Gedung Sarinah mendadak menjadi perhatian pasca aksi peledakan bom dan penembakan oleh sekelompok teroris siang tadi, Kamis (14/1/2016). Gedung Sarinah menjadi sorotan lantaran menjadi tanda untuk menunjukkan wilayah terjadinya aksi brutal yang menewaskan tujuh orang dan puluhan lainnya luka-luka.
Menariknya, ternyata gedung Sarinah memiliki sejarah penting yang berkaitan dengan sosok proklamator kemerdekaan Indonesia, Bung Karno. Gedung Sarinah dibangun tahun 1962 dan diresmikan langsung oleh Bung Karno. Gedung setinggi 74 meter dengan 15 lantai tersebut merupakan pusat perbelanjaan pertama di Indonesia dan merupakan gedung pencakar langit pertama di Indonesia.
Gedung Sarinah didirikan saat situasi makro ekonomi Indonesia dalam keadaan yang sangat buruk. Oleh sebab itu gedung ini diharapkan akan menjadi stimulator, mediator dan alat distribusi ke masyarakat luas dan menjalankan fungsinya sebagai stabilisator ekonomi, pelopor dalam pengembangan usaha perdagangan eceran (ritel) serta berpartisipasi dalam perubahan struktur perekonomian Indonesia.
Sesuai dengan visinya, menjadi sebuah pusat ritel terdepan dari produk unggul yang bercirikan budaya Indonesia, gedung Sarinah banyak menggaet masyarakat untuk menjadi mitra usahanya. Seperti pengrajin kain batik, pengrajin kayu, pengrajin keramik dan masih banyak lagi pengrajin lainnya yang mengangkat budaya serta kekayaan bangsa Indonesia.
Pusat Penjualan Barang-barang dalam Negeri
Namun demikian, dalam perjalanannya gedung ini juga mengalami pasang surut. Bahkan pada tahun 1984 gedung Sarinah pernah mengalami kebakaran. Namun karena didorong oleh keinginan untuk melayani masyarakat, Sarinah yang telah menjadi aset nasional bangkit kembali.
Pembangunan Gedung ini diharapkan menjadi pusat promosi penjualan berbagai barang hasil produksi dalam negeri, terutama hasil pertanian dan industri rakyat. Sukarno saat itu ingin Indonesia memiliki gedung pencakar langit agar menjadi pusat ekonomi kerakyatan. Sehingga hasil produksi masyarakat Indonesia dapat dilihat oleh dunia.
Sukarno mengetahui potensi besar Indonesia, Ia menghendaki adanya show case yang modern. Dengan begitu, potensi bangsa dan negara Indonesia dapat dilihat di gedung pusat perbelanjaan. Bukan sembarang potensi, melainkan potensi sebuah bangsa yang digali dari semangat nasionalisme yang tinggi, bukan karena modal asing, tenaga asing, dan manajemen asing.
Nama Sarinah sendiri diberikan oleh Bung Karno dari nama seorang pengasuhnya yang berasal dari kalangan bawah bernama “Sarinah”. Presiden Pertama Indonesia ini ingin menghargai dan memulyakan jasa seorang Sarinah dengan menyematkannya sebagai nama gedung pencakar langit pertama di Indonesia.
Namun apa yang terjadi selanjutnya, gedung yang semula dibangun dengan semangat nasionalisme itu lambat laun mulai meluntur. Saat ini, bila kita memasuki gedung itu, maka akan terlihat jelas betapa banyak produk-produk asing yang dijajakan.
Mulai dari unit usaha makanan sampai pakaian yang dijual dalam gedung tua itu telah dikuasasi oleh pemodal asing. Gedung yang diharapkan sebagai centra pemasaran hasil karya anak bangsa ke dunia internasional menjadi show case bisnis kapitalis.
Zaman telah berubah. Mimpi berdikari di bidang ekonomi telah pergi mengikuti para pendiri Republik ini. Sarinah, dinding-dinding mu adalah saksi lunturnya nasionalisme.
(Berdikari-News/Empat-Pilar-MPR/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email