Pesan Rahbar

Home » » Korelasi Sayyid Quthub, Ikhwanul Muslimin, dan Ideologi Takfir

Korelasi Sayyid Quthub, Ikhwanul Muslimin, dan Ideologi Takfir

Written By Unknown on Thursday 25 August 2016 | 23:30:00


Dalam pengakuannya kepada Media Mesir, al-Wathan, Khalid az-Za’farani, mantan pimpinan Ikhwanul Muslimin, Mesir itu mengungkapkan kontribusi Sayyid Quthub dalam menelurkan gagasan takfiri di Mesir pada 1966 di penjara.

Tak hanya itu, tokoh yang kini aktif sebagai pengamat gerakan Islam tersebut membeberkan peran dan sepak terjang Ikhwanul Muslimin (IM) dalam penyebaran ideologi takfiri itu.

Terutama dinamika IM dan pergerakan mereka sebelum dan pasca-Revolusi 25 Januari 2011.

“IM konon sejak puluhan tahun lalu menolak dan antikekerasan, akan tetapi justru sekarang mereka begitu lengket dengan kelompok takfiri dan memberikan mereka panggung,” katanya kepada al-Wathan.

Republika mengalihbahasakan wawancara tersebut. Berikut petikan perbincangannya:


Apa kaitan Sayyid Quthub dan ideologi takfir yang muncul di Mesir dan Arab?

Di tangan Sayyid Quthub, ideologi takfir muncul pada 1966 di dalam penjara, pun demikian dengan kelompok-kelompok takfir.

Saudara kandungnya, Muhammad dan lainnya, mulai merumuskan pemikiran takfir di Mesir dan kawasan Arab melalui dua buku yaitu “Ma’alim fi at-Thariq” dan “Fi Dhilal Alquran.”

Kelompok tersebut lantas bermetamorfosa ke kelompok takfiri, seperti at-Takfir wa al-Hijrah pimpinan Syukri Musthafa dan Kelompok yang menamakan diri mereka Quthby.

Ironisnya, pemikiran dan gerakan mereka muncul dari penjara. Mereka keluar pada ‘70-an, ketika Anwar Sadat menjabat presiden, lalu mulai menebarkan ideologi takfir tersebut.

Tak hanya terhenti pada pemikiran saja, mereka melakukan aksi. Pada 1977, Syukri Musthafa membunuh Syekh ad-Dzahaby (menteri wakaf Mesir ketika itu). Para pendukung militan Sayyid Quthub ini terkonsenstrasi di sejumlah wilayah.

Di antaranya wilayah Shubra, Ein Shams, dan Alexandria, serta di Naeya. Tokoh-tokoh pentolannya di Mesir yaitu Abd al-Majid as-Syadzili, Rifa’i Surur, Musthafa al-Khudhairi, Ahmad Abd al-Majid. Ada juga yang bermunculan di daerah Fayoum dan Dimyath.


Ide takfiri apa saja yang mereka usung?

Paling mendasar adalah, masyarakat kini statusnya jahiliyah, mereka telah kafir, dan segenap warga, telah kafir.

Dalam pandangan takfiri, hanya pengikut mereka saja yang beriman seperti awal masa Rasulullah SAW, sehingga dakwah perlu direformasi.

Mereka menekankan eksklusivisme dan anti-sosial serta beranggapan masjid-masjid sudah terkontaminasi kesyirikan dan kritis tak boleh shalat di sana.

Hanya ada tiga masjid yang steril dan layak untuk shalat di dalamnya, yaitu Masjid al-Haram, al-Aqsha, dan Quba’.

Hukum yang diberlakukan pemerintah tak boleh diikuti, termasuk jangan mengikuti wajib militer karena dianggap hanya akan membantu negara yang kafir dan pemimpin yang ahli maksiat dan saatnya untuk berbenturan dengan masyarakat untuk membangun negara Islam. Semua itu lahir dari pemikiran Sayyid Quthub!


Apakah Anda melihat keterkaitan IM dan ideologi takfiri itu?

Ideologi takfir menyebar luas di kawasan Sinai setelah Revolusi 25 Januari, di bawah bendera kelompok yang menamakan diri Ahlussunah wa al-Jamaah dan Anshar Bait al-Maqdis serta kelompok lainnya.

Saat Muhammad Mursi ( mantan presiden Mesir) berkuasa, para kelompok itu mendapakan keleluasaan luar biasa. Ada ceramah-ceramah terbuka mengenai takfir dan parade latihan militer.

Dan IM yang berkuasa kala itu, memberikan izin penggunaannya dan terbukti digunakan seperti yang terjadi sekarang. IM juga mengizinkan pimpinan kelompok takfiri tampil di publik, kita saksikan saat Konferensi Selamatkan Suriah.

Begitu pula pentolan yang merupakan simbol jihadis dan takfiri aktif hadir di kemah-kemah Rabiah al-Adawiyah, Nasr City, Kairo dan mendapat panggung mengampanyekan ideologi takfiri mereka lalu kita amati setelah 30 Juni. Sangat marak pengafiran tentara, polisi, jaksa, dan hakim.


Apakah Anda melihat peran IM dalam menyebarkan ideologi takfiri itu?

IM adalah perkumpulan politik, antara mereka dan pemerintah perbedaan arah politik.

Mereka memang tidak mengafirkan egara atau masyarakat, meski ideologi takfir bersumber dari Muhammad dan Sayyid Quthub.

Ideologi takfir tersebut disanggah sendiri secara internal oleh Mursyid IM kedua yaitu Hasan al-Hudhaini dalam kitabnya “Du’at La Qudhat”.

Ia lepas tangan dari takfirisme dan Sayyid Quthub. Akan tetapi, anehnya, setelah Revolusi 25 Januari, pimpinan IM, jihadis, dan para takfiri merapatkan barisan, dan mereka sama-sama tampil saat Konferensi Suriah.

Dan setelah Revolusi 30 Juni, para pimpinan takfiri tampil di Rabiah al-Adawiyah, mengafir-kafirkan pemerintah dan lembaga negara.

IM juga terlibat menyebarkan ideologi takfir di tengah-tengah pemuda IM dan organisasi-organisasi Islam yang bersimpati kepada mereka dan terpengaruh ideologi takfir di Rabiah al-Adawiyah.

Dari situlah, terbentuk kelompok kecil dengan ideologi takfir dan kekerasan, serta menghalalkan darah, harta rakyat Mesir. Mereka adalah pemuda-pemuda labil dan jumlahnya banyak, korban dari propaganda IM.

Dan ingat, IM ini tak pernah konsisten, mereka bekerja secara oportunis dan pragmatis. Menjauh dan mendekati para takfiri dengan tujuan dan kepentingan sektoral.

IM konon sejak puluhan tahun lalu menolak dan antikekerasan, akan tetapi justru sekarang mereka begitu lengket dengan kelompok takfiri dan memberikan mereka panggung.


Bagaimana Anda melihat potret politik IM saat ini?

Meski sudah tiga tahun berlalu pasca-Revolusi 30 Juni, IM belum mampu untuk merevitalisasi krisis yang mereka hadapi.

Popularitas IM kian menyusut, bahkan popularitas Islam politik secara keseluruhan kian berkurang, tidak hanya di Mesir saya rasa, tetapi juga di kawasan Arab secara umum.

Banyak perubahan dan perselisihan yang terjadi di internal IM. Hingga saat ini, IM belum mampu memetakan pergerakannya ke depan dan masih terbelenggu dengan masa lalu.

Kembali ke kondisi sebelum Revolusi 30 Juni? Mustahil. Mesir sekarang jauh lebih stabil, bila dibandingkan dengan saat IM berkuasa. Banyak kekacauan, teroris dan radikalis berkongsi dengan kelompok-kelompok takfiri.

(Republika/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: