Pesan Rahbar

Home » » Adu Domba dan Pelecehan

Adu Domba dan Pelecehan

Written By Unknown on Wednesday 26 October 2016 | 00:40:00


Oleh: Tim Akhlak

Adu domba adalah salah satu penyakit moral dan sifat buruk yang tercela. Dalam hubungan sosial dan pergaulan antarmanusia, adu domba adalah sumber malapetaka dan kebejatan moral. Di antara sifat-sifat penyakit adu domba yang timbul berupa penilaian buruk dan rasa saling tak percaya di antara umat manusia ialah kebencian, permusuhan dan lain sebagainya. Dalam hal ini, adu domba merupakan faktor utama timbulnya fitnah di dalam masyarakat. Dalam ayat al-Quran dan hadis, perbuatan mencela sangat dikecam dan para ulama menempatkannya sebagai dosa besar.

Pengertian adu domba ialah ketika muncul pembicaraan tentang seseorang, si pendengar menyampaikannya kepada orang itu bahwa ia telah berkata demikian-demikian terhadapmu, atau pandangannya terhadapmu demikian-demikian. Yang pasti, masalah ini berkaitan dengan penilaian si pembicara tentang seseorang yang dinilainya buruk, dan ia bermaksud mendendam, mengkritik dan mencelanya. Jika tidak demikian, ia bermaksud memuji dan memuliakannya, maka tindakan ini tidak akan melahirkan kebencian dan fitnah di antara keduanya.

Menurut Syahid Tsani, seorang ulama besar di zamannya, "Adu domba adalah tindakan membuka rahasia seseorang yang dipandang buruk oleh si pembicara atau buruk di mata orang yang dibicarakan atau oleh setiap orang." Oleh karena itu, membuka rahasia dalam bentuk apapun, baik dengan ucapan, tulisan, simbol atau isyarat, dihukumi adu domba dan itu buruk, apapun keadaannya.

Memfitnah dan menyulut perpecahan, mengumbar kebencian dan permusuhan antar sesama teman, kerabat dan saudara seagama dikecam keras oleh al-Quran dan hadis. Allah berfirman:

"Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan." (QS al-Baqarah:191)

"Fitnah itu lebih besar dari pembunuhan." (QS al-Baqarah:217)

"Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela." (QS al-Humazah:1)

"Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah." (QS al-Qalam:10-11)

Rasulullah saw. berkata kepada sahabatnya, "Maukah aku beritahukan tentang keburukan kalian?"

"Mau ya Rasulullah!" Kata mereka.

Beliau bersabda, "Ialah orang-orang yang sibuk mengadu domba; yang memecah belah sesama kawan; yang mencari-cari aib orang yang bersih dari cela." (al-Bihar, juz 75, bab 67, hadis ke-17)

Dalam hadis lain, Nabi saw. bersabda, "Sesungguhnya yang paling dibenci Allah dari kalian ialah orang-orang yang sibuk mengadu-domba; yang memecah-belah sesama teman; yang mencari-cari aib orang yang bersih dari cela." (Kanz al-'Ummal, juz 3, bab 15, hadis 5215)

Imam Ali as. berkata, "Jauhilah adu-domba, karena adu-domba menanam kebencian dan menjauhkan dari Allah dan manusia." (Ghurar, juz 2, h.296)

Menurut Rasulullah saw., sifat adu-domba itu sangat jauh dari ruang hati seorang Muslim. Beliau bersabda, "Sesungguhnya adu-domba dan dendam itu di dalam neraka, tidak mungkin berkumpul di dalam hati seorang mukmin." (Kanz al-'Ummal, juz 16, h.23, hadis 43767)

Maksud hadis ini, adu-domba dan kebencian, si pengadu-domba dan pendendam, bagi mereka adalah jahanam! Dan sebenarnya mereka telah keluar dari Islam.

Dalam hadis lain, Nabi saw. bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba." (al-Bihar, juz 68, bab 15, hadis ke-21)



Bertemu Dengan Pengadu Domba

Syahid Tsani (semoga Allah merahmatinya) mengatakan, "Agar fitnah yang keluar dari mulut pengadu domba dalam mewujudkan perpecahan dan rasa dendam antara sahabat dan saudara seagama tidak sampai pada targetnya dan perkiraannya meleset, terdapat enam kewajiban orang-orang yang menyaksikan fitnah berdasarkan ayat Al-Quran dan riwayat hadis, yaitu sebagai berikut:
1. Jangan mempercayai dan menerima ucapannya, sebab pengadu domba adalah orang fasik. Allah berfirman, "Apabila datang kepada kalian seorang fasik dengan sebuah berita, maka selidikilah (ucapannya)." (QS al-Hujurat:6)
2. Cegahlah dan peringatkanlah serta katakanlah keburukan yang diperbuatnya, sebab Allah swt. berfirman, "Perintahlah ma'ruf dan cegahlah kemungkaran." (QS Luqman:17).
3. Musuhilah ia demi Allah lantaran perkataannya itu. Sesungguhnya Allah memusuhi orang yang mengadu domba dan memusuhi musuh Allah adalah wajib hukumnya.
4. Janganlah berburuk sangka kepada saudara seagamanya, ketika mendengar ucapan pengadu domba, sebab Allah swt. berfirman, "Jauhilah banyak prasangka, karena sebagian prasangka itu dosa." (QS al-Hujurat:12).
5. Janganlah ucapan orang pengadu domba membuat kamu memeriksa dan memata-matai orang yang difitnah, sebab Allah swt. berfirman, "Janganlah kalian saling memata-matai." (QS al-Hujurat:12).
6. Janganlah kamu mengikuti perbuatannya dan menjadi penyambung lidah ucapannya pada orang lain, sehingga ia tidak dapat berbuat adu-domba.

Sebuah kisah dinukil tentang cara praktis yang dilakukan para ulama dalam menghadapi para pengadu domba. Seorang sahabat ulama bertemu dengan beliau setelah sekian lama tak bertemu. Dalam perbincangannya, ia menyampaikan kepada ulama itu ucapan seseorang menyangkut diri beliau. Dan beliau dengan sedih berkata, "Setelah sekian lama kita tak bertemu, kini engkau datang dengan tiga pengkhianatan: pertama, kamu membuat aku beranggapan buruk terhadap orang yang kau sebut tadi dan kamu menciptakan permusuhan antara kita dengannya; kedua, kamu membuat hatiku gelisah dan sedih, yang sebelumnya dalam ketenangan; ketiga, kamu menghancurkan kepercayaanku terhadapmu, sebab kini kamu telah berani berbuat khianat di hadapanku."

Dari sini, tugas pokok bagi setiap orang dalam menghadapi pembuat fitnah, ialah mendustakan dan tidak mempercayainya. Yang jelas harus diketahui, ketika seseorang membawa fitnah tentang orang lain kepada kita, maka ia pun akan memfitnah kita kepada yang lain. Karena itu, tidak layak kita mempercayainya, bahkan kita harus mendustakan dirinya. Sehingga, pertama, ia akan malu dengan sikap kita. Kedua, ia tidak akan mengulangi perbuatannya kepada orang lain, dan ketiga, rasa percaya dan cinta di antara saudara segama tidak akan digoyahkan dengan perbuatan pemfitnah (pengadu domba).

Muhammad bin Fudhail, salah seorang sahabat Imam Musa Kazhim as. berkata, "Aku berkata kepada Imam, "Aku serahkan jiwaku padamu! Aku telah mendengar pembicaraan yang tak pantas tentang seseorang, saudara segamaku, tetapi ia mengingkari dan mendustakannya. Sedangkan yang memberitahuku tentangnya, adalah orang- orang yang aku percayai."

"Imam bersabda, "Hai Muhammad! Dustakan pendengaran dan penglihatanmu tentang saudaramu, dan jika ada saksi lima puluh orang yang bersumpah di hadapanmu, tetapi saudaramu itu mengingkarinya, maka percayalah kepadanya dan dustakanlah mereka yang lima puluh orang! Jangan kamu sebarkan tentang dirinya yang menyebabkan harga dirinya jatuh dan kehormatannya hancur, yang mengakibatkan dirimu menjadi orang-orang yang dalam firman Allah, "Sesungguhnya orang-orang yang suka menyebarkan keburukan di tengah orang-orang mukmin, balasan bagi mereka adalah azab yang pedih." (QS an-Nûr:19) (al-Bihar, juz 75, bab 65, hadis ke-11)

Dalam suatu riwayat, Imam Ali as. juga mempunyai cara praktis menghadapi para pemfitnah. Pada suatu hari, seorang lelaki berkata buruk di hadapan Imam. Lalu beliau berkata kepadanya, "Kami hendak bertanya dulu tentang apa yang kau katakan tadi. Jika kamu berkata benar, kami bermusuhan denganmu, dan jika kamu berdusta akan kami adili akibat perbuatanmu."

Ia berkata, "Maafkan aku wahai Amirul Mukminin!" (al-Bihar, juz 75, bab 67, hadis ke-19)

Perbuatan melecehkan dengan maksud membuat tertawa atau agar orang lain tertawa, dengan cara meniru atau menjelaskan perkataan, perbuatan, sifat serta bentuk tubuh seseorang dengan sikap yang lucu adalah buruk, dicela dan dilarang Islam, karena merendahkan dan menghina pribadi orang-orang mukmin. Di mata Islam, orang mukmin itu mulia dan terhormat. Orang tidak mempunyai hak untuk melecehkan dan menjatuhkan harga diri seorang mukmin. Allah swt. berfirman, "Dan kemuliaan itu (hanya) untuk Allah, Rasul-Nya dan orang-orang mukmin." (QS al-Munafiqun:8)

Allah berfirman, "Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka itulah sebaik-baik umat manusia." (QS al-Bayyinah:7)

Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman, "Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, tidak Aku ciptakan satu ciptaan di antara ciptaan-Ku yang lebih Aku cintai dari pada hamba-Ku yang mukmin." (al-Bihar, juz 71, bab 63, hadis ke-75)

Jabir bin Abdillah meriwayatkan, bahwa suatu hari Rasulullah saw. memandang Ka'bah sambil berkata, "Selamat bagimu wahai Rumah Allah! Begitu agung dan mulianya engkau di sisi Allah. Demi Allah! Orang mukmin lebih agung kemuliaannya daripadamu, karena Allah memuliakanmu dengan satu kemuliaan, sedangkan orang mukmin dengan tiga kemuliaan, yaitu harta, darahnya serta buruk sangka (dijauhkan) darinya." (al-Bihar, juz 67, bab 1, hadis ke-39)

Imam Baqir as. berkata, "Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memberi seorang mukmin dengan tiga hal; kemuliaan di dunia dan agama, kemenangan di akhirat, serta kewibawaan di dalam hati umat manusia." (al-Bihar, juz 68, bab 15, hadis ke-21)

Imam Shadiq as. berkata, "Seorang mukmin lebih besar kemuliaannya daripada Ka'bah." (al-Bihar, juz 7, bab 16, hadis ke-16)

Kehormatan dan penghormatan yang diberikan Allah kepada orang mukmin sampai pada batas, sebagaimana disabdakan Imam Shadiq as., "Allah Azza wa Jalla berfirman, "Orang yang merendahkan hamba-Ku yang mukmin, berarti siap memerangi-Ku; dan yang memuliakan hamba-Ku yang mukmin berarti telah aman dari murka-Ku."" (al-Bihar, juz 75, bab 65, hadis ke-12)

Dengan memperhatikan ayat-ayat Allah dan hadis-hadis para imam as. yang menerangkan nilai kemuliaan dan kehormatan orang mukmin, maka akan dapat diketahui dengan baik batas keburukan dan kekejian dari penghinaan dan pelecehan terhadap orang mukmin. Jelas sekali, penghinaan dan pelecehan terhadap orang mukmin akan menyebabkan kehinaan dan kerendahan mereka, serta menjatuhkan martabat dan harga diri mereka. Hal itu berdasarkan ayat, yang mengatakan bahwa orang-orang mukmin dilarang menghina mukmin lainnya, "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok). Dan janganlah pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain, (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik daripada wanita (mengolok-olok)." (QS al-Hujurat:11)

Dalam ayat lain dikatakan, penghinaan terhadap orang-orang mukmin adalah pekerjaan orang-orang munafik, "Dan bila berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, "Kami telah beriman." Tetapi bila kembali kepada setan-setan mereka, mereka mengatakan, "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok." (QS al-Baqarah:14)

Begitu kerasnya jawaban dan azab Allah swt. terhadap mereka yang menghina orang-orang mukmin, dengan jawaban yang penuh kehinaan dan azab yang pedih. Allah berfirman, "Orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan suka rela dan mencela orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu untuk disedekahkan) selain sekadar kesanggupannya, berarti orang-orang munafik itu menghina mereka (orang-orang mukmin). Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih." (QS. at-Taubah:79)

Etika Islam; Penerbit Al-Huda, Jakarta; Juli 2003/ Jumadil Ula 1424 H.; Hal. 240 - 247.

(Sadeqin/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: