Pesan Rahbar

Home » » Buku HTI Tidak Laku, Buku ‘Kiri’ Laris Manis

Buku HTI Tidak Laku, Buku ‘Kiri’ Laris Manis

Written By Unknown on Monday 23 May 2016 | 21:57:00

Buku Das Kapital

Sebulan belakangan ini Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Partai Komuis Indonesia (PKI) memenuhi halaman-halaman media cetak dan online. Bila HTI didesak untuk dibubarkan, kalau PKI diwaspadai kemunculannya kembali.

HTI memang terus mengusung isu khilafah supaya ditegakkan di Indonesia meski masyarakat mulai aktif menolaknya. Tak ayal penolakan khilafah berimbas pula pada penjualan buku-bulu HTI.

M Ashar Rahmat, pemilik Toko Buku Empat Putra, memaparkan, penjualan buku-buku HTI tidak lagi diminasti masyarakat. Malah penjualan buku-buku “kiri” jauh lebih tinggi dibandingkan buku-buku HTI. Ia menganggap, lebih baik menjual buku “kiri” ketimbang buku Hizbut Tahrir.

“Dulu pernah saya jual buku-buku HTI. Tapi sekarang sudah enggak punya sama sekali. Susah laku. Buku itu hanya laku di kalangan tertentu,” katanya saat di toko bukunya, di Shopping Centre, Kota Yogyakarta Rabu 18 Mei 2016 sebagaimana dilansir dari merahputih.com.

Penjualan buku-buku bertema Marxisme, Lenisnisme, dan komunisme atau biasa disebut buku “kiri” laris manis. Ratusan eksemplar buku habis terjual setiap bulannya. Menurutnya, jumlah eksemplar itu berbeda dengan jumlah judul buku.

“Kalau judul buku sekitar 100-an judul. Jadi gini, penjualan buku ‘kiri’ ini ibarat air. Pelan tapi ternyata terus-menerus. Air kan pelan pelan tapi taunya ngalir terus,” paparnya.

M Rahmat menjelaskan, pembeli buku-buku kiri lebih didominasi pembaca umum. Menurutnya, kalangan mahasiswa terhitung sedikit. Sementara golongan pembeli terkecil ialah pelajar sekolah.

“Mahasiswa umumnya cuma cari buku ‘kiri’ yang dasar-dasarnya. Semacam pengantar wacananya aja. Baru nantinya, setelah mereka udah jelang akhir kuliah, biasanya baru cari buku ‘kiri’ yang lebih jauh lagi,” katanya menjelaskan.

Terkait HTI, Ashar pun pesimistis ajaran kelompok yang menolak Pancasila ini dapat berkembang di Indonesia. Menurutnya, aneh bila ada kelompok massa yang kerap menentang demokrasi tetapi berlindung di balik demokrasi.

Di tengah ramainya teror terhadap logo palu arit dan buku-buku komunisme di berbagai daerah, muncul pandangan bahwa reaksi masyarakat itu hanya cara untuk menangkal berkembangnya gerakan Hizbut Tahrir Indonesia.

Gerakan HTI yang berlandaskan ajaran-ajaran ulama politik Timur Tengah memiliki tujuan mendirikan Khilafah di Indonesia serta menolak mentah-mentah sistem negara yang berlaku saat ini.

“Oke, kalau begitu supaya jangan ter-image bahwa ‘Islam’ dimusuhi, maka dicarilah pembanding dan penyeimbang. Dibangkitkanlah setan dalam kubur bernama PKI sebagai penyeimbang, dengan begitu pemerintah tidak selalu menyasar “Islam” tetapi juga komunis.

Benar saja, tidak lama sesudah setan itu dibangkitkan kembali, Mendagri langsung merespons bahwa ormas yang tidak berideologi Pancasila, harus dibubarkan. Maka bingunglah HTI keti!ka mereka tidak bisa menyerang pemerintah dengan membawa nama ‘Islam’, toh pemerintah juga menghajar komunis,” begitu pernyataan akun facebook Deny Siregar yang cukup memengaruhi pandangan publik.

(Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: