Pesan Rahbar

Home » » Menggapai Langit, Masa Depan Anak: Bab IX: Anak-anak Yang Hidup di Luar Rumah

Menggapai Langit, Masa Depan Anak: Bab IX: Anak-anak Yang Hidup di Luar Rumah

Written By Unknown on Saturday 8 October 2016 | 22:13:00


Masalah lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat membangun, atau sebaliknya merusak, kepribadian manusia. Terlebih terhadap anak-anak. Sebabnya, pada saat itu, mereka belum memiliki bentuk dan pola pemikiran tertentu, serta tidak merniliki kemampuan untuk membedakan baik dan buruk, benar dan salah. Anak-anak cenderung memperhatikan dan mempraktikkan apa-apa yang dilihat dan didengarnya. Karena itu, besar kemungkinan anak-anak akan melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan kerugian besar bagi kehidupannya.

Berkenaan dengan itu, tak ada yang lebih penting dan krusial ketimbang lingkungan pergaulan. Sebab, seorang anak amat membutuhkan pergaulan. Dan itu harus segera dipenuhi, mengingat manfaat darinya yang teramat besar. Adapun yang perlu diperhatikan kaum ibu adalah bersungguh-sungguh dalam mengontrol dan mengawasi pergaulan anak-anaknya, sekalipun dalam lingkungan rumah tangga.

Agar berhasil mendidik anaknya, seyogianya kaum ibu mempelajari dengan seksama segenap persoalan yang berkaitan dengan kondisi sang anak, seperti makanan, obat-obatan, akhlak, dan perasaannya. Kaum ibu harus berusaha keras untuk memikirkan masalah kesehatan jasmani, ruhani, akhlak, dan emosi sang anak. Begitu pula dengan masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan belajarnya. Semua itu merupakan kumpulan persoalan yang akan kita bahas bersama pada pembahasan kali ini.


Anak dan Lingkungan

Yang dimaksud dengan lingkungan adalah berbagai faktor dan kondisi yang melingkupi dan, sedikit banyak, mempengaruhi kehidupan serta kepribadian seorang anak. Seseorang yang dilahirkan dan tumbuh dalam lingkungan rumah tangga, akan dipengaruhi berbagai macam situasi dan kondisi yang terjadi di sekitarnya; baik maupun buruk.

Pada awal kehidupannya, seorang anak mau tak mau harus menerima lingkungan ini. Ya, ia akan terpaksa mendengar dan melihat perilaku ayah-ibunya. Dikarenakan doktrin atau sekadar ikut-ikutan, sadar maupun tidak, juga dikarenakan dirinya tak lebih dari sesosok makhluk baru di lingkungan tersebut sehingga belum memiliki pengetahuan yang memadai tentang ihwal kebaikan dan keburukan, pada akhirnya ia pun hanya meniru dan mengikuti ucapan serta perilaku kedua orang tuanya. Lama-kelamaan, ucapan serta perilaku itupun menjadi kebiasaan dan menyatu dengan kepribadiannya.


Pentingnya Pengaruh Lingkungan

Tentu saja lingkungan dapat mewarnai kepribadian, akhlak, dan perilaku anak. Bahkan, saking besarnya pengaruh lingkungan tersebut, sampai-sampai ia mampu menutupi fitrah diri si anak. Tentu Anda mengetahui bahwa sewaktu terlahir ke dunia, anak Anda berada dalam keadaan jujur dan amanat.

Namun, lantaran pendidikan buruk yang dijejalkan oleh lingkungan di sekitarnya, ia pun kemudian menjadi seorang pembohong dan pengkhianat. Ia juga dilahirkan dalam keadaan sehat, bersih, dan normal. Namun dikarenakan keadaan lingkungan yang mengitarinya tidak baik dan tidak normal, maka ia pun menjadi tidak sehat serta cenderung berbuat buruk dan menyimpang.

Faktor lingkungan dapat memberikan pengaruh besar terhadap tubuh, jiwa, pemikiran, dan emosi anak. Selain pula akan menggiring dinamika kehidupannya ke suatu arah tertentu; anak menjadi pemalu atau tidak punya rasa malu, optimistis atau pesimistis terhadap kehidupannya.

Faktor lingkungan mampu mengembangkan dengan benar berbagai bakat alamiah yang terdapat dalam diri anak. Sebagaimana pula, ia dapat menjadikan bakat tersebut tetap terpendam selama-lamanya. Faktor lingkungan juga dapat mempercepat, atau bahkan memperlambat, pertumbuhan jasmani serta ruhani anak.


Jenis-jenis Lingkungan

Faktor lingkungan terdiri dari berbagai jenis; lingkungan normal dan abnormal, terbuka dan tertutup, bermoral dan amoral, materialistis dan non-materialistis, disiplin dan kacau- balau, dan lain-lain. Masing-masing faktor tersebut jelas akan berdampak dan mempengaruhi fisik serta jiwa anak-anak. Namun, yang lebih penting bagi anak adalah lingkungan manusiawi dan kondisi makanannya.

Yang dimaksud dengan lingkungan manusiawi adalah hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara orang-orang dengan sang anak. Umpama, ayah dan ibu yang berhubungan dengan, serta memberikan pengaruh kepada, sang anak sesuai dengan tingkat usia, kecerdasan, pengetahuan, serta peran dan tanggung-jawabnya masing-masing.

Di antara orang-orang yang dapat memberikan pengaruh kebudayaan dan akhlak kepada anak adalah saudara dan saudarinya, sanak kerabat dan familinya, terutama teman-teman dan para sahabatnya. Lebih dari itu, mereka semua berperan menentukan dalam menciptakan kebahagian atau kesengsaraan sang anak di tengah-tengah keluarga dan masyarakatnya. Para guru, pengajar, pembimbing, pembantu rumah tangga, masyarakat, atau pemimpin masyarakat, juga memberikan pengaruh terhadap pembenahan atau pengrusakan perilaku dan moral anak. Imam Ali berkata, “Manusia lebih menyerupai para pemimpinnya ketimbang ayah-ayah mereka.”

Selain itu, kaum ibu juga mesti memperhatikan menu makanan dan jenis obat-obatan anak. Sebab, faktor makanan juga memiliki pran menentukan bagi pertumbuhan tubuh dan jiwa anak. Sebaliknya, obat-obatan dapat berpengaruh negatif terhadap kecerdasan dan tubuh anak. Pertumbuhan anak juga amat bergantung pada kondisi udara, sehat maupun tidak, bersih atau sudah terpolusi, yang ada di dalam maupun di luar rumah. Alhasil, faktor lingkungan tak ubahnya sebuah kolam renang; di mana anak-anak yang berenang di dalamnya kemungkinan akan tumbuh sehat dan kuat atau malah tenggelam dan binasa


Lingkungan, Kepribadian, dan Perilaku

Pada dasarnya, hubungan antara seseorang dengan lingkungannya merupakan hubungan saling-pengaruh, aksi- reaksi, serta memberi-menerima. Setiap yang kuat akan menarik dan mempengaruhi yang lain. Keadaan ini akan berlangsung secara simultan dan terus-menerus. Proses aksi-reaksi ini menyebabkan kepribadian sang anak memiliki corak tertentu; anti-sosial atau pro-sosial.

Semakin lama berada dalam suatu lingkungan, seorang anak akan semakin banyak mendapatkan pengaruh darinya. Sang anak akan tengelam dan hanyut dalam arus lingkungan yang ada, sehingga akhirnya ia akan memiliki bentuk kebiasaan dan perilaku yang khas. Di antara pengaruh yang dihasilkan adalah anak menjadi acuh tak acuh, suka melakukan penyimpangan moral, mengalami perubahan pada perilakunya, atau cenderung pada perbuatan tertentu (baik maupun buruk).

Peran lingkungan dalam mengembangan bakat, potensi, dan kepribadian seseorang, serta mengarahkan perilakunya, amatlah besar. Bahkan melebihi pengaruh yang diturunkan secara genetis (keturunan). Pengaruh timbal-balik antara individu dan lingkungan masyarakat (baik individu terpengaruh oleh masyarakat sehingga menyebabkan kepribadian serta perilaku- nya berubah total, maupun individu itu yang mempengaruhi masyarakat) akan mendorong terjadinya perubahan tatanan kehidupan dalam skala sosial.


Pengaruh Lingkungan yang Tidak Kondusif

Terdapat sejumlah jenis lingkungan yang tidak menyediakan sarana yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak sebagaimana diharapkan para guru dan pendidik. Akibatnya, sang anak cederung melangkahkan kakinya ke arah yang tidak diinginkan mereka (para guru). Dalam hal ini, kami akan memaparkan sejumlah dampak negatif yang muncul akibat pengaruh lingkungan semacam itu.

Sebuah lingkungan yang tidak memiliki batasan yang tegas berkenaan dengan hubungan antara laki-laki dan perempuan akan menyebabkan anak-anak yang hidup di dalamnya lebih cepat mencapai usia balig serta memiliki pengetahuan tentang seksualitas secara prematur (sebelum waktunya). Semua itu jelas akan mendorong sang anak untuk melakukan penyimpangan seksual. Karena itu, Islam amat menekankan agar persoalan ini benar-benar diperhatikan, sekalipun dalam lingkungan rumah tangga. Islam tidak membenarkan anak-anak yang telah mencapai usia mumayyiz untuk tidur bareng dalam satu tempat tidur. Yakni, tatkala sang anak mulai mampu membedakan baik-buruknya berbagai perkara yang ada. Pada saat ini, pihak ayah dan ibu harus lebih memperhatikan bentuk hubungan mereka dengan anak-anaknya.

Lingkungan pergaulan di gang-gang atau di jalan raya yang penuh dengan makian, umpatan, kata-kata kotor, dan perbuatan keji, akan sangat mempengaruhi kepribadian sang anak. Dan itu akan menjadi sarana bagi terwujudnya berbagai ketidakseimbangan dalam dirinya. Betapa banyak anak yang mendapatkan puluhan kata-katta kotor dari lingkungan di ganggang dan jalan raya, yang kemudian digunakan dalam ke- hidupannya sehari-hari. Betapa banyak pertikaian dan perkelahian yang mereka lakukan lantaran mengikuti dan mencontoh perbuatan serta perilaku anak-anak pasar atau jalanan. Pada dasarnya, anak-anak akan meniru dan me- ngerjakan apapun yang mereka lihat dan dengar.

Dari sejumlah hasil penelitian, para pengamat sosial menyimpulkan bahwa kehidupan di kawasan padat dan kumuh, amat rentan terhadap kemunculan berbagai penyimpangan perilaku anak. Ya, anak-anak tak akan lolos dan terbebas dari pengaruh yang dijejalkan masyarakat atau lingkungan yang dipenuhi dengan tindakan kriminal, kerusakan moral, dan penyimpangan seksual.


Perlunya Perhatian

Keadaan lingkungan hidup harus terus-menerus diperhatikan dengan sungguh-sungguh agar tidak sampai menimbulkan berbagai pengaruh buruk (bagi Anak). Dalam hal ini, nampaknya seorang ibu yang ditinggal mati suaminya dan menjadi kepala rumah tangga tidak akan mengalami kesulitan dalam mengontrol lingkungan rumah tangganya. Namun, lain halnya dengan pengawasan lingkungan di luar rumahnya.
Ala kulli hal, yang terpenting dari semua itu adalah menjaga kedisiplinan dalam rumah tangga seraya mengawasi keluar-masuknya sang anak. Seorang ibu selayaknya mengetahui apa yang terjadi pada anak-anaknya dalam lingkungan rumah tangga; apa yang mereka kerjakan di waktu senggang dalam keadaan sendirian; buku-buku apa yang mereka baca; film-film apa yang mereka saksikan; kisah-kisah apa yang saling mereka bicarakan; dan lain-lain.

Berkenaan dengan lingkungan luar rumah, bila memang kondisinya rawan dengan perbuatan keji, maka Anda jangan membiarkan abak Anda sering berada di luar. Kalaupun terpaksa harus keluar rumah, Anda harus menyertainya. Janganlah Anda biarkan anak-anak Anda berangkat sekolah sendirian, mengingat banyaknya bahaya yang mengancam. Jangan Anda lepaskan anak-anak Anda begitu saja di gang- gang dan di jalan raya, atau dibiarkan sendirian menumpang bus dan mobil angkutan umum, kalau memang Anda tak menginginkan jerih payah Anda selama ini hancur berantakan dan sia-sia belaka.

Sedangkan yang berkenaan dengan lingkungan famili atau sanak saudara yang kurang kondusif bagi anak-anak, seyogianya Anda berusaha keras mengingatkan dan membenahinya. Namun, bila mereka tetap tak mau peduli, atau bahkan meremehkan saran serta peringatan Anda, maka janganlah Anda terlalu sering mendatangi rumah mereka. Dan bila Anda dan anak-anak Anda pergi bersilaturahmi ke rumah mereka, usahakanlah untuk tidak berlama-lama tinggal di sana. Anda juga dituntut untuk memperhatikan lingkungan tetangga serta bentuk pergaulan anak Anda dengan teman-temannya di sekitar rumah, demi mencegahnya terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak terpuji.


Situasi dan Kondisi yang Kondusif

Anda mustahil menutup mata dan telinga sang anak agar tidak melihat dan mendengar apapun. Dan sewaktu ia telah mendengar ataupun melihat sesuatu. Anda juga tak dapat memaksanya untuk melupakannya. Sungguh tidak bijak dan kurang tepat bila dalam berbagai perkara, kita selalu mengedepankan argumen dan rasio. Sebabnya, sang anak masih belum memiliki kemampuan yang memadai untuk itu.

Biar begitu, Anda tetap harus mengawasi keadaan lingkungan dan kondisi anak-anak Anda, agar tidak sampai tergelincir ke jurang kerusakan dan penyimpangan. Dalam hal ini, perlu dicamkan bahwa dalam proses pertumbuhan, perkembangan, dan pembentukan kepribadiannya, seorang anak amat membutuhkan lingkungan yang kondusif. Pada umumnya, kebiasaan serta perilaku baik hanya mungkin tumbuh dalam lingkungan yang juga baik dan kondusif.

Lingkungan yang kondusif merupakan sarana bagi pengembangan berbagai bakat dan potensi yang terpendam dalam diri anak, pemelihara kecerdasannya, peletakan dasar- dasar akhlaknya, serta penuntun dalam menentukan sikapnya yang bijak dan benar. Anak-anak yang hidup dalam sebuah lingkungan yang aman, tenang, tenteram, dan bersahabat akan mudah meraih kesempurnaan. Proses pendidikan yang dijalani- nya pun akan lebih mempercepat mereka menggapai tujuan.

Namun amat disesalkan bahwa sejumlah keturunan syuhada yang diharapkan tumbuh menjadi penjaga dan pembela nilai-nilai Islam serta pengendali gerak masyarakat di masa depan, justru hidup dalam lingkungan yang kurang sehat. Para penanggung jawab mereka (anak-anak yatim para syuhada) hanya puas dengan menyediakan makanan dan pakaian bagi mereka saja. Padahal, seluruh individu, baik anggota masyarakat termasuk kalangan pejabat pemerintah, seyogianya bertanggung jawab dalam menjaga serta memelihara kesucian dan kehormatan masyarakatnya. Minimal, masing-masing dari mereka berusaha menjaga dan memelihara lingkungan sekitarnya.


Tanggung Jawab Ibu

Kaum ibu jelas-jelas bertanggungjawab untuk menciptakan sebuah lingkungan yang menyenangkan dan kondusif bagi pendidikan anak. Ciptakanlah suasana yang menyenangkan dalam rumah tangga sehingga sang anak tidak merasa jenuh dan bosan. Janganlah Anda membiarkan keberadaan berbagai faktor yang dapat menimbulkan dampak negatif pada diri anak. Suasana rumah mesti hangat serta penuh persahabatan dan kasih sayang.

Selain pula harus terdapat kejelasan tugas dan tanggungjawab masing-masing anggota keluarga; khususnya sang anak yang harus mengetahui apa yang mesti dikerjakan serta sikap bagaimana yang mesti diambil. Kebahagiaan, kesenangan, penumbuhan yang sehat, dan perkembangan yang wajar harus dicapai anak-anak di dalam rumahnya sendiri dan di bawah naungan sosok ibu.

Dengan menjaga sopan santun, memperhatikan perasaan kasih dan sayang, serta senantiasa memenuhi suasana rumah dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kemuliaan, niscaya kaum ibu dapat membentuk kehidupan keluarga yang bercorak manusiawi. Bagi para individu, rumah yang baik adalah sekolah yang terbaik. Di situ, seseorang dapat belajar tentang akhlak, kesabaran, serta cara menjalankan tugas dan tanggung jawab.

Seorang ibu juga dituntut untuk mampu menciptakan suasana rumah yang bersifat maknawi bagi anak-anaknya. Suasana rumah hendaklah sehat serta penuh nilai-nilai maknawi dan ketakwaan, sehingga kondusif bagi pertumbuhan jasmani, ruhani, dan sosial sang anak. Niscaya di dalamnya, ia akan bertumbuh dan berkembang dengan baik dan sempurna. Alhasil, Anda harus berusaha menciptakan suasana rumah yang dapat menyenangkan hati anak-anak Anda. Usahakanlah agar mereka merasa tenang dan tenteram, serta dapat hidup berdampingan bersama seluruh anggota keluarganya dalam damai.


Masalah Persahabatan dengan Anak

Manusia adalah makhluk sosial yang amat membutuhkan pergaulan dan persahabatan. Kebutuhan ini mulai tumbuh sejak manusia berusia enam bulan; saat mana ia telah mampu me- rasakan keadaan di sekelilingnya. Pada usia ini, sang anak sudah mampu mengekspresikan segenap perasaannya lewat tangisan, senyuman, dan gelak tawa. Untuk kali yang pertama, ia akan menjalin hubungan dengan ibunya, baru kemudian ayahnya. Keadaan ini terus berlangsung dan berkembang sedemikian rupa sampai dirinya mampu berbicara dan mengungkapkan perasaannya secara langsung.

Betapa menyedihkan melihat seorang anak yang diusianya sudah membutuhkan pergaulan dan sosok teman, namun belum mampu mengucapkan kata-kata atau tidak sanggup berkata-kata dengan jelas dan benar. Ya, ia ingin sekali menjelaskan berbagai keinginan dan perasaannya, namun tak mampu mengucapkannya; ingin sekali bertukar-pikiran, namun tak mampu melakukannya.

Pergaulan merupakan kebutuhan utama manusia. Bila kebutuhan ini tidak terpenuhi, niscaya manusia akan sangat menderita. Keadaannya sedemikian rupa, sampai-sampai ia akan mengurung dan mengucilkan diri dari masyarakat. Manusia mustahil dapat mengabaikan atau meninggalkan hubungan persahabatan dan pergaulannya dengan orang lain. Dan dikarenakan itu pula, kemudian disusun undang-undang sena peraturan yang benujuan membatasi gerak dan aktivitas masing-masing individu agar tidak saling bertabrakan satu sama lain.


Manfaat Pergaulan

Proses pergaulan, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa, menghasilkan manfaat yang sangat besar. Ya, proses pergaulan merupakan sarana bagi sang anak untuk mempelajari bahasa, mengenal tipe-tipe kebudayaan dan masyarakat, serta membentuk akhlak dan kepribadiannya. Pergaulan dan hubungan secara rutin dapat membantu penumbuhan anak-anak.

Seorang anak dapat mempelajari cara hidup bermasyarakat melalui pergaulan dengan orang-orang di sekitarnya. Di samping itu, sang anak juga akan mempelajari tata cara kehidupan yang serba santun serta meniru perbuatan baik orang lain. Lewat pergaulan, anak-anak akan mampu menyingkap hakikat kehidupan dan berusaha keras menyesuaikan diri dengan berbagai aturan yang berlaku.

Tatkala anak-anak bergaul bersama, mereka akan berusaha saling bertukar pikiran. Ini tentunya merupakan poin positif bagi penumbuhan kepribadian mereka serta pengenalan terhadap sopan-santun.
Perlu diperhatikan bahwa seorang anak membutuhkan pergaulan bersama teman-teman sebayanya, serta berbicara dengan menggunakan bahasa percakapan yang khas. Ini teramat penting bagi sang anak, terutama sewaktu dirinya masih kanak-kanak.

Di samping itu, sang anak juga butuh dikenalkan dengan orang-orang yang lebih dewasa, agar memiliki wawasan pengetahuan yang lebih luas serta mampu mencapai tahap penumbuhan dan kesempurnaan dirinya. Pada dasarnya, bergaul dengan sesama, amat bermanfaat bagi sang anak. Sebab, itu akan mengembangkan pengetahuan dan menambah pengalamannya.


Masalah Sahabat Anak

Pada usia tiga tahun, seorang anak mulai suka bergaul dan menjalin hubungan baik dengan orang lain, selain ayah dan ibunya. Jalinan hubungan dan pergaulannya dengan orang lain semata-mata dimaksudkan untuk mendapatkan teman bermain dan memiliki kesibukan. Karena itu, seorang anak tak akan mempermasalahkan dengan siapa dirinya bergaul.

Seorang anak akan bergaul dan berteman dengan anak-anak yang ada di sekitarnya; tetangga atau sanak kerabat. Bila anak- anak tersebut adalah anak-anak yang baik, tentu itu amat menguntungkan anak-anak kita. Karenanya, kita harus lebih memperhatikan karakter serta perilaku teman-temannya itu. Namun, bentuk pergaulan yang paling baik dan alamiah adalah bentuk pergaulan, permainan, dan pertemanan sang anak bersama saudara-saudarinya di dalam rumahnya sendiri.

Dari sudut pandang pendidikan, anak-anak yang masih kecil membutuhkan teman bermain yang sebaya. Merupakan sebuah kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangga pabila di dalamnya terdapat anak-anak yang perbedaan usianya tidak terlalu mencolok sehingga dapat bermain bersama. Jika tidak demikian, maka sang ibu atau ayah mesti meluangkan sedikit waktunya untuk bermain bersarna anaknya serta menjadikan dirinya bersikap kekanak-kanakan. Itu dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan sang anak terhadap keberadaan teman sebayanya.

Dalam masalah persahabatan anak, perlu diperhatikan bahwa seorang anak yang hidup di masa sekarang ini cenderung akan meniru, mencontoh, dan mempraktikkan apa yang dilihat .dan didengarnya. Karenanya, besar kemungkinan ia akan mencontoh dan mempraktikkan perbuatan buruk yang disaksikan ataupun didengarnya. Dalam pada itu, para pendidik harus berusaha memberikan pengertian dan penjelasan tentang dampak menjalin persahabatan dengan seorang atau beberapa orang anak yang berperilaku buruk bagi kehidupannya di masa datang. Niscaya sang anak sedikit banyak akan memahami permasalahan yang Anda kemukakan itu.


Dampak-dampak Pergaulan

Di samping bermanfaat bagi sang anak, adakalanya pergaulan juga dapat menimbulkan dampak atau pengaruh yang tidak diinginkan. Bila teman-teman anak kita, dalam berbagai tingkat usia masing-masing, terdiri dari anak-anak yang berperilaku buruk dan menyimpang, maka jangan salahkan siapapun bila nantinya anak-anak kita juga memiliki perilaku yang sama dengan mereka.

Dikarenakan kelembutan dan kesuciannya, jiwa seorang anak amat mudah terpengaruh dan menelan mentah-mentah apa yang disaksikan dan didengarnya. Anak-anak lain yang datang ke rumah Anda, acapkali juga suka menceritakan kepada anak- anak Anda tentang apa yang mereka lihat dan dengar. Dan pada akhirnya, anak-anak Anda akan terpengaruh oleh kisah tersebut sehingga meniscayakan usaha Anda selama ini dalam mendidik mereka seketika hancur berantakan.

Pengaruh tersebut akan jauh lebih kuat lagi sewaktu sang anak telah berusia remaja. Ini sebagaimana dikatakan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, “Orang yang penuh dengan kesalahan, suka menyebarkan kesalahan orang lain demi menyelamatkan dirinya dari cercaan terhadap kesalahan- kesalahan yang telah diperbuatnya.”

Pengaruh buruk pergaulan sedemikian besar, sampai-sampai dapat dikatakan bahwa sebagian besar perbuatan buruk dan kerusakan moral berasal dari salah bergaul. Sungguh nyata ungkapan yang menyatakan bahwa tatkala kita hendak mengenal kepribadian seseorang, lihatlah kepribadian teman sepergaulannya. Sebab, keberadaan teman ibarat sebuah cermin yang memantulkan moralitas dan kepribadian seseorang. Khusus di lingkungan anak-anak remaja, betapa banyak perilaku dan perbuatan buruk yang bersumber dari pengaruh teman sepergaulan.

Secara umum, bergaul bersama anak-anak yang tidak bermoral serta suka mengabaikan nanna-norma susila, akan menggiring seorang anak menuju jurang kehinaan, kenistaan, dan penyimpangan perilaku. Sejumlah bukti menunjukkan bahwa melonjaknya jumlah pecandu narkotika serta pelaku tindak criminal lebih diakibatkan oleh peran serta pengaruh yang ditimbulkan orang-orang yang tidak memperhatikan nilai- nilai moral.


Bergaul dengan Siapa?

Dalam hal ini, dengan mencamkan betul kaidah serta tolok- ukur yang disabdakan Nabi Islam yang mulia saww, “Seseorang berada pada agama teman karibnya, maka hendaklah engkau melihat dengan siapa ia berteman,” maka Anda harus memilihkan teman bagi anak-anak Anda. Teman-teman pilihan Anda itu harus dapat menjadikan anak-anak Anda menggapai kemuliaan, kebahagiaan, serta pertumbuhan dan perkembangan yang sehat dan sempurna.

Dalam memilihkan teman untuk sang anak, Anda harus memperhatikan moral, agama, serta ideologi ayah dan ibu teman anak Anda itu. Seraya itu, Anda juga harus memperhatikan corak kebudayaan serta pandangan mereka terhadap nilai-nilai Islam. Adakalanya sebagian anak-anak menceritakan hubungan intim kedua orang tuanya yang mereka saksikan kepada teman- temanya. Jelas, anak-anak semacam ini tidak dapat dijadikan teman bergaul putera-puteri Anda.


Memilihkan Teman

Memilih teman (yang baik) memang tidak akan menjadi masalah bagi anak-anak kita yang sudah tumbuh dewasa dan mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk bagi dirinya. Namun, biarpun begitu, pada kenyataannya mereka masih belum memiliki pengalaman dan pengetahuan memadai sebagaimana yang Anda miliki. Pengalaman serta pengetahuan tersebut baru dimiliki setelah mereka berusia sama dengan usia Anda.

Berdasarkan hal itu, Anda harus menyampaikan pengalaman dan pengetahuan Anda kepada mereka. Dengan itu, Anda pada dasarnya telah membantu mereka dalam memilih teman (yang baik) serta membimbing mereka meniti jalan kehidupan ini. Diantara teman-teman dan para tetangga Anda, tentu ada di antara mereka yang memiliki akhlak, perilaku, dan kepribadian yang baik.

Dalam hal ini, Anda dapat menjadikan anak-anak mereka sebagai teman anak-anak Anda. Ciptakanlah hubungan yang baik dan akrab di antara mereka; adakalanya Anda membawa anak-anak Anda ke rumah mereka dan adakalanya mereka Anda undang untuk ke rumah Anda. Jelas, semua itu akan bermanfaat bagi kedua belah pihak (keluarga Anda dan keluarga mereka).

Berusahalah pula menjelaskan kepada anak-anak Anda yang telah beranjak dewasa tentang kriteria teman yang baik, serta segenap hal yang harus dijaga dan diperhatikan dalam menjalin persahabatan. Berilah mereka peringatan tentang akibat bersahabat dengan teman-teman yang tidak bermoral, serta kemukakanlah contoh-contoh hidup seputar nasib orang-orang yang telah tertipu dan terpedaya teman-teman jahat itu.


Perlunya Pengawasan

Tugas Anda belum selesai sampai di situ. Anda juga harus mengawasi proses pergaulan anak-anak Anda. Perhatikanlah anak-anak Anda; bergaul dengan siapa saja; bagaimanakah karakter mereka; apa yang mereka kerjakan; kemana mereka pergi; apa yang mereka bincangkan; berapa perbedaan usia mereka; dan sejenisnya.

Anda tahu bahwa pengawasan semacam ini juga perlu diterapkan kepada anak-anak Anda yang berusia enam atau tujuh tahun. Semakin usia mereka bertambah, semakin besar pula pengawasan Anda terhadap mereka. Khususnya pengawasan yang dilakukan secara tidak langsung. Ini merupakan peringatan bagi Anda, wahai kaum ibu! Sebab, sebagian besar tindak kejahatan dan penyimpangan moral, seperti pencurian, perampokan, kecanduan narkoba, serta penyimpangan seksual pada dasarnya diakibatkan oleh kecerobohan dalam memilih teman bergaul.

Sewaktu mulai memasuki usia akil balig, anak-anak Anda akan cenderung mencari teman di luar rumah demi mencurahkan isi hatinya. Namun, sang teman tersebut boleh jadi memiliki kepribadian yang baik, atau malah sebaliknya, buruk dan amoral. Bila sang teman itu memiliki kepribadian yang terakhir disebutkan, niscaya anak Anda akan diseret dan dijerumuskannya ke jurang kesesatan dan perbuatan amoral.

Di samping mengawasi dan memperhatikan tipe sahabatnya, Anda juga harus menanamkan kekuatan serta ketakwaan dalam jiwa sang anak agar mampu menjaga dan mempertahakan kemuliaan serta kehormatan dirinya. Anak-anak seusia ini amat mudah terbujuk oleh ajakan dan rayuan teman-teman sepergaulannya. Karena itu, janganlah Anda membiarkan dirinya pergi sendirian berjalan-jalan, bertamasya, dan berekreasi tanpa alasan serta pengawasan yang jelas.


Pergaulan dan Hubungan Anak dalam Rumah

Islam juga mengharuskan anda mengontrol dan mengawasi pergaulan dalam rumah. Anda tak dapat merasa lega hanya lantaran dalam rumah Anda terdapat beberapa anak lelaki dan perempuan. Penyimpangan moral adakalanya berasal dari lingkungan rumah, sementara Anda tidak mengetahuinya. Kami akan menunjukkan berbagai bentuk penyimpangan yang terjadi pada diri anak yang disebabkan kelalaian kedua orang tua dalam melakukan pengawasan di rumahnya.

Anak-anak harus mendapatkan pengawasan dalam lingkungan rumah dan tidak dibenarkan untuk memasuki kamar orang lain serta mengunci pintu dengan alasan bermain-main. Selain itu, tidak dibenarkan pula untuk tidur satu ranjang. Pembicaraan mereka mesti berada di bawah pengawasan Anda. Dan sesekali Anda harus menengok dan mendatangi (ruangan) mereka.

Mata Anda harus lebih awas bila di rumah Anda terdapat anak yang masih kecil dan anak yang sudah balig. Awasilah mereka pada saat bermain dan berkumpul bersama―dalam hal ini kami sungguh mohon maaf. Awasilah dengan seksama bentuk pergaulan antara anak lelaki dengan anak perempuan Anda. Anak-anak Anda adalah anak-anak yang terhormat lagi mulia. Namun, setan adalah musuh bebuyutan manusia yang amat lihai dan licik. Jangan sampai ia menggiring mereka (anak- anak Anda itu) ke tepi jurang kenistaan.


Pengawasan yang Diperlukan

Dari satu sisi, hubungan Anda dengan anak Anda adalah hubungan seorang ibu dengan sang anak yang amat mengharap- kan kelembutan, serta curahan cinta dan kasih-sayang ibunya. Sedangkan dari sisi yang lain, adalah hubungan antara seorang ayah dengan sang anak. Dalam hubungan ini, Anda bertugas untuk mengontrol, mengawasi, serta memperhatikan berbagai hal yang berhubungan dengan kehidupan dan tingkah-laku anak-anak Anda.

Anda menduduki posisi ayah, sekaligus guru, pengajar, dan pembimbing mereka. Karena itu, Anda harus merawat, membimbing, mendukung, meniupkan perasaan tenang dan aman ke dalam jiwanya, serta menjaga mereka agar tidak sampai terjerembab ke dalam kubangan perbuatan dosa dan nista. Kebahagiaan dan keberhasilan hidup anak Anda amat tergantung pada usaha keras Anda sebagai ibunya, terlebih setelah kematian ayahnya. Ya, Anda harus menjalin kedekatan dengan sang anak, agar dirinya maju, bertumbuh, dan berkembang dengan penuh percaya diri.


Pentingnya Pengawasan

Anak Anda adalah kanak-kanak sekalipun telah memasuki usia telah remaja. Ia memang sudah berakal, namun masih belum terbina dengan sempurna. Akibatnya, ia masih belum mampu memahami berbagai aspek yang berkenaan dengan jati diri dan kehidupannya di masa datang. Dalam usia ini, ia masih belum mengetahui segenap pengalaman yang Anda miliki.

Cobalah Anda perhatikan situasi dalam rumah Anda! Lihatlah, betapa banyak bahaya yang dapat mengancam keselamatan anak-anak Anda; tersengat aliran listrik, jatuh dari tangga, keracunan, terjangkit penyakit menular, tersayat pisau, patah tulang, dan sejenisnya.

Begitu pula bila Anda membayangkan peristiwa yang mungkin terjadi di luar rumah. Sungguh, betapa banyak ke- sulitan dan malapetaka yang mungkin akan dialami sang anak; tenabrak mobil (motor atau sepeda), diserang dan digigit anjing, disengat kalajengking, diseruduk sapi (kejadian ini banyak terjadi di pedesaan), dan berbagai bahaya lainnya.

Kemudian perhatikanlah pergaulan anak Anda. Apakah semua anak-anak yang bergaul dengannya tergolong baik-baik? Apakah di tengah-tengah masyarakat tidak terdapat anak-anak yang gemar berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma- nomla sosial dan kesusilaan? Saksikanlah secara langsung dampak serta pengaruh dari ulah para pecandu narkoba, para pengumbar nafsu seksual, dan para pelaku tindak kriminal. Dengan semua itu, Anda harus lebih memperhatikan keadaan anak-anak anda sebab mereka amat membutuhkan perhatian dan pengawasan Anda. Dan kebutuhan tersebut bersifat primer.


Bentuk-bentuk Perhatian

Perhatian serta pengawasan Anda meliputi berbagai persoalan yang sangat luas, yang berhubungan dengan berbagai dimensi kehidupan sang anak. Umpama, anak Anda menghadapi ancaman dari berbagai sisi, baik jasmani maupun ruhaninya; lalu apa yang akan Anda lakukan? Sudah barang tentu Anda akan kian membuka mata Anda lebar-lebar demi memperhatikan dan mengawasinya. Bentuk-bentuk perhatian tersebut di antaranya:

1. Perhatian terhadap makanan

Pada kali yang pertama, anak Anda menyantap makanan dari air susu Anda. Kemudian ia menyantap makanan yang berasal dari dalam atau luar rumah. Makanan anak amat ber- pengaruh dalam pembentukan jiwa, akhlak, sekaligus pertumbuhan jasrnani dan kecerdasan sang anak. Betapa banyak penyakit yang muncul akibat makanan yang buruk dan kurang bergizi.

Dari satu sisi, sang anak harus mendapatkan rnakanan yang baik dan dihasilkan dari jalan yang halal. Dan di sisi yang lain, makanan tersebut harus disesuaikan dengan pertumbuhan sang anak. Karenanya, sewaktu anak-anak telah mencapai usia akil balig atau remaja, menu makanannya harus benar-benar diperhatikan.

Mereka, misalnya, harus mengurangi kebiasaan mengonsumsi jenis-jenis makanan yang banyak mengandung protein, zat gula, serta berbagai jenis makanan lain yang mudah membangkitkan hasrat seksual, yang pada gilirannya akan terhindar dari perbuatan menyimpang.


2. Perhatian terhadap kondisi jasmani

Anak-anak rawan terserang berbagai penyakit, seperti demam, flu, atau bahkan penyakit menular yang berdampak amat buruk bagi mereka. Penyakit-penyakit yang dialami sang anak semasa kanak-kanak, khususnya pada usia tiga tahun pertamanya, amat menentukan nasib kehidupannya di masa datang. Acapkali demam yang tinggi dapat menyebabkan anak mangalami gangguan atau hambatan pertumbuhan kecerdasannya. Dampak semacam itu niscaya akan dirasakan seumur hidupnya.

Kurangnya perhatian anak-anak terhadap pakaian dan perlengkapannya sendiri, kemungkinan besar akan menjadikan mereka jatuh sakit sehingga Anda pun bersedih karenanya. Ya, seorang anak masih belum sanggup memperhatikan dirinya sendiri. Mungkin lantaran malas, ia tidak mengenakan pakaian yang layak (seperti mantel atau kaus kaki khusus) pada musim dingin sewaktu sibuk bermain air. Padahal, semua itu akan menyebabkannya jatuh sakit atau mengalami demam. Karenanya, Anda harus lebih meningkatkan pengawasan dan perhatian Anda kepadanya.


3. Perhatian terhadap akhlak

Perhatikanlah akhlak anak-anak Anda. Berusahalah agar jangan sampai anak Anda tergelincir atau diselewengkan orang lain. Carilah tahu tentang apa yang dipelajarinya dan dengan siapa dirinya belajar; siapa tokoh idolanya; ke mana saja perginya; bagaimana peran lingkungan keluarga dan sanak kerabat dalam membentuk akhlak serta perilaku baiknya; adakah dirinya mendapatkan pelajaran berkata-kata dan berbuat yang baik ataukah yang buruk dari mereka, yang kemudian dipergunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

Perhatian ini harus Anda jalankan sejak bulan dan tahun- tahun pertama kehidupan sang anak. Itu dimaksudkan agar sang anak terbiasa dengan pola kedisiplinan tersebut, yang pada gilirannya akan melekat kuat-kuat dalam jiwanya. Para orang tua dan pendidik yang menunda-nunda dan melalaikan pendidikan akhlak anak-anak, atau membiarkan sang anak mempelajarinya sendiri, pada dasarnya telah menzalimi dirinya sendiri, masyarakat, dan anak-anak.

Ya, semuanya akan dihantam dampak dari kelalaian dan keteledoran tersebut. Namun, proses pengawasan bukan hanya diarahkan kepada anak yang masih kanak-kanak saja. Anak Anda yang telah menginjak usia remaja dan dewasa pun tetap diambang bahaya. Karenanya, Anda harus tetap memperhatikan kehidupan dan keadaannya setiap saat.


4. Perhatian terhadap pola pikir

Media massa-cetak maupun elektronik―memiliki pengaruh yang besar dalam proses pembentukan pola pikir anak-anak. Ya, anak-anak merupakan penonton yang paling sensitif dan mudah terpengaruh. Tak bisa disangkal bahwa pada kenyataannya, anak-anak acapkali menyaksikan program- program yang ditayangkan stasiun televisi serta berbagai film video atau bioskop, yang sesungguhnya tidak layak ditonton mereka. Atau membaca buku-buku yang tidak pantas bagi mereka. Bahkan, banyak di antaranya yang justru merugikan mereka sendiri. Dalam kondisi semacam ini, Anda harus lebih cermat dalam memperhatikan dan mengawasi sang anak agar tidak sampai dijejali berbagai keburukan oleh media massa yang pada gilirannya akan membentuk pola pemikirannya yang khas.

Ya, Anda harus lebih berhati-hati dalam mengawasi kegiatan menonton atau membaca sang anak. Sekalipun program yang ditayangkan televisi atau tulisan yang tersaji dalam buku itu disebut-sebut sebagai program atau tulisan khusus untuk anak-anak dan remaja. Sebabnya, tak ada kejelasan apakah program dan buku-buku tersebut benar-benar sesuai dan bermanfaat bagi anak-anak atau remaja. Betapa banyak buku dan majalah yang berisikan tulisan yang bukan lagi bersifat sensitif (terhadap penyimpangan moral), malah menumbuhkan kecenderungan sang anak untuk melakukannya.


5. Perhatian emosional

Sebagian bentuk perhatian bersifat emosional; cinta dan kasih-sayang. Janganlah terlalu berlebihan (ifrath) atau serba kekurangan (tafrith) dalam mencurahkan perasaan. Berkenaan dengan itu, kelak kami akan memaparkan pelbagai dampaknya.

Di sini perlu disebutkan sebuah soal penting dalam usaha memelihara emosi sang anak. Camkanlah, jangan sampai anak-anak menyaksikan peristiwa yang menakutkan, mengerikan, tindak kekerasan, dan segala sesuatu yang dapat melukai emosinya. Menonton dan menyaksikan perkelahian berdarah- darah dan pembantaian, tindakan bengis dan kejam, atau sejenisnya akan mengeraskan hati sang anak serta menjadikan- nya tidak memiliki belas-kasihan.


6. Perhatian dalam menjaga kesehatan ruhani

Secara ilmiah, kesehatan ruhani harus lebih diperhatikan ketimbang kesehatan jasmani. Karena itu, kita dituntut untuk menyediakan segenap sarana yang dapat menciptakan ketenangan jiwa sang anak serta menyelamatkannya dari ber- bagai bahaya yang mengancam.

Di antara pelbagai dampak negatif yang tumbuh dalam jiwa anak-anak adalah ketidakstabilan, ketidakjujuran, enggan bertanggung-jawab, kehilangan semangat, kecenderungan melanggar dan menentang perintah, enggan menerima per- tolongan di saat dirinya amat membutuhkannya, cenderung pamer-diri, tak mau bekerja-sama di saat itu harus dilakukan- nya, dan lain-lain. Semua itu disebabkan jiwa sang anak sedang tidak sehat. Adapaun dampak-dampak lainnya adalah susah tidur, mudah gelisah, sering dikecamuk perasaan was-was (ragu-ragu), suka mengompol (kencing sewaktu tidur), menghisap jari, menggigit kuku, dan lain-lain.


7. Perhatian terhadap pelajaran

Jangan Anda buru-buru bergembira sewaktu melihat anak Anda berangkat ke sekolah. Ya, Anda tetap harus mem- perhatikan keadaan dirinya, sekolahnya, gurunya, serta pelajaran yang ditempuhnya; perhatikanlah di sekolah mana dirinya belajar; siapa gurunya; siapakah pendidik dan pembinanya; bagaimanakah pandangan mereka terhadap anak Anda; apakah sekolahnya memperhatikan masalah kesehatan jiwa dan kemuliaan akhlaknya, ataukah tidak; bagaimanakah prestasi pelajaran anak Anda; apakah dirinya telah mengerjakan perkerjaan rumah dengan benar; apakah dirinya tidak mengalami kemunduran dalam pelajaran. Sungguh bentuk perhatian ini amatlah penting. Terlebih bila sang anak masih duduk di sekolah dasar. Sebabnya, itu merupakan masa-masa peletakan fondasi pengetahuan dan pemikirannya.

Namun, sewaktu sang anak mulai memasuki usia balig dan remaja, pengawasan tersebut tetap dibutuhkan. Ini mengingat pada masa-masa itu, pemikiran dan emosinya tengah bergejolak dan berubah-ubah. Kelalaian Anda serta ketidakpedulian pihak sekolah dan para gurunya terhadap hal ini, hanya akan menjadikan sang anak harus menanggung berbagai beban penderitaan, terutama gangguan kejiwaan.


8. Perhatian terhadap dukungan dan perasaan aman

Dalam proses menuju kedewasaan, anak Anda amat mem- butuhkan dukungan dan perasaan aman. Besar kemungkinan setelah tidak lagi memiliki ayah, dirinya merasa tak aman atau tak lagi memiliki pendukung yang kuat dalam hidupnya. Dalam hal ini, Anda bertugas untuk menghapus anggapan dan bentuk pemikiran semacam itu. Jelaskanlah kepadanya bahwa Anda mendukungnya, begitu pula masyarakat dan para pejabat pemerintah. Seraya itu, katakan pula kepadanya agar tidak menyalahgunakan dukungan tersebut.

Dengan itu, niscaya ia tak akan begitu saja menerima cambuk dan deraan seseorang, serta tak akan mendiamkan dan menyerah di hadapan penghinaan atau pelecehan orang-orang tak bermoral. Sosok ibu yang merupakan pemimpin rumah tangga harus segera turun tangan demi mencegah orang-orang yang hendak menyakitinya. Yakinkanlah dirinya bahwa dengan dukungan ibu dan masyarakatnya, ia akan mampu menyusuri jalan kehidupan dengan tenang dan aman, tanpa perlu merasa takut atau risau.


Batasan Perhatian

Seorang anak memang harus mendapatkan perhatian orang tuanya. Namun, itu tetap ada batasnya. Anda tentu tahu bahwa kurangnya perhatian akan menyebabkan sang anak terlepas dari jangkauan tangan Anda, sehingga kemudian melangkah di jalan yang tidak Anda kehendaki. Sebaliknya pula, perhatian yang serba berlebihan anak menjadikan sang anak merasa bosan dan jenuh, serta akan berusaha menipu dan mengelabui Anda.

Terlalu berlebihan dalam mencurahkan perhatian adakala- nya menyebabkan jiwa sang anak mengalami benturan yang cukup hebat; merasa tak punya kemampuan, kehendak, dan pilihan sendiri. Ia akan merasa dirinya tak lebih dari wayang yang harus patuh dan pasrah di hadapan segenap keinginan sang dalang. Atau, malah sebaliknya, cenderung melawan dan membangkang. Semua itu jelas akan merugikan Anda dan anak Anda.

Perhatian yang terlalu berlebihan, khususnya terhadap anak remaja, berangsur-angsur akan merusak hubungan Anda dengan sang anak. Lebih dari itu, sang anak akan berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari belenggu Anda. Oleh sebab itu, Anda harus memberi kelonggaran kepadanya serta tidak selalu ikut campur dalam berbagai permasalahan dirinya yang terbilang kecil dan remeh. Dalam hal melimpahkan tugas kepadanya, janganlah Anda meragukan kemampuannya. Berilah dirinya sedikit kebebasan untuk menjalankan keinginannya sendiri. Dan bila terjadi kesalahan, berusahalah untuk mengarahkan dan membenahinya.

Di samping itu, Anda juga perlu mengusahakan agar perhatian tersebut tidak dilakukan secara langsung, khususnya terhadap anak remaja dan dewasa. Kalaupun harus dilakukan secara langsung, usahakanlah untuk meyakinkan mereka bahwa dalam hal ini Anda tak menginginkan apapun kecuali kebaikan bagi mereka.


Tata-cara Perhatian

Pembahasan ini berkisar pada masalah pentingnya perhatian kaum ibu demi mencegah sang anak agar tidak sampai terjerumus ke jurang penyimpangan. Di sini sekali lagi saya perlu mengingatkan bahwa semakin usia anak bertambah, semakin luas pula hubungan yang dijalinnya. Karenanya, Anda harus lebih meningkatkan perhatian, pengawasan, dan bimbingan terhadapnya.

Namun Anda seyogianya berusaha, pertama, untuk melakukan pengawasan dari dalam. Maksudnya, sang anak harus mampu menjaga dan memperhatikan dirinya sendiri. Jelas, semua itu perlu diupayakan secara rutin dan berkala. Kedua, jangan sampai perhatian dan pengawasan Anda tersebut menjadikan anak remaja dan dewasa Anda merasa terbebani. Dengan kata lain, jangan sampai mereka merasa bahwa Anda selalu mengikuti gerak-geriknya guna mencari-cari kesalahan dan kekeliruan mereka. Ketiga, jangan sampai perhatian dan pengawasan tersebut disertai dengan deraan, cambukan, dan ancaman. Sebab, semua itu akan membayakan kondisi kejiwaan sang anak.

Seyogianya Anda terus memperluas wawasan Anda serta membina saling pcngertian antara Anda dengan anak-anak Anda itu. Itu dimaksudkan agar mereka tidak merasa keberatan dalam menjalankan perintah Anda. Di masa akil balig dan remaja, Anda harus mempertebal ketakwaan mereka kepada Allah. Sebab, ketakwaan merupakan salah satu faktor yang paling mampu mencegah terjadinya berbagai penyimpangan. Kekuatan iman tentunya sanggup mengendalikan dan mencegah mereka dari keinginan untuk berbuat buruk dan tercela, sekaligus sebagai petugas pengawas di semua tempat yang terbuka maupun yang tersembunyi. Dan yang lebih penting lagi, usahakanlah agar mereka senantiasa memperkuat iman serta menjaga kesucian fitrah dan batinnya.

(Sadeqin/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: