Pesan Rahbar

Home » » Khutbah Ied Muhammadiyah Kediri: Sebab Rendahnya Kualitas Umat Islam

Khutbah Ied Muhammadiyah Kediri: Sebab Rendahnya Kualitas Umat Islam

Written By Unknown on Wednesday, 23 September 2015 | 13:37:00

Salat Idul Adha warga Muhammadiyah kota Kediri di lapangan Brawijaya Kuwak Kediri, Rabu 23 September 2015 (Foto: Satu Islam)

Warga Muhammadiyah kota Kediri menggelar salat ied hari raya Idul Adha di lapangan Brawijaya, Kuwak Kediri, Rabu 23 September 2015.

Dalam khutbah iednya, khatib Ahmad Rifa’i menyinggung rendahnya kualitas umat Islam yang ditandai maraknya gaya hidup hedomenis yang hanya mengejar kesenangan hidup semata.

“Saya menyaksikan acara di TV, ternyata tua muda, yang berjilbab maupun tidak berjilbab, anak-anak dan dewasa, semuanya dapat menirukan lagu-lagu yang dilantunkan artis, sementara ketika saya menyaksikan tartil ayat-ayat Al Qur’an, tidak ada satupun audien yang dapat menirukannya,” kata Ri’fai di hadapan ratusan warga Muhammadiyah kota Kediri.

Hal ini lanjut Rifa’i disebabkan oleh tiga hal. Pertama, disebabkan karena di dalam ibadanya, umat Islam hanya mementingkan ‘yang penting sah’ atau ‘yang penting menggugurkan kwajiban’, sementara dalam urusan keduniawian mereka all out.

Hal ini merupakan wujud sikap standar minimal dalam beribadah dan bermualah, padahal umat Islam harusnya menggunakan standar maksimal.

Kedua, pemaknaan niat yang hanya menggunakan pendekatan fikih semata. “Makna niat yang sesunggunya adalah melaksanakan suatu perbuatan dengan kesungguhan,” paparnya.

Ketiga, kekeliruan memaknai ikhlas dengan ‘rela’ atau ‘lega’. Padahal makna niat yang sesungguhnya lanjut Rifa’i, adalah ‘murni’.

“Manakala ibadah yang kita lakukan atas dasar kemurnian hati, maka inilah yang dapat meningkatkan kualitas sebagai hamba Allah,” kata Ketua pengadilan Tinggi Agama Gorontalo ini.

Ketika menyinggung makna kurban, Rifa’i mengatakan hikmah yang bisa diambil dari kisah Nabi Ibrahim as yang mengurbankan putranya Nabi Ismail as adalah konsep cinta.

Konsep cinta yang dimaksud, menurut Rifa’i mendahulukan kecintaan kepada Allah di atas cinta kepada anak dan nyawanya sekalipun.

“Nabi Ibrahim cinta kepada putranya, tetapi cintanya kepada Allah di atas cinta kepada Nabi Ismail sang putra . Nabi Ismail cinta kepada nyawanya, tetapi cinta kepada Alah melebihi cinta kepada nyawanya,” pungkasnya.

(Satu-Islam/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita:

Index »

KULINER

Index »

LIFESTYLE

Index »

KELUARGA

Index »

AL QURAN

Index »

SENI

Index »

SAINS - FILSAFAT DAN TEKNOLOGI

Index »

SEPUTAR AGAMA

Index »

OPINI

Index »

OPINI

Index »

MAKAM SUCI

Index »

PANDUAN BLOG

Index »

SENI