Pesan Rahbar

Home » » Lewat Puisi Pilihan, Gus Mus Gugah Kesadaran

Lewat Puisi Pilihan, Gus Mus Gugah Kesadaran

Written By Unknown on Wednesday 18 January 2017 | 10:41:00


Ada puisi lama yang ditulis Gus Mus pada tahun 1989, hampir 30 atau tepatnya 28 tahun lalu. Puisi itu bercerita tentang satu hal: Pilihan. Persis sama dengan judul puisi itu sendiri: Pilihan.

Jika kita simak puisi itu, baris demi baris, kalimat demi kalimat. Lalu kita renungkan maknanya. Betapa, pilihan-pilihan yang dicurhatkan Gus Mus di masa lalu, toh tetap saja nyambung dengan masa kini.

Meski tentu saja, kita sebagai penikmat puisi, tak dapat dengan persis memastikan maksud sebenarnya di balik pilihan-pilihan yang dipilih Kiai asal Rembang itu dalam puisinya yang berjudul Pilihan.

Artinya, kita hanya bisa menebak-nebak, kenapa Gus Mus memilih kaya dan miskin untuk membuka puisinya, lalu baru setelahnya memilih hidup dan mati, perang dan damai, beradab dan biadab, dan seterusnya. Meski demikian, setidaknya ada petuah sarat hikmah yang dapat kita renungkan bersama. Di antaranya bahwa harus diakui, akibat ketergelinciran dalam menentukan piihan-pilihan itulah yang sesungguhnya telah membuat sebagian besar dari kita kerap menuai sengsara.

Maka melalui puisi ini, boleh jadi Gus Mus memang bermaksud membuat kita sadar agar senantiasa berhati-hati, waspada dan bijak dalam memilih. Tak lain karena urusan pilih-memilih ini bukanlah perkara enteng dan mudah, apalagi bila kita bicara soal konsekuensi dari pilihan-pilihan itu, yang secara langsung maupun tidak, pasti akan berpengaruh terhadap corak kehidupan kita.

Melalui puisi Pilihan, Gus Mus tampaknya juga ingin menyadarkan kita setingkat demi setingkat kepada kesadaran yang sepatutnya. Bahwa apa yang kita tuai dalam kehidupan, takkan jauh berbeda hasilnya dengan pilihan yang kita pilih sejak awal. Bahwa terkadang, atau bahkan seringkali, justru pilihan kita yang tanpa didasari ilmu dan kebijaksanaan lah yang akan membuat kita memanen akibat buruknya.

Jadi, jika di awal puisinya Pengasuh Ponpes Raudlatut Thalibin ini menegaskan bahwa “tentu kau memilih miskin,” maka hal itu bukan tanpa alasan. Bukan karena Gus Mus tidak ngeh: mana ada manusia yang akan lebih memilih miskin ketimbang kaya?

Tapi begitulah mungkin yang ingin disampaikan Gus Mus, bukan kita suka memilih miskin, tapi perasaan kita yang tak prnah merasa kaya itulah, penyebab sebenarnya kenapa kita “ditakdirkan” miskin. Itulah konsekuensi atau akibat dari pilihan atau sebab yang kita pilih. Wallahu ‘a’lam..

***

PILIHAN

Antara kaya dan miskin tentu kau memilih miskin
Lihatlah kau seumur hidup tak pernah merasa kaya

Antara hidup dan mati tentu kau memilih mati
Lihatlah kau seumur hidup mati-matian mempertahankan kematian

Antara perang dan damai tentu kau memilih damai
Lihatlah kau habiskan umurmu berperang demi perdamaian

Antara beradab dan biadab tentu kau memilih beradab
Lihatlah kau habiskan umurmu menyembunyikan kebiadaban dalam peradaban

Antara nafsu dan nurani tentu kau memilih nurani
Lihatlah kau sampai menyimpannya rapi jauh dari kegalauan dunia ini

Antara dunia dan akhirat tentu kau memilih akhirat
Lihatlah kau sampai menamakan amal-dunia sebagai amal akhirat

Antara ini dan itu
Benarkah kau memilih itu?

***

Lalu apa yang dimaksud oleh Gus Mus dengan “ini” dan “itu”? Hanya Gus Mus yang tahu.

Dan… tentu saja Allah lah Yang Maha Tahu, bukan hanya tentang “ini” dan “itu” yang dimaksud Gus Mus, bahkan apa tujuan Gus Mus menulis puisi Pilihan itu, Dia Maha Tahu.

(Islam-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: