"Saya ingin menjadi juara dunia," tutur Nur.
Nur Satut sebaya dengan umur perang telah berkecamuk di negaranya. Seperti jutaan anak Suriah lainnya terusir dari rumah mereka, dia juga telah kehilangan terlalu banyak.
Tapi dia telah menemukan cara untuk lari dari penderitaan dihadapi saban hari. "Satu hal paling saya suka adalah olahraga," katanya kepada NBC News. Dan kegemarannya adalah karate.
Desember tahun lalu, bocah perempuan berumur enam tahun ini bareng orang tuanya meninggalkan kampung halaman mereka di timur Aleppo, sebagai bagian dari kesepakatan antara pemerintah Suriah dengan pemberontak.
Namun tempat tinggal mereka pun kini jadi sasaran pengeboman pasukan rezim Basyar al-Assad. Wasim Satut mengaku dia selalu takut kehilangan istri dan putrinya itu. Mereka sekarang menyewa sebuah rumah hanya dilengkapi satu kamar tidur.
"Tidak gampang bagi saya untuk terus bertahan hidup," kata lelaki 53 tahun, pemegang ban hitam karate ini. "Saya bersumpah saya merasa kematian selalu menghantui tiap hari."
Satut bilang dengan mengajarkan karate kepada Nur, mereka bisa melalui kesukaran hidup. Dia melatih Nur saban hari. "Mimpi saya adalah Nur menjadi juara karate," ujarnya.
Anak perempuan bermata cerah itu pun senang belajar karate. "Saya ingin menjadi juara dunia," tuturnya.
Seperti makna namanya, Satut berharap Nur bisa menjadi cahay di tengah gulita Perang Suriah.
(NBC-News/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Nur Satut, jago karate cilik asal Aleppo, Suriah, tengah berlatih bersama ayahnya. (Foto: vocativ.com)
Nur Satut sebaya dengan umur perang telah berkecamuk di negaranya. Seperti jutaan anak Suriah lainnya terusir dari rumah mereka, dia juga telah kehilangan terlalu banyak.
Tapi dia telah menemukan cara untuk lari dari penderitaan dihadapi saban hari. "Satu hal paling saya suka adalah olahraga," katanya kepada NBC News. Dan kegemarannya adalah karate.
Desember tahun lalu, bocah perempuan berumur enam tahun ini bareng orang tuanya meninggalkan kampung halaman mereka di timur Aleppo, sebagai bagian dari kesepakatan antara pemerintah Suriah dengan pemberontak.
Namun tempat tinggal mereka pun kini jadi sasaran pengeboman pasukan rezim Basyar al-Assad. Wasim Satut mengaku dia selalu takut kehilangan istri dan putrinya itu. Mereka sekarang menyewa sebuah rumah hanya dilengkapi satu kamar tidur.
"Tidak gampang bagi saya untuk terus bertahan hidup," kata lelaki 53 tahun, pemegang ban hitam karate ini. "Saya bersumpah saya merasa kematian selalu menghantui tiap hari."
Satut bilang dengan mengajarkan karate kepada Nur, mereka bisa melalui kesukaran hidup. Dia melatih Nur saban hari. "Mimpi saya adalah Nur menjadi juara karate," ujarnya.
Anak perempuan bermata cerah itu pun senang belajar karate. "Saya ingin menjadi juara dunia," tuturnya.
Seperti makna namanya, Satut berharap Nur bisa menjadi cahay di tengah gulita Perang Suriah.
(NBC-News/Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email