Pesan Rahbar

Home » » Perluas Tembok Ratapan, Awal Rencana Busuk Israel Ambil Alih Al-Aqsa

Perluas Tembok Ratapan, Awal Rencana Busuk Israel Ambil Alih Al-Aqsa

Written By Unknown on Sunday 22 May 2016 | 17:02:00

Rabbi Shmuel Rabinowitz dan beberapa pekerja lainnya tengah membersihkan kertas-kertas berisi pesan yang dimasukkan dalam celah-celah tembok ratapan. (Foto: Reuters)

Pemerintah Israel telah memberikan isyarat untuk melanjutkan rencana perluasan area doa Yahudi di Tembok Barat (al-Buraq atau disebut kaum Yahudi dengan Tembok Ratapan), di Kota Tua Yerusalem. Israel tetap ngotot melakukan itu meski ada sejumlah peringatan yang menyebutkan bahwa hal itu hanya akan membangkitkan Intifada ketiga. Para pejabat Israel menolak proposal yang diajukan pengadilan Yerusalem pada awal minggu ini untuk menangguhkan rencana tersebut, karena para hakim merasa bahwa perluasan Tembok Ratapan akan melanggar kesepakatan "status quo" yang mengatur mengenai tempat-tempat suci di Yerusalem.

Otoritas Islam menyetujui perjanjian tersebut setelah Israel menjajah Yerusalem Timur pada tahun 1967. Area yang diajukan untuk menjadi lokasi pengembangan adalah area Gerbang Mughrabi, yang merupakan salah satu pintu masuk menuju Haram Ash-Sharif, yag juga menjadi lokasi Masjid Al-Aqsa. Pelanggaran bertubi-tubi yang dilakukan Israel terhadap situs tersebut bermula pada bulan Agustus tahun lalu, pada awal bulan suci Ramadhan dan terus berlangsung pada bulan Februari dan Maret, memicu lahirnya unjuk rasa dan kekerasan terhadap rakyat Palestina.

Serbuan bersenjata ke Masjid Al-Aqsa pada tahun 2000, oleh Ariel Sharon, sesaat setelah menjabat sebagai perdana menteri, langsung melahirkan Intifada kedua. Dalam beberapa minggu terakhir, para analis sudah amat khawatir dengan semakin dekatnya Intifada ketiga karena pemerintahan Benjamin Netanyahu ngotot membangun pemukiman ilegal di Yerusalem Timur dan secara sepihak mengklaim sejumlah situs di Yerusalem sebagai "warisan budaya Israel."

Jika kembali ada serangan terhadap Masjid Al-Aqsa, hal itu akan seperti menuangkan bahan bakar pada api yang menyala, kata Hanna Sweid, seorang anggota parlemen Israel berdarah Palestina yang melayangkan dasar keberatan terhadap skema Israel tersebut. Berdasar bukti-bukti yang dikemukakan di pengadilan Yerusalem, para pejabat Israel menggunakan kerusakan kecil di sebuah jalur batu dekat Gerbang Mughrabi sebagai dalih untuk menghancurkannya enam tahun yang lalu. Israel ingin menggantikan jalur tersebut dengan jembatan permanen dan memperluas area doa Yahudi ke wilayah tersebut.

Skema tersebut berasal dari inspirasi Shmuel Rabinowitz, rabbi yang menangani urusan Tembok Barat. Tahun 2004, ia menyebut kerusakan pada jalur tersebut sebagai sebuah "mukjizat" yang memberikan peluang kepada Israel untuk semakin banyak mencaplok lahan otoritas Islam di Kota Tua. Rencana rabbi tersebut disetujui pada akhir tahun 2007 oleh sebuah komite khusus kementerian yang dikepalai oleh Ehud Olmert, yang kala itu menjabat sebagai perdana menteri. Proyek tersebut juga didukung penuh Netanyahu, meski ia membekukan pembangunan pada bulan Juli setelah mendapat perintah dari pengadilan Yerusalem.

Sejak penggarapan gerbang tersebut dimulai, Yordania, Turki dan pemerintah Palestina mengungkapkan kekhawatiran karena hal itu merupakan pertanda adanya ekspansi lebih lanjut. Para pengamat berharap bahwa, setelah dihadapkan dengan perseteruan dengan Amerika Serikat setelah terjadi krisis diplomatik yang dipicu pembangunan pemukiman ilegal di Yerusalem Timur, Netanyahu akan menyetujui permintaan pengadilan. Namun mereka salah. "Netanyahu punya sejarah menginjak-injak hak Palestina di Kota Tua," kata Sweid. "Ada alasan kuat untuk merasa khawatir dengan apa yang dia rencanakan kali ini." Israel mengklaim Masjid Al-Aqsa dan Haram Ash-Sharif dibangun di atas reruntuhan dua "kuil Yahudi kuno" yang dibangun oleh Solomon dan Herod. "Haram Ash-Sharif adalah sebuah lokasi sensitif bagi Muslim, dan pemerintah Israel bermain api dalam hal ini," kata Mohammed Masalha, seorang dosen yan mengepalai kelompok koalisi di Israel yang membawa kasus tersebut ke persidangan. Israel punya alasan lain untuk melakukan penggalian ilegal tersebut, kata Kais Masser, pengacara yang mewakili kelompok-kelompok Islam. "Mereka ingin menggali sesuatu, apapun, yang bisa diklaim sebagai peninggalan purbakala untuk menghapuskan tuntutan Muslim untuk memperbaiki jalur tersebut. Dengan demikian, membangun kembali jalur itu menjadi mustahil karena akan dianggap merusak situs arkeologis."

Menurut Nasser, Israel berharap bahwa jika pihaknya dapat memastikan bahwa pembangunan jembatan menjadi solusi satu-satunya, maka tidak akan ada rintangan untuk memperluas Tembok Ratapan. Meir Ben Dov, arkeolog Israel dan direktur penggalian Tembok Barat, Mengatakan bahwa dirinya curiga dengan aktivitas Israel di situs tersebut, ia menambahkan bahwa tujuan utama Israel tampaknya adalah mengendalikan penuh Tembok Barat yang panjangnya mencapai 480 meter. Kepada persidangan tersebut, ia mengaku dapat memberikan bukti bahwa kerusakan jalur tersebut amat kecil. "Saya diminta pemerintah (Israel) untuk memeriksa kerusakan, dua hari setelah terjadi, dan saya menemukan ada sekitar selusin batu yang keluar dari posisi," katanya. "Jalur itu bisa diperbaiki dalam waktu kurang dari satu minggu, namun mereka memerintahkan untuk menghancurkannya."

Ben Dov dan pengamat lainnya mengatakan bahw ahal itu hanyalah contoh dari kebijakan jangka panjang untuk pada akhirnya mengambil alih seluruh kendali umat Muslim terhadap kompleks Masjid tersebut. Di antara yang paling signifikan adalah pembangunan Kota David, taman arkeologis Israel, yang terletak di sebelah selatan Masjid Al-aqsa di kawasan hunian Palestina di Silwan. Dioperaikan oleh kelompok pemukim ekstremis Elad, pembangunan situs tersebut telah mencaplok rumah-rumah Palestina dan memaksa penghancuran rumah-rumah Palestina, kelompok tersebut ingin menghubungkan taman tersebut dengan "kuil Yahudi."

Dengan didukung politisi sayap kanan, termasuk dulunya Netanyahu, para pemukim juga ingin mengambil alih rumah-rumah Palestina, di dekat Haram Ash-Sharif. Sebuah organisasi pemukim, Ateret Cohanim, amat aktif dan melakukan penggalian di bawah rumah-rumah Palestina di sekitar kompleks Masjid dengan harapan untuk dapat menemukan jejak-jejak "kuil Yahudi."


(Suara-Islam/berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: