Pesan Rahbar

Home » » Setelah-Ku (Kata Rasulullah Saw) ada Dua Belas Khalifah

Setelah-Ku (Kata Rasulullah Saw) ada Dua Belas Khalifah

Written By Unknown on Wednesday 4 May 2016 | 00:19:00


Wajib Beriman kepada Dua Belas Khalîfah Nabi saw

Khilâfah atau imâmah adalah kepemimpinan Islam secara teokratis setelah nubuwwah (kenabian). Dalam Islam yang suci masalah kepemimpinan merupakan masalah pokok (ushûluddîn ). Dan yang dimaksudkan dengan khilâfah atau imâmah ialah kepemimpinan Islam setelah Rasûlullah saw wafat. Dan orang-orang yang dipilih Allah 'azza wa jalla untuk menjadi pemimpin ummat setelah Rasûlullâh saw dijuluki imâm atau khalîfah .

Setiap orang Islam wajib mengenal dan mengikuti para imâm atau para khalîfah pilihan Allah ‘azza wa jalla, dikarenakan khilâfah atau imâmah (kepemimpinan pasca kenabian) itu adalah kelanjutan dari risâlah (kerasulan) atau nubuwwah , ma-ka siapa pun yang tidak menerima khilâfah yang penunjukkannya dari Allah dan diridoi-Nya adalah sama halnya dengan mengingkari kenabian Muhammad saw, dan orang yang tidak mengenalnya jika dia mati, maka kematiannya seperti kematian jâhiliyyah (kebodohan secara spiritual karena tidak menerima kebenaran) sebagaimana yang disebutkan dalam hadîts-hadîts berikut.

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ : يَا عَلِيُّ مَنْ قَتَلَكَ فَقَدْ قَتَلَنِي, وَ مَنْ أَبْغَضَكَ فَقَدْ أَبْغَضَنِي, وَ مَنْ سَبَّكَ فَقَدْسَبَّنِي, لأَنَّكَ كَنَفْسِي, رُوْحُكَ مِنْ رُوْحِي وَ طِيْنَتُكَ مِنْ طِيْنَتِي. إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى خَلَقَنِي وَ إِيَّاكَ, وَ اصْطَفَانِي وَ إِيَّاكَ, وَ اخْتَارَنِي لِلنُّبُوَّةِ وَ اخْتَارَكَ للإِمَامَةِ, وَ مَنْ أَنْكَرَ إِمَامَتَكَ فَقَدْ أَنْكَرَ نُبُوَّتِي, يَا عَلِيُّ أَنْتَ وَصِيِّي وَ أَبُو وَلَدَيَّ, وَ زَوْجُ ابْنَتِي وَ خَلِيْففَتِي عَلَى أُمَّتِي فِي حَيَاتِي وَ بَعِدَ مَوْتِي, أَمْرُكَ أَمْرِي وَ نَهْيُكَ نَهِيِي. أُقْسِمُ بِالَّذِي بَعَثَنِي بِالنُّبُوَّةِ وَ جَعَلَنِي خَيْرَ الْبَرِيَّةِ, إِنَّكَ لَحُجَّةُ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ وَ أَمِيْنُهُ عَلَى سِرِّهِ وَ خَلِيْفَتُهُ عَلَى عِبَادِهِ

Rasûlullâh saw berkata, “Wahai ‘Ali, siapa yang membunuhmu maka sesungguhnya dia membunuhku, siapa yang membencimu maka sesungguhnya dia telah membenciku, dan siapa yang mencelamu maka sesengguhnya dia telah mencelaku, karena sesungguhnya engkau seperti diriku, ruhmu dari ruhku, asal kejadianmu dari asal kejadianku. Sesungguhnya Allah tabâraka wa ta‘âlâ (yang maha berkah dan maha tinggi) telah menciptakanku dan kamu dan memilihku dan kamu. Dia telah memilihku untuk kenabian dan memilihmu untuk imâmah (kepeminpinan setelah kenabian). Siapa yang mengingkari kepemimpinanmu, maka sesungguhnya dia telah mengingkari kenabianku. Wahai ‘Ali! Engkau adalah washiku (penerima wasiatku), ayah bagi dua anakku (Hasan dan Husain as), suami putriku (Fâthimah as) dan khalîfah-ku atas ummatku pada waktu hidupku dan setelah matiku. Perintahmu adalah perintahku dan laranganmu adalah laranganku. Aku bersumpah demi Tuhan yang telah mengutusku dengan kenabian dan menjadikanku sebaik-baik makhluk, sesungguhnya kamu itu hujjah Allah atas makhluk-Nya, kepercayaan-Nya atas rahasia-Nya dan khalîfah-Nya atas hamba-hamba-Nya.” [Madînah Al-Balâghah 2/360]

قَالَ رَسُولُ اللهِ ص : مَنْ مَاتَ وَ هُوَ لاَ يَعْرِفُ إِمَامَهُ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً

Rasûlullâh saw berkata, “Siapa yang mati sedang dia tidak mengenal imamnya niscaya dia mati seperti kematian jâhiliyyah.” [Bihâr Al-Anwâr 23/77]

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : مَنْ مَاتَ بِغَيْرِ إِمَامٍ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً

Rasûlullâh saw berkata, “Siapa yang mati tanpa imâm niscaya dia mati seperti kematian jâhiliyyah.” [Kanz Al-'Ummâl, berita 464]

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ : مَنْ بَاتَ لَيْلَةً لاَ يَعْرِفُ فِيْهَا إِمَامَ زَمَانِهِ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً

Rasûlullâh saw berkata, “Siapa yang bermalam pada suatu malam yang dia tidak mengenal imam zamannya niscaya dia mati seperti kematian jâhiliyyah.” [Mîzân Al-Hikmah 1/171]


Penunjukkan Imâm atau Khalîfah

Kemudian imâm atau khalîfah penunjukkannya adalah sebagaimana halnya para nabi dan para rasûl, mereka dipilih dan ditentukan oleh Allah ‘azza wa jalla, tidak dipilih dan tidak ditentukan oleh manusia, baik melalui musyawarah mufakat, atau dengan penunjukkan sebuah lembaga, atau berdasarkan penunjukkan seseorang atau dipilih oleh ummat manusia secara demokratis.

Di dalam kitab suci Al-Quran ada beberapa ayat yang menyebutkan kriteria para imâm atau khalîfah buat ummat manusia.

وَ إِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِماتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَ مِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ

Dan ingatlah ketika Ibrâhîm diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (nama-nama Ahlulbait Nabi), lalu dia menyempurnakannya (sampai yang terakhir). Dia berfirman, Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam untuk ummat manusia. Dia berkata, Dan dari keturunanku. Dia berfirman, Janji-Ku tidak akan mencapai orang-orang yang zalim. [Surah Al-Baqarah 2/124]

Ayat di atas telah memberikan isyarat kepada kita bahwa Allah ‘azza wa jalla akan menjadikan imam-imam dari sebagian dzurriyyah Ibrâhîm as. Dan imam-imam yang Allah pilih itu tidak zalim baik kepada orang lain maupun kepada dirinya sendiri. Dengan kata lain para imam itu harus ma‘shûm (tidak melakukan dosa-dosa dan kesalahan).

وَ نُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الأَرْضِ وَ نَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَ نَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ

Dan Kami hendak memberikan karunia kepada manusia-manusia yang tertindas di bumi, dan Kami akan menjadikan mereka imam-imam dan Kami jadikan mereka yang mewarisi. [Surah Al-Qashash 28/3]

Pada ayat Al-Quran tersebut Allah ‘azza wa jalla berjanji akan memberikan karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi dan menjadikan mereka imam-imam untuk seluruh manusia dan menjadikan mereka sebagai para pewaris, yakni sebagai pewaris pemahaman dan ilmu pengetahuan Rasûlullâh saw.

وَ جَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَ كَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

Dan di antara mereka Kami jadikan imam-imam, mereka menunjuki (manusia dan jin) dengan perintah (ajaran) Kami, karena mereka telah bersabar dan yakin kepada ayat-ayat Kami. [Surah Al-Sajdah 32/24]

وَ جَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَ أَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَ إِقَامَ الصَّلاةِ وَ إِيْتَاءَ الزَّكَاةِ وَ كَانُوا لَنَا عَابِدِيْنَ

Dan Kami jadikan mereka imam-imam yang menunjuki (manusia dan jin) dengan perintah (ajaran) Kami, dan Kami mewahyukan (mengilhamkan) kepada mereka untuk melakukan kebaikan-kebaikan, mendirikan shalat dan me-ngeluarkan zakat. Dan kepada Kami mereka mengabdi. [Surah Al-Anbiyâ` ayat 73]

وَ لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا وَ إِبْرَاهِيْمَ وَ جَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَ الْكِتَابَ فَمِنْهُمْ مُهْتَدٍ وَ كَثِيْرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُوْنَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nûh dan Ibrâhîm, dan Kami telah jadikan pada keturunan keduanya kenabian dan Al-Kitab, maka di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak dari mereka yang fâsiq. [Surah Al-Hadîd ayat 26]

Semua ummat manusia---tidak diragukan lagi—bahwa mereka itu keturunan para nabi, keturunan orang-orang suci dan dzurriyyah manusia-manusia pilihan Tuhan, baik dari dzurriyyah Nabi Nûh as, Nabi Ibrâhîm as maupun dari nabi-nabi yang lain, paling tidak dari keturunan Ãdam as sebagaimana yang Nabi saw katakan bahwa seluruh manusia dari Ãdam dan Ãdam dari tanah.

Namun berdasarkan ayat diatas dan secara faktual bahwa ternyata keturunan para nabi itu ada yang shâlih dan ada yang thâlih , ada yang menerima kebenaran dan ada yang menentangnya bahkan pada ayat tersebut diungkapkan wa katsîrun minhum fâsiqûn.


Jumlah para Khalîfah Rasûlullâh saw

Jumlah mereka yang Allah pilih itu semuanya ada dua belas (12) orang dari sejak Nabi saw sampai hari kiamat tiba, dan semuanya dari Quraisy.

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : لاَ يَزَالُ هَذَا الدِّيْنُ قَائِمًا حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ أَوْ يَكُونَ عَلَيْكُمْ اثْنَا عَشَرَ خَلِيْفَةً كُلُّهُمْ مِنْ قَرَيْشٍ

Rasûlullâh saw berkata, “Ajaran (Islam) ini senantiasa ada sampai tegaknya saat (kiamat) atau berlalu atas kalian (wahai ummat Islam) dua belas khalîfah yang seluruhnya dari Quraisy.” [HR Muslim]

Para khalîfah Rasûlullâh saw yang dua belas itu dari Quraisynya itu dari banî siapa? Dan bagaimana jika ummat Islam tidak ber-wilâyah kepada mereka?

قَالَ أَمِيْرُ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلَيْه السَّلاَمُ : إِنَّ الأَئِمَّةَ مِنْ قُرَيْشٍ غُرِسُوا فِي هَذَا الْبَطْنِ مِنْ هَاشِمٍ لَا تَصْلُحُ عَلَى سِوَاهُمْ وَ لاَ تَصْلُحُ الْوُلاَةُ مِنْ غَيْرِهِمْ

Amîrul Mu`minîn as telah berkata, “Sesungguhnya para imâm itu dari Quraisy, mereka telah ditanam di dalam perut ini (keturunan) dari Hâsyim, tidak akan beres (khilâfah) kalau bukan mereka dan tidak akan maslahat para wali (pemimpin) jika selain dari mereka.” [Syarh Nahj Al-Balâghah, Ibnu Abî Al-Hadîd 9/84]


Data-data para Khalifah 

Data-data para khalîfah Rasûlullâh saw dari beberapa ayat Al-Quran dan beberapa hadîts di atas adalah sebagai berikut.

1. Mereka dari dzurriyyah atau keturunan Nabi Ibrâhîm as yang tidak fâsiq dan tidak zhâlim .

2. Memiliki sifat ‘ishmah (potensi baik) yang kuat hingga tidak melakukan dosa-dosa.

3. Ditempa oleh Tuhannya dengan menjalani hidup tertindas.

4. Mewarisi ilmu dan pemahaman Nabi saw, dan mereka tidak pernah berguru kepada orang lain selain mewarisi ilmu-pengetahuan dari ayahnya secara langsung, tetapi justru tokoh-tokoh lain yang berguru kepada mereka, seperti Abû Hanîfah (Imam madzhab hanafi) dan Mâlik bin Anas (Imam madzhab mâlikî) mereka pernah berguru kepada salah seorang dari imam yang dua belas.

5. Menunjuki ummat (manusia dan jin) dengan petunjuk Allah, tidak dengan ijtihâd, karena mereka bukan para mujtahid .

6. Mereka berjumlah dua belas khalîfah (itsnâ ‘asyara khalîfah ) untuk kurun waktu dari sejak Nabi saw sampai hari kiamat datang. Wafat yang pertama langsung diteruskan oleh yang kedua, wafat yang kedua diganti oleh yang ketiga dan begitulah seterusnya.

7. Mereka berasal dari Quraisy dari Banî Hâsyim, bukan dari banî yang lain.


Nama-nama Mereka

Dalam kitab Yanâbi‘ Al-Mawaddah yang ditulis Al-Qandûji---seorang ulama hadîts yang bermadzhab hanafi dalam hal fiqh ---disebutkan nama-nama para khalîfah yang dua belas, yaitu riwayat dari Mujâhid dari Ibnu ‘Abbâs dari Rasûlullâh saw.

Di bawah ini saya sebutkan nama kunyah -nya, nama mulianya dan nama laqab (julukannya), tahun kelahiran dan tahun wafatnya baik tahun Hijrah maupun Masîhinya:

1. Abû Al-Hasan ‘Ali bin Abî Thâlib as, julukan beliau Al-Murtadhâ, Amîrul Mu`minîn atau dalam sûrah Yâsîn beliau dijuluki Imâm Mubîn, beliau dilahirkan pada 13 Rajab tahun 23 sebelum Nabi saw hijrah (25 Mei 600), wafat pada tanggal 21 bulan Ramadhân tahun 40 H (28 Januari 661).

2. Abû Muhammad Al-Hasan bin ‘Ali, nama julukan Al-Mujtabâ, dilahirkan pada 15 bulan Ramadhân tahun 3 H (1 Maret 625), wafat pada 7 Shafar tahun 50 H (6 Maret 670).

3. Abû ‘Abdillâh Al-Husain bin ‘Ali, nama julukan Al-Syahîd, dilahirkan pada 3 Sya'bân 4 H (8 Januari 626), wafat pada 10 Al-Muharram 61 H (10 Oktober 680).

4. Abû Al-Hasan ‘Ali bin Al-Husain, nama julukan Zaiul ‘Âbidîn atau Al-Sajjâd, dilahirkan pada 5 Sya‘bân tahun 38 H (6 Januari 659), wafat pada 25 Al-Muharram tahun 94/95 H (31 Oktober 712/20 Oktober 713).

5. Abû Ja‘far Muhammad bin ‘Ali, nama julukan Al-Bâqir, dilahirkan lahir pada 3 Shafar tahun 57 H (16 Desember 676), wafat pada 7 Dzul Hijjah tahun 114 H (28 Januari 733).

6. Abû ‘Abdillâh Ja‘far bin Muhammad, nama julukan Al-Shâdiq, lahir pada 17 Al-Rabî‘ Al-Awwal tahun 83 H (20 April 702), wafat pada 25 Syawwal tahun 148 H (14 Desember 765).

7. Abû Al-Hasan Mûsâ bin Ja‘far, nama julukan Al-Kâzhim lahir pada tanggal 7 Shafar tahun 129 H (28 Okto-ber 746), wafat pada 25 Rajab tahun 183 H (1 September 799).

8. Abû Al-Hasan ‘Ali bin Mûsâ, nama julukan Al-Ridhâ lahir pada 11 Dzul Qa‘dah tahun 148 H (29 Desember 765), wafat tanggal 17 Shafar tahun 203 H (24 Agustus 818).

9. Abû Ja‘far Muhammad bin ‘Ali, nama julukan Al-Jawâd, lahir pada 10 Rajab tahun 195 H (8 April 811), wafat pada 30 Dzul Qa‘dah tahun 220 H (25 November 835).

10. Abû Al-Hasan ‘Ali bin Muhammad, nama julukan Al-Hâdî, lahir pada 2 Rajab tahun 212 H (27 September 827), wafat pada 3 Rajab tahun 254 H (28 Juni 868).

11. Abû Muhammad Al-Hasan bin ‘Ali, nama julukan Al-Zaki dan Al-‘Askari, lahir pada 8 Al-Rabî‘ Al-Ãkhir tahun 232 H (3 Desember 846), wafat pada 8 Al-Rabî‘u Al-Awwal tahun 260 H (1 Januari 874).

12. Abû Al-Qâsim Muhammad bin Al-Hasan, nama julukannya antara lain Al-Mahdi, Al-Qâ`im, Al-Hujjah dan Shâhibuz Zamân, lahir pada 15 Sya‘bân tahun 255 H (29 Juli 869), beliau masih hidup, tetapi dalam keghaiban.


Khalîfah Nabi saw yang ke-12 adalah imam bagi manusia pada zaman ini baik diterima ataupun tidak. Beiau sekarang dighaibkan Allah ‘azza wa jalla yang kedatangannya dinantikan, maka beliau dijuluki pula Al-Muntazhar. Rasûlullâh saw telah menyebutkan bahwa beliau itu akan datang pada saat bumi ini telah diliputi oleh kezaliman dan kejahatan.

عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : يَخْرُجُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي وَ خَلْقُهُ خَلْقِي فَيَمْلَئُ الأَرْضَ قِسْطًا وَ عَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَ جَوْرًا

Dari Ibnu Mas‘ûd berkata: Rasûlullâh saw telah berkata, “Akan keluar seorang lelaki dari Ahlulbaitku yang namanya sama dengan namaku dan postur tubuhnya sebagaimana postur tubuhku (atau akhlaknya seperti akhlakku), lalu dia penuhi (bumi ini) dengan keadilan dan kebenaran sebagaimana ia telah diliputi oleh kezaliman dan kejahatan.” [HR Al-Thabrâni, Kanz Al-'Ummâl 7/88]

Imam Al-Mahdi as adalah keturunan dari Imam Husain as, keturunan dari putri Nabi yaitu Fâthimah Al-Zahrâ` as, keturunan Rasûlullâh saw dan termasuk dari dzurriyyah Ibrâhîm as.

Berita gembira akan kemunculan Imam Al-Mahdi as di akhir zaman untuk menegakkan keadilan, banyak diriwayatkan dalam kitab-kitab hadîts secara mutawâtir (berita dari banyak ke banyak sehingga mustahil orang banyak bersekongkol untuk mengadakan dusta), baik dalam kitab-kitab yang umum (melalui jalur sahabat Nabi saw) maupun yang khusus yang diriwayatkan dari keluarga Rasûlullâh saw. Maka kembalilah ke khilâfah yang telah ditertibkan Allah, supaya tidak mati seperti kematian jâhiliyyah.

(Abu-Zahra/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: