs memegang kepemimpinan dan masalah-masalah penting pada masa kegaiban sughra. Semua itu tersembunyi dari pengawasan pemerintah yang zalim dan para antek-anteknya.
Kepemimpinan beliau berlanjut pada masa kegaiban kubra setelah menetapkan ketentuan-ketentuan yang cukup serta menetapkan berbagai kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab kepemimpinan bagi ulama-ulama Allah dan orang-orang yang dapat menjaga kehalalan dan keharaman-Nya. Dengan penetapan-penetapan yang dilakukan oleh Imam Mahdi afs, pengganti-pengganti beliau selama masa kegaiban kubra mampu memikul tanggung jawab kepemimpinan dalam keagamaan di setiap kondisi yang terjadi pada masa tersebut.2
Pada gilirannya, seluruh aspek pendukung kemunculan beliau guna perbaikan menyeluruh sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah pada seluruh umat dapat terpenuhi.
Masa kegaiban kubra terjadi sejak 329/940 dan masa kegaiban tersebut berlangsung hingga kini. Imam Muhammad bin Hasan al-Mahdi afs selama masa kegaiban sughra melakukan berbagai kegiatan. Namun, beliau tertutup dari seluruh pengikutnya untuk menguatkan posisi beliau sebagai seorang imam yang wajib ditaati.
Sesungguhnya beliau adalah seseorang yang hendaknya umat nantikan kemunculan dan kepemimpinan beliau ketika terpenuhi seluruh aspek pendukung terciptanya revolusi dunia yang menyeluruh.
Hubungan Imam Mahdi al-Muntazhar afs dan para pengikutnya terjalin melalui empat orang wakil beliau selama masa kegaiban sughra. Hubungan ini terhenti sebelum pemerintah zalim yang berkuasa mampu menyingkap tempat persembunyian dan tempat aktivitas beliau. Sejak disebarkan akan berakhirnya masa kegaiban sughra, hubungan umat dengan para wakil beliau terhenti. Namun, beliau tetap memegang tampuk kepemimpinan sementara umat tetap dapat mengambil manfaat akan keberadaan beliau sebagaimana manusia tetap dapat mengambil manfaat dari matahari yang tertutup oleh awan.
Sepanjang masa kegaiban sughra Imam Mahdi al-Muntazhar as meninggalkan pada umat Islam warisan kekayaan yang tidak mungkin dapat dilupakan. Beliau tetap menjalankan tanggung jawab kepemimpinan yang beliau emban sebatas hal yang memungkinkan selama masa kegaiban kubra. Beliau menanti bersama orang-orang yang menunggu suatu hari di saat Allah Swt mengizinkan beliau untuk hadir dan menggunakan seluruh potensi dan kekuatan yang telah dipersiapkan Allah baginya untuk memenuhi dunia dengan keadilan setelah sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman dan kejahatan. Semua itu terjadi setelah terpenuhi seluruh kondisi yang memungkinkan dan dibutuhkan dari sisi jumlah dan persiapan. Begitu pula kondisi dunia yang mempersiapkan kemunculan beliau sebagai pemimpin dunia yang rabbani, yang memunculkan revolusi besar Islam dalam mewujudkan tujuan-tujuan agama, yakni, saat kemunculan dan kemenangan beliau atas seluruh agama meskipun orang-orang musyrik membencinya.
Catatan Kaki:
1. Rujuk buku Ayatullah Syekh Muhammad Amin Zainuddin dan DR. Ahmad Amin mengenai hadis-hadis Mahdi dan kemahdian, hal.13.
2. Mulhaqat Ihqaq al-Haq, Ayatullah Mar’asyi Najafi, jil.29, hal. 621-2.
(Teladan-Abadi/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email