Ketika
Al-Husain as. terbunuh,banyak orang yang mendengar suara rintihan dan
ratapan bangsa Jin untuk Al-Husain as. Mereka berkata:
Wahai mata, lakukanlah dengan baik tugasmu Siapa lagi yang kan menangisi syuhada setelahku
Tangisilah mereka yang berjalan digiring kematian
Menuju negeri kekuasaan anak bekas budak belian
Wahai kalian yang telah membantai Al-Husain
Bersiaplah menerima azab dan balasan
Seluruh penghuni langit mengutuk kalian
Juga para nabi, utusan Allah dan bani insan
Kalian dikutuk lewat lisan putra Daud, Sulaiman
Juga Musa dan Isa, pembawa injil Tuhan
Wanita mulia bangsa Jin menangis sedih
Pukuli pipi yang bak keping emas nan bersih
Berpakaian kumal warna hitam, matapun letih
Aku bersedih meratapi Al-Husain
Sungguh Al-Husain seorang pahlawan
Demi Allah, aku datang kepada kalian setelah melihat dia
Di tepi Furat, pipinya berdebu dan luka leher menganga
Di sekitarnya, jasad-jasad muda dengan leher terluka
Mereka bak pelita, mengusir gulita dengan cahaya
Al-Husain bagaikan pelita penerang segala
Allahlah saksinya bahwa aku tak berdusta
Al-Husain tewas di negeri orang, sebatang kara
Dengan rasa dahaga yang mencekik jiwanya
Nabi sering mengusap dahinya
Dari pipinya memancar cahaya
Orang tuanya pembesar Quraisy
Kakeknya, sebaik-baik orang tua
Mereka membantaimu, wahai putra Rasul
Tempat mereka adalah neraka selamanya
Karena menyembelih unta, kaum Tsamud binasa
Petaka tanpa bahagia adalah akhir nasib mereka
Kehormatan cucu Rasulullah tentu lebih utama
dan lebih agung dari hanya seekor induk unta
Sangatlah mengherankan mereka tidak berubah rupa
Mungkin Allah menangguhkan azab para durjana
peristiwa ini tertulis di kitab2 ahlu as-Sunnah berikut ini ….
Al-Mu’jamu Al-Kabir hal. 147, Dzakhairu Al-’Uqba hal. 150, Tarikhu Al-Islam 2 hal. 349, Asma’ Al-Rijal 2 hal. 141, Siyaru A’lami Al-Nubala’ 3 hal. 214, Akamu Al-Marjan hal. 147, Nadzmu Durari Al-Simthain hal. 217, 223, dan 224, Al-Ishabah 1 hal. 334, Majma’u Al-Zawaid 9 hal. 199, Al-Bidayah wa Al-Nihayah 6 hal. 231, 8 hal. 197 dan 200, Tarikhu Al-Khulafa’ hal. 80, Al-Shawaiqu Al-Mughriqah hal. 194, Wasilatu Al-Maal hal. 197, Mifathu Al-Naja hal. 144, Yanabi’u Al-Mawaddah hal. 320, 323, 351, dan 352, Al-Syarafu Al-Muabbad hal. 68, Kifayatu Al-Thalib hal. 294 dan 295, Al-Maqtal 2 hal. 126, 127, Muhadharatu Al-Abrar 2 hal. 160, Tarikhu Al-Umami wa Al-Muluk 4 hal ; 357, Al-Kamil fi Al-Tarikh 3 hal. 301, Tahdzibu Al-Tahdzib 2 hal. 353, Al-Bad’u wa Al-Tarikh 6 hal. 10, Akhbaru Al-Duwal hal. 109, Nuuru Al-Qabas Al-Mukhtashar min Al-Muqtabas hal. 263, Taj Al-’Arus 3 hal. 196 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 570-589.
Wahai mata, lakukanlah dengan baik tugasmu Siapa lagi yang kan menangisi syuhada setelahku
Tangisilah mereka yang berjalan digiring kematian
Menuju negeri kekuasaan anak bekas budak belian
Wahai kalian yang telah membantai Al-Husain
Bersiaplah menerima azab dan balasan
Seluruh penghuni langit mengutuk kalian
Juga para nabi, utusan Allah dan bani insan
Kalian dikutuk lewat lisan putra Daud, Sulaiman
Juga Musa dan Isa, pembawa injil Tuhan
Wanita mulia bangsa Jin menangis sedih
Pukuli pipi yang bak keping emas nan bersih
Berpakaian kumal warna hitam, matapun letih
Aku bersedih meratapi Al-Husain
Sungguh Al-Husain seorang pahlawan
Demi Allah, aku datang kepada kalian setelah melihat dia
Di tepi Furat, pipinya berdebu dan luka leher menganga
Di sekitarnya, jasad-jasad muda dengan leher terluka
Mereka bak pelita, mengusir gulita dengan cahaya
Al-Husain bagaikan pelita penerang segala
Allahlah saksinya bahwa aku tak berdusta
Al-Husain tewas di negeri orang, sebatang kara
Dengan rasa dahaga yang mencekik jiwanya
Nabi sering mengusap dahinya
Dari pipinya memancar cahaya
Orang tuanya pembesar Quraisy
Kakeknya, sebaik-baik orang tua
Mereka membantaimu, wahai putra Rasul
Tempat mereka adalah neraka selamanya
Karena menyembelih unta, kaum Tsamud binasa
Petaka tanpa bahagia adalah akhir nasib mereka
Kehormatan cucu Rasulullah tentu lebih utama
dan lebih agung dari hanya seekor induk unta
Sangatlah mengherankan mereka tidak berubah rupa
Mungkin Allah menangguhkan azab para durjana
peristiwa ini tertulis di kitab2 ahlu as-Sunnah berikut ini ….
Al-Mu’jamu Al-Kabir hal. 147, Dzakhairu Al-’Uqba hal. 150, Tarikhu Al-Islam 2 hal. 349, Asma’ Al-Rijal 2 hal. 141, Siyaru A’lami Al-Nubala’ 3 hal. 214, Akamu Al-Marjan hal. 147, Nadzmu Durari Al-Simthain hal. 217, 223, dan 224, Al-Ishabah 1 hal. 334, Majma’u Al-Zawaid 9 hal. 199, Al-Bidayah wa Al-Nihayah 6 hal. 231, 8 hal. 197 dan 200, Tarikhu Al-Khulafa’ hal. 80, Al-Shawaiqu Al-Mughriqah hal. 194, Wasilatu Al-Maal hal. 197, Mifathu Al-Naja hal. 144, Yanabi’u Al-Mawaddah hal. 320, 323, 351, dan 352, Al-Syarafu Al-Muabbad hal. 68, Kifayatu Al-Thalib hal. 294 dan 295, Al-Maqtal 2 hal. 126, 127, Muhadharatu Al-Abrar 2 hal. 160, Tarikhu Al-Umami wa Al-Muluk 4 hal ; 357, Al-Kamil fi Al-Tarikh 3 hal. 301, Tahdzibu Al-Tahdzib 2 hal. 353, Al-Bad’u wa Al-Tarikh 6 hal. 10, Akhbaru Al-Duwal hal. 109, Nuuru Al-Qabas Al-Mukhtashar min Al-Muqtabas hal. 263, Taj Al-’Arus 3 hal. 196 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 570-589.
12 khalifah Allah SWT dizalimi semuanya !! Pengikut Imam Ali dibantai habis habisan oleh SUNNi !!!
Tentera Wahabi mula membunuh di Bahrain.
(foto foto muslim syi’ah dibantai tentara wahabi di BAHRAiN)
======================================================
Menurut sejarah selama pemerintahan dinasti Umayah dan Abasiyah, kesemua Imam 12 dan pengikut-pengikutnya diburu untuk dibunuh. Dalam suasana genting ini ramai ulama terpaksa menyembunyikan keimanan mereka. Nama-nama Imam 12 hari ini masih boleh ditemui dalam Kitab jawi karangan Syeikh Zainal Abidin al-Fatani berjudul Kasyful Ghaibiyah, halaman 53:
======================================================
Imam Dua Belas.
12 orang Imam adalah manusia suci berketurunan Rasulullah yang mewarisi seluruh khazanah ilmu dan penjaga umat selepas wafatnya Rasulullah (s). Dalam kitab Sahih Muslim yang diterbit oleh Klang Book Centre cetakan 1997, bab pemerintahan (Kitabul Imarah), hadis ke 1787 menyebut pemerintahan 12 orang khalifah daripada bangsa Quraysh, jelas sekali 12 khalifah ini bukan dari kalangan Bani Umayah dan Abasiyah kerana bani-bani ini mempunyai lebih dari 12 orang pemerintah.Menurut sejarah selama pemerintahan dinasti Umayah dan Abasiyah, kesemua Imam 12 dan pengikut-pengikutnya diburu untuk dibunuh. Dalam suasana genting ini ramai ulama terpaksa menyembunyikan keimanan mereka. Nama-nama Imam 12 hari ini masih boleh ditemui dalam Kitab jawi karangan Syeikh Zainal Abidin al-Fatani berjudul Kasyful Ghaibiyah, halaman 53:
Transliterasi:
“…daripada keluarga nabi Sallahualaihi Wa Sallam, daripada walad Fatimah Radiallahuanha, bermula neneknya itu Hasan bin Ali bin Abi Talib, bermula bapanya Imam Hasan al-Askari ibni Imam Ali al-Taqi bin al-Imam Muhammad al-Taqi, al-imam Ali al-Ridha, anak al-Imam Musa al-Kazim anak al-Imam Jaafar al-Sodiq, anak al-Imam Muhammad al-Baqir, anak al-Imam Zainal Abidin bin Ali, anak al-Imam al-Husein, anak al-Imam Ali bin Abi Talib Radiallahuanhu ….”
Ternyata Syeikh Zainal Abidin al-Fatani dalam menyatakan jurai keturunan Imam Mahdi, beliau langsung mengaitkan nama Imam Hasan bin Ali (a) padahal beliau boleh terus mendaftar sisilah Imam Mahdi melalui al-Imam Husein bin Ali (a) tanpa menyebut Imam Hasan (a). Maksud pengarang ini tidak ingin memisahkan Imam Hassan dengan Imam Mahdi. Dengan ini juga lengkaplah nama-nama 12 Imam dalam menyatakan silsilah Imam Mahdi.
Lima kitab nabi Musa (Pentateuch) dalam Bible tidak mahu ketinggalan meramalkan 12 orang khalifah itu daripada keturunan nabi Ismail (a). Berikut adalah petikan dari Perjanjian Lama Kitab Keluaran, Fasal 17, ayat ke-20:
Kewajiban berpegang teguh dengan al-Quran dan Ahlul Bait. Dalam Sunan Sittah (Kitab Hadis Enam) banyak kali menyebut bahawa nabi meninggalkan dua perkara yang beharga iaitu al-Quran dan Ahlul Bait umpamanya Sunan at-Tirmidzi hadis no. 3874, jilid 5, halaman 722, cetakan Victory Agencie Kuala Lumpur 1993.
Hadis seumpama ini boleh ditemui dalam Sahih Muslim hal. 1873 – 1874 juz 4 no. 2408, sunt: Muhd Fuad Abd Baqi, t.t, cet. Dar al-Fikr Bayrouth, Imam Ahmad di dalam musnadnya hal. 366 juz 4, al-Baihaqi di dalam Sunan al-Kubra hal. 148 juz 2 serta al-Darimiy di dalam Sunannya m/s 431-432 juz 2.
Allah (s) berfirman dalam surah Syura, ayat 23:
قُلْ لاَ أَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا اِلاَّ اْلمَوَدَّةَ فِى اْلقُرْبٰى
{Katakanlah wahai Muhammad, tiada aku minta ganjaran atas seruan dakwahku melainkan kecintaan ke atas kerabat}.
Ibnu Kathir menegaskan, kerabat yang dimaksudkan itu adalah Ahlul Bait nabi (s) yang diwajibkan ke atas kita mencintai mereka. Ibnu Kathir berulang-ulang menukilkan hadis-hadis thaqalain seperti yang digariskan berikut (cetakan terbaru Ibnu Kathir telah hilang hadis-hadis ini):
Hadis seperti yang digariskan :
– Rasulullah (s) di Ghadir Khum bersabda “Sesungguhnya aku meninggalkan kepadamu dua yang beharga itu kitab Allah dan keluargaku, sesungguhnya tidak berpisah keduanya hinggalah bertemu denganku di telaga Haudh”
– Rasulullah (s) bersabda “Ingatlah wahai sekelian manusia, sesungguhnya aku ini adalah manusia biasa. Sebentar lagi akan datang utusan tuhan menjemputku lalu aku pun menyahutnya, dan aku meninggalkan kalian dua pusaka, pertamanya kitab Allah di mana di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, maka ambillah kitab Allah dan peganilah ia dengan teguh” kemudian nabi (s) menambah “dan kaum keluargaku, aku memperingati kamu semua keluargaku (dilafazkan sebanyak tiga kali)”
– Sesunguhnya ku tinggalkan kepada kalian yang mana jika kalian berteguh dengannya pasti tidak akan sesat selama-lamanya, yang satunya lebih agung dari yang lain iaitu kitab Allah, ia adalah tali yang dipanjangkan dari langit sampai ke bumi, dan keluargaku, kedua perkara itu tidak akan terpisah hingga datang di sisiku di telaga Kauthar, maka lihatlah bagaimana keadaan kamu sepeninggalan ku terhadap kedua perkara itu”
– Rasulullah (s) bersabda: “wahai manusia, sesungguhnya ku tinggalkan kepadamu jika kamu berpegang keduanya tentu tidak akan sesat selama-lamanya, kitab Allah dan Ahlul Bait”.
– Rasulullah (s) di Ghadir Khum bersabda “Sesungguhnya aku meninggalkan kepadamu dua yang beharga itu kitab Allah dan keluargaku, sesungguhnya tidak berpisah keduanya hinggalah bertemu denganku di telaga Haudh”
– Rasulullah (s) bersabda “Ingatlah wahai sekelian manusia, sesungguhnya aku ini adalah manusia biasa. Sebentar lagi akan datang utusan tuhan menjemputku lalu aku pun menyahutnya, dan aku meninggalkan kalian dua pusaka, pertamanya kitab Allah di mana di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, maka ambillah kitab Allah dan peganilah ia dengan teguh” kemudian nabi (s) menambah “dan kaum keluargaku, aku memperingati kamu semua keluargaku (dilafazkan sebanyak tiga kali)”
– Sesunguhnya ku tinggalkan kepada kalian yang mana jika kalian berteguh dengannya pasti tidak akan sesat selama-lamanya, yang satunya lebih agung dari yang lain iaitu kitab Allah, ia adalah tali yang dipanjangkan dari langit sampai ke bumi, dan keluargaku, kedua perkara itu tidak akan terpisah hingga datang di sisiku di telaga Kauthar, maka lihatlah bagaimana keadaan kamu sepeninggalan ku terhadap kedua perkara itu”
– Rasulullah (s) bersabda: “wahai manusia, sesungguhnya ku tinggalkan kepadamu jika kamu berpegang keduanya tentu tidak akan sesat selama-lamanya, kitab Allah dan Ahlul Bait”.
Kesabaran Ketika Menghadapi Penderitaan Memperolehi Ganjaran dari Allah SWT.
Imam
Muhammad al-Baqir dan Imam Ja’far al-Sadiq berkata bahawa orang-orang
Mu’min yang ditimpa kesusahan dan bersabar akan diberikan ganjaran oleh
Allah SWT dengan pahala seribu syuhuda.Abul Hasan Imam Musa
al-Kazim ‘Alaihissalam berkata,”Barang siapa di kalangan Syi’ah kami
menghadapi penderitaannya dengan kesabaran dan keteguhan iman akan
menerima ganjaran pahala seribu syuhada.Imam Ja’far
al-Sadiq ‘Alaihissalam berkata bahawa Allah berfirman kepada Nabi
Musa‘Alaihissalam,”Wahai Musa, Aku tidak menjadikan sesiapa jua
kekasihKu selain makhlukKu orang-orang Mu’min. Kadang-kadang Aku
menimpakannya penderitaan yang sebenarnya lebih baik untuknya. Aku
berikannya apa yang terbaik untuknya dan menjauhkannya daripadanya untuk
perkara yang lebih baik untuknya. Maka, dia hendaklah bersabar
menghadapi penderitaan dengan kesabaran. Dia hendaklah redha dengan
takdirKu dan bersyukur ke atas pemberianKu. Dan apabila dia bersikap
demikian, Aku memasukkannya di kalangan orang-orang yang beriman, kerana
dia bertindak mengikut ketentuanKu dan taat kepada perintahKu.”
Sentiasa Bersabar Kepada Ketentuan AllahIshaq
bin Ammar berkata beliau mendengar Imam Ja’far
al-Sadiq ‘Alaihissalam berkata,”Asas kepada ketaatan kepada Allah adalah
redha kepada apa yang Allah takdirkan kepada seseorang sama ada hal itu
dia sukai atau tidak sukai kerana apa sahaja yang Allah takdirkan
adalah baik.”
Yunus bin Ribat melaporkan beliau mendengar Imam Ja’far
al-Sadiq ‘Alaihissalam berkata para pengikut kebenaran akan sentiasa
mengalami penderitaan tetapi jangka masa mereka memperolehi keamanan dan
kesenangan akan berkekalan.
Simaah berkata bahawa dia mendengar Imam Ja’far al-Sadiq ‘Alaihissalam berkata,”Allah telah mengizinkan musuh-musuhNya melakukan terhadap ‘sahabat-sahabat’Nya (orang-orang beriman) menjadi mangsa mereka dalam dunia ini.
Ramai Yang Membenci Orang Yang Mencintai Allah.
Mufazzal bin Umar meriwayatkan dia bersama Imam Ja’far al-Sadiq ‘Alaihissalam ketika seorang menyatakan kepada Imam bahawa ada setengah orang yang mendakwa bahawa apabila Allah mencintai seseorang, Dia akan meletakkan perasaan cinta di hati-hati orang ramai kepada orang ini, dan apabila Allah membenci seseorang, Dia meletakkan perasaan benci kepadanya di hati-hati orang ramai. Mufazzal berkata pada ketika itu Imam sedang berbaring di atas tilam tetapi ketika mendengar perkara ini, beliau bangkit dan berkata,”Tidak seperti itu tetapi apabila Allah mencintai seseorang, Dia akan membiarkan orang ramai berpaling daripadanya. Mereka akan membuat fitnah terhadapnya dan hal ini akan menambahkan ganjaran pahala kepadanya di akhirat dan menambahkan dosa-dosa mereka. Dan apabila Allah membenci seseorang, Dia mengizinkan orang ramai mencintai orang itu. Mereka akan menyatakan perkara-perkara yang menambahkan dosa-dosa mereka dan dosa orang itu. Katakan kepadaku adakah sesesiapa yang lebih mencintai Allah daripada Nabi Yahya bin Zakaria ‘Alaihissalam pada ketika itu? Tetapi kita mengetahui orang ramai berpaling daripadanya dan melakukan perkara yang mereka lakukan (akhirnya mereka membunuhnya). Begitu juga adakah ada sesiapa yang mencintai Allah lebih daripada Imam Husayn ‘Alaihissalam pada masa hidupnya? Tetapi kamu mengetahui oang ramai berpaling daripadanya dan membunuhnya tanpa belas kasihan. Siapakah pula yang lebih membenci Allah daripada si polan dan si polan? Tetapi kamu semua melihat apakah yang dikatakan oleh orang ramai terhadap mereka ini. Maka amatlah salah apa yang didakwa oleh mereka itu.”.
Zaid –e-Shahham berkata Imam Ja’far al-Sadiq ‘Alaihissalam berkata,”Apabila Allah mencintai seseorang Dia mengizinkan mereka berpaling daripadanya.”
Abu Hamzah Thumai meriwayatkan dia mendengar Imam Muhammad Baqir ‘Alaihissalam berkata Allah SWT bersumpah bahawa orang-orang beriman akan ditimpa empat perkara penderitaan. Pertama, dan yang paling mudah, orang beriman yang lain akan cemburu kepadanya. Kedua, apabila orang-orang munafiq akan mengikuti langkahnya dan mengganggunya. Ketiga, apabila syaitan akan datang untuk berusaha untuk menjauhkannya daripada jalan yang lurus. Keempat, apabila orang kafir menganggap memeranginya sebagai perang suci. Maka, bagaimanakah seorang mu’min dapat menjauhkan diri daripada perkara-perkara ini? Soal Imam kepada mereka.
Simaah berkata bahawa dia mendengar Imam Ja’far al-Sadiq ‘Alaihissalam berkata,”Allah telah mengizinkan musuh-musuhNya melakukan terhadap ‘sahabat-sahabat’Nya (orang-orang beriman) menjadi mangsa mereka dalam dunia ini.
Ramai Yang Membenci Orang Yang Mencintai Allah.
Mufazzal bin Umar meriwayatkan dia bersama Imam Ja’far al-Sadiq ‘Alaihissalam ketika seorang menyatakan kepada Imam bahawa ada setengah orang yang mendakwa bahawa apabila Allah mencintai seseorang, Dia akan meletakkan perasaan cinta di hati-hati orang ramai kepada orang ini, dan apabila Allah membenci seseorang, Dia meletakkan perasaan benci kepadanya di hati-hati orang ramai. Mufazzal berkata pada ketika itu Imam sedang berbaring di atas tilam tetapi ketika mendengar perkara ini, beliau bangkit dan berkata,”Tidak seperti itu tetapi apabila Allah mencintai seseorang, Dia akan membiarkan orang ramai berpaling daripadanya. Mereka akan membuat fitnah terhadapnya dan hal ini akan menambahkan ganjaran pahala kepadanya di akhirat dan menambahkan dosa-dosa mereka. Dan apabila Allah membenci seseorang, Dia mengizinkan orang ramai mencintai orang itu. Mereka akan menyatakan perkara-perkara yang menambahkan dosa-dosa mereka dan dosa orang itu. Katakan kepadaku adakah sesesiapa yang lebih mencintai Allah daripada Nabi Yahya bin Zakaria ‘Alaihissalam pada ketika itu? Tetapi kita mengetahui orang ramai berpaling daripadanya dan melakukan perkara yang mereka lakukan (akhirnya mereka membunuhnya). Begitu juga adakah ada sesiapa yang mencintai Allah lebih daripada Imam Husayn ‘Alaihissalam pada masa hidupnya? Tetapi kamu mengetahui oang ramai berpaling daripadanya dan membunuhnya tanpa belas kasihan. Siapakah pula yang lebih membenci Allah daripada si polan dan si polan? Tetapi kamu semua melihat apakah yang dikatakan oleh orang ramai terhadap mereka ini. Maka amatlah salah apa yang didakwa oleh mereka itu.”.
Zaid –e-Shahham berkata Imam Ja’far al-Sadiq ‘Alaihissalam berkata,”Apabila Allah mencintai seseorang Dia mengizinkan mereka berpaling daripadanya.”
Abu Hamzah Thumai meriwayatkan dia mendengar Imam Muhammad Baqir ‘Alaihissalam berkata Allah SWT bersumpah bahawa orang-orang beriman akan ditimpa empat perkara penderitaan. Pertama, dan yang paling mudah, orang beriman yang lain akan cemburu kepadanya. Kedua, apabila orang-orang munafiq akan mengikuti langkahnya dan mengganggunya. Ketiga, apabila syaitan akan datang untuk berusaha untuk menjauhkannya daripada jalan yang lurus. Keempat, apabila orang kafir menganggap memeranginya sebagai perang suci. Maka, bagaimanakah seorang mu’min dapat menjauhkan diri daripada perkara-perkara ini? Soal Imam kepada mereka.
12 khalifah ALLAH SWT.
Rasulullah SAWW bersabda yang bermaksud:
" Wahai manusia aku tinggalkan kepada kamu, sekiranya kamu berpegang teguh kepada kedua-duanya nescaya kamu tidak akan sesat selama-lamanya, Kitab Allah dan Itrahku Ahlul Baytku." [Sunan Tirmidzi]
Dari Amir bin Sa’ad bin Abu Waqqas RA, katanya:”Aku berkirim surat kepada Jabir bin Samurah melalui pelayanku Nafi”,meminta kepadanya supaya dia dapat mengkhabarkan kepadaku hadis yang pernah didengarnya dari Rasulullah SAWW.
Dia membalas suratku sebagai berikut:”Aku mendengar Rasulullah SAWW bersabda pada hari Juma’at petang, iaitu ketika seorang suku Aslam direjam, sabdanya: Din ini (Islam) akan sentiasa tegak hingga hari Qiamat, atau sampai berlalunya 12 khalifah memerintah, yang kesemuanya dari Quraisy. Aku mendengarnya pula beliau bersabda, ‘satu kelompok kaum Muslimin akan menakluki Istana Putih Kisra.’ Dan aku mendengar pula beliau bersabda, ‘sebelum terjadi hari Qiamat akan muncul Dajjal, maka waspadalah terhadap mereka.’ Aku mendengar pula beliau bersabda,’jika Allah mengurniakan kamu kebaikan, pertama-tamanya manfa’atkanlah untuk dirimu sendiri dan untuk keluargamu.’ Aku mendengar juga beliau bersabda, ‘Aku lebih dahulu dan menunggu di al-Haud.’
Teks Hadith yang bergaris di atas (12 khalifah) adalah di bawah ini. Sila rujuk Sahih Muslim, Jilid IV, Bab Imarah, Hadith 1789.
Hadith-hadith yang menghadkan pengganti Nabi Muhammad SAWW kepada 12 orang, telah diriwayatkan oleh sejumlah ulama Muslimin dari kalangan Ahlul Sunnah dan Syiah di dalam Sahih-sahih dan Musnad-musnad mereka. Berikut di senaraikan beberapa riwayat dari kalangan Ahlul Sunnah yang menghadkan pengganti Nabi Muhammad SAWW kepada 12 orang khalifah.
Ahmad bin Hanbal di dalam Musnadnya meriwayatkan hadith ini daripada Syabi daripada Masruq berkata:
" Kami berada di sisi Abdullah bin Masud yang sedang memperdengarkan bacaan al-Qur'an kepada kami. Tiba-tiba seorang lelaki bertanya kepadanya; Wahai Abu Abdul Rahman! Adakah anda telah bertanya Rasulullah SAWW berapakah ummat ini memiliki khalifah?" Abdullah bin Masud menjawab: "Tiada seorangpun bertanya kepadaku mengenainya semenjak aku datang ke Iraq sebelum anda." Kemudian dia berkata: "Ya! Sesungguhnya kami telah bertanya kepada Rasulullah SAWW mengenainya. Maka beliau SAWW menjawab: " Dua belas (khalifah) seperti bilangan naqib Bani Isra'il."
Di dalam riwayat yang lain Ahmad bin Hanbal meriwayatkan daripada Jabir bin Samurah, sesungguhnya dia berkata:
" Aku mendengar RAsulullah SAWW bersabda semasa Haji Wida': " Urusan agama ini masih pada zahirnya ditangan penentangnya dan tidak akan dihancurkan oleh orang-orang yang menyalahinya sehingga berlalunya dua belas Amir, semuanya daripada Quraisy."
Muslim di dalam Sahihnya meriwayatkan daripada Jabir bin Samurah sesungguhnya dia berkata:
" Aku bersama bapaku berjumpa Rasulullah SAWW. Maka aku mendengar Nabi SAWW bersabda: "Urusan 'ini' tidak akan selesai hingga berlaku pada mereka dua belas khalifah." Dia berkata: Kemudian beliau bercakap dengan perlahan kepadaku. Akupun bertanya bapaku apakah yang diucapkan oleh beliau? Dia menjawab: "Semuanya daripada Quraisy."
Muslim juga meriwayatkan di dalamnya Sahihnya daripada Nabi SAWW beliau bersabda:
"Agama sentiasa teguh sehingga Hari Qiamat dan dua belas khalifah memimpin mereka, semuanya daripada Quraisy." Di dalam riwayat lain Urusan manusia berlalu dengan perlantikan dua belas lelaki dari Quraisy" Sentiasa Islam itu kuat sehingga kepada dua belas khalifah daripada Quraisy" dan " Sentiasa ugama ini kuat dan kukuh sehingga ua belas khalifah daripada Quraisy."[Sila rujuk Kitabul Imarah, Sahih Muslim, Cairo, 1955, Jilid II, hlm.,1542-1543]
Ibn Hajr di dalam al-Sawa’iq al-Muhriqah meriwayatkan daripada Jabir bin Samurah bahawa Nabi SAWA bersabda:
"Selepasku akan diikuti oleh dua belas khalifah."
Al-Qunduzi al-Hanafi di dalam Yanabi al-Mawaddah bab 95, meriwayatkan bahawa Jabir bin Abdullah berkata:
" Rasulullah SAWW bersabda: " Wahai Jabir! Sesungguhnya para wasiku dan para imam selepasku pertamanya Ali kemudian Hasan kemudian Husain kemudian Ali bin Husain. Kemudian Muhammad bin Ali al-Baqir. Anda akan menemuinya wahai Jabir sekiranya anda mendapatinya, maka sampaikan salamku kepadanya. Kemudian Ja'far bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja'far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin Ali. Kemudian al-Qaim namanya sama dengan namaku dan kunyahnya adalah kunyahku, anak Hasan bin Ali. Dengan beliaulah Allah akan membuka seluruh pelusuk bumi di Timur dan di Barat, dialah yang ghaib dari penglihatan. Tidak akan percaya kepada imamahnya melainkan orang yang telah diuji hatinya oleh Allah SWT. Jabir berkata: Wahai Rasulullah! Adakah orang ramai boleh mengambil faedah darinya ketika ghaibnya? Beliau menjawab:" Ya! Demi yang mengutuskan aku dengan kenabian sesungguhnya mereka mengambil cahaya daripada wilayahnya ketika ghaibnya, seperti orang ramai mengambil faedah dari matahari sekalipun ianya ditutupi awan." Ini adalah rahsia-rahsia ilmu Allah yang teersembunyi. Justeru itu rahsiakanlah mengenainya melainkan kepada orang yang ahli.
Lantaran itu tidak menghairankan jika Syaikh Sulaiman al-Balkhi al-Hanafi menyatakan:" Hadith imam dua belas tidak sesuai jika
dimaksudkan dengan Khulafa' al-Rasyidin
kerana mereka kurang daripada 12. Dan ianya
juga tidak sesuai dengan khalifah-khalifah
dari Bani Umayyah kerana mereka lebih dari
12. Semua mereka adalah zalim
selain Umar bin Abdul Aziz, dan mereka pula
bukan dari Bani Hasyim kerana
Nabi bersabda: Semua mereka mestilah dari Bani
Hasyim. Dan ianya juga tidak
sesuai dengan khalifah-khalifah dari Bani Abbas
kerana mereka lebih daripada
12. Mereka juga menindas anak cucu Rasulullah
SAWW dan melanggar suruhan
al-Qur'an. Oleh itu satu cara untuk mentafsirkan
hadith itu ialah dengan
menerima 12 imam dari Ahlul Bayt Rasulullah
SAWW kerana merekalah
yang paling alim, paling bertaqwa, mempunyai
sifat-sifat yang paling baik,
paling tinggi nasabnya dan lebih mulia di
sisi Allah, dan ilmu-ilmu mereka
diambil dari bapa-bapa mereka yang berhubung
rapat dengn moyang mereka
Muhammad SAWW.".
Jabir berkata: “Aku bertanya padanya: ‘Wahai Rasulullah! Apakah para pengikut (syi’ah)-nya akan mendapatkan manfaat dari kegaibannya?’ Dia menjawab: ‘Ya. Demi Zat yang mengutusku dengan kenabian, mereka akan mencari cahaya dan taat kepadanya pada masa gaibnya sebagaimana manusia mendapat manfaat dari (cahaya) matahari ketika awan menutupnya’ …”
(Ikmal al-Din, jilid 1, hal. 253, dengan makna yang hampir sama dalam Yanabi’ al-Mawaddah, hal.117.
HADITH THAQALAIN (HADITH DUA PERKARA YANG BERHARGA).
Sabda Nabi SAWAW:Sesungguhnya aku tinggalkan pada kalian thaqalain
(dua perkara yang berharga) Kitab Allah dan itrah Ahlu l-Baitku.
Sekiranya kalian berpegang teguh kepada keduanya niscaya kalian tidak
akan sesat selepasku selama-lamanya.
SURAT AL- AHZAB:33 PENSUCIAN AHLUL BAIT (A.S)
“Sungguh tiada lain Allah berkehendak memelihara kamu dari dosa-dosa hai Ahlul bait dan mensucikan kamu dengan sesuci-sucinya.”
SUNNI SYIAH BERSATU!
AHLULBAIT AS.
Dalam Ikmal al-Din terdapat sebuah hadits melalui Jabir al-Jufri
yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah yang berkata: “Ya Rasulullah
kami telah mengetahui Allah dan Rasul-Nya, lalu siapakah ulil amri yang
Allah jadikan ketaatan kepada mereka sama dengan ketaatan kepadamu?”
Lalu Nabi SAW bersabda: “Wahai Jabir, mereka adalah penerusku dan para
pemimpin muslimin. Yang pertama dari mereka adalah ‘Ali bin Abi Thalib,
kemudian (Imam) Hasan dan (Imam) Husain, kemudian ‘Ali bin Husain,
kemudian Muhammad bin ‘Ali, yang dikenal dalam taurat dengan nama
al-Baqir, yang engkau akan jumpai kelak.
Wahai jabir! Apabila engkau
menjumpainya, sampaikanlah salamku padanya. Setelahnya adalah
ash-Shadiq, Ja’far bin Muhammad; kemudian Musa bin Ja’far, kemudian ‘Ali
bin Musa, kemudian Muhammad bin ‘Ali, kemudian ‘Ali bin Muhammad,
kemudian Hasan bin ‘Ali, setelahnya adalah al-Qa’im yang nama asli dan
gelarnya sama denganku. Dia adalah hujjah Allah di bumi dan pengingat
hamba-hamba-Nya. Dia anak (Imam) Hasan bin ‘Ali (al-’Askari). Pribadi
inilah yang menyebabkan tangan Allah akan membukakan arah Timur dan
Barat dunia dan pribadi ini jugalah yang akan digaibkan dari para
pengikut dan pencintanya. karena inilah (kegaiban -penerj) keimamahannya
tidak dapat dibuktikan oleh pernyataan siapapun kecuali oleh orang yang
keimanannya telah Allah uji.”.
Jabir berkata: “Aku bertanya padanya: ‘Wahai Rasulullah! Apakah para pengikut (syi’ah)-nya akan mendapatkan manfaat dari kegaibannya?’ Dia menjawab: ‘Ya. Demi Zat yang mengutusku dengan kenabian, mereka akan mencari cahaya dan taat kepadanya pada masa gaibnya sebagaimana manusia mendapat manfaat dari (cahaya) matahari ketika awan menutupnya’ …”
(Ikmal al-Din, jilid 1, hal. 253, dengan makna yang hampir sama dalam Yanabi’ al-Mawaddah, hal.117.
Imam Ja’far al-Sadiq ‘Alaihissalam berkata Nabi Musa bin
Imran ‘Alaihissalam mempunyai seorang saudara dalam iman, yang amat
dicintainya dan dihormatinya. Pada suatu ketika seorang lelaki datang
menemui saudaranya itu dan meminta kepadanya pergi menemui seorang raja
yang zalim dari kalangan Bani Israil. Saudara Nabi
Musa ‘Alaihissalam itu berkata dia tidak hubungan dengan raja tersebut
dan tidak pernah meminta lelaki itu sebarang pertolongan. Lelaki itu
berkeras juga dan berkata Allah akan memberikan ganjaran yang besar
kepadanya jika saudara Nabi Musa itu memenuhi hajatnya pergi menemui
raja tersebut.
Saudara Nabi Musa itu akhirnya pergi juga kerana berasa
kasihan kepada lelaki itu. Ketika raja itu melihat saudara Nabi
Musa ‘Alaihissalam yang alim itu, raja itu amat menghormatinya dan
memberikannya apa juga yang dikehendakinya. Kemudian selang beberapa
hari, raja tersebut ditimpa sakit dan meninggal dunia. Ketika itu ramai
orang hadir untuk membawa mayatnya dan semua pasar di negara itu ditutup
kerana berkabung dan meratapikematian raja tersebut. Kemudian dengan
takdir Allah, saudara Musa ‘Alaihissalam yang alim itu meninggal dunia
pada hari yang sama. Tetapi disebabkan dia tinggal sendirian dan menutup
pintu rumahnya dari dalam, maka tidak ada sesiapa pun yang tahu tentang
kematiannya.
Hal ini berlaku sehingga tiga hari. Begitu juga Nabi
Musa ‘Alaihissalam tidak mengunjunginya selama tiga hari. Pada hari
keempat Nabi Musa berfikir tentang saudaranya itu dan pergi ke rumahnya.
Apabila Nabi Musa membuka pintu dan masuk ke dalam rumah, beliau
mendapati saudaranya itu telah meninggal dunia. Ulat-ulat sedang
menyelusuri tubuhnya dan membaham wajahnya. Melihat keadaan ini Nabi
Musa amat terharu dan berdoa kepada Allah,”Tuhanku, musuh Engkau mati
dan sekumpulan ramai orang berkumpul meratapinya. Dan pada masa yang
sama’sahabat’Mu meninggal dunia dan ulat-ulat memakan tubuh dan
wajahnya.” Allah SWT menjawab kepada Nabi Musa ‘Alaihissalam ,”Wahai
Musa, ‘sahabat’Ku pergi menemui orang zalim itu dan meminta pertolongan
daripadanya. Raja zalim itu menghormatinya dan memberikan apa juga
permintaannya. Justeru, sebagai ganjaran di dunia, Aku kumpulkan di
dunia ini rakyatnya meratapinya supaya dia tidak lagi meminta kepadaKu
di akhirat kelak.
Dan aku izinkan ulat di atas tubuh orang mu’min itu
kerana dia telah pergi menemui raja zalim itu dan meminta sesuatu,
daripada berdoa kepadaKu. Dengan cara ini Aku mahu supaya tidak ada lagi
dosa yang tinggal ke atasnya yang akan menerima balasan di akhirat
kelak.”Imam Muhammad al-Baqir ‘Alaihissalam berkata jika Allah SWT mahu
memberikan kemuliaan kepada seseorang, dan orang itu ada dosa-dosa dalam
hisabnya, Dia (Allah SWT) mengizinkannya menderita dengan beberapa
penyakit; jika tidak demikian, Dia meletakkannya dalam keadaan
kemiskinan; dan jika tidak demikian Dia meningkatkan penderitaannya pada
saat kematiannya. Dan apabila Allah mahu menghina seseorang dan orang
itu mempunyai beberapa amal baiknya dalam hisabnya, Dia akan
memberikannya kesihatan yang baik; jika tidak demikian Dia memberikannya
dengan kekayaan; jika tidak demikian, Dia mengurangkan penderitaannya
pada saat kematiannya.Imam yang sama meriwayatkan Allah SWT
mengisytiharkan dengan bersumpah bahawa apabila seseorang menghajatkan
rahmatNya, Dia akan menghukumnya di atas segala amal buruknya di dunia
ini, kadang-kadang dengan mengurangkan sumber rezekinya, kadang-kadang
dengan penyakit pada tubuhnya dan kadang-kadang dengan meresahkan
fikirannya.
Dan jika masih berbaki lagi amal buruknya itu, penderitaan
di saat kematiannya akan ditingkatkan. Begitu juga Allah SWT
mengisytiharkan jika seseorang patut mendapat kemurkaanNya, dia akan
dibalas segala kebaikannya di dunia ini dan kadang-kadang dengan
meningkatkan sumber rezekinya, kadang-kadang dengan kesihatan tubuh
badannya yang baik dan kadang-kadang dengan memberikan keselesaan dalam
fikirannya. Dan jika masih berbaki, maka penderitaan di saat kematiannya
dikurangkan.Imam yang sama ‘Alaihissalam berkata bahawa seorang Nabi
dari kalangan Nabi-nabi Bani Israil berjalan melewati seorang mu’min
yang baru sahaja meninggal dunia di sebabkan terhempap tembok yang
jatuh.
Sebahagian daripada anggota tubuhnya berada di bawah tembok dan
sebahagian lagi tubuhnya di luar tembok. Bahagian tubuhnya yang di luar
tembok di makan anjing dan burung-burung pemakan bangkai. Selepas
menyaksikan kejadian ini, Nabi berkenaan memasuki sebuah kota di mana
ada orang besar baru sahaja meninggal dunia. Tubuhnya di bungkus dengan
kain sutera dan wangi-wangian di bakar di sekelilingnya. Menyaksikan dua
keadaan yang bertentangan itu, Nabi berkenaan rasa amat hairan. Dia
berkata,”Wahai Tuhanku, tidak diragui, Engkau Maha Berkuasa. Engkau
tidak pernah melakukan kezaliman kepada makhluk-makhlukMu. Tetapi aku
kini bingung untuk memahami mengapa lelaki yang beriman itu menemui
kematiannya dalam keadaan yang menyedihkan padahal lelaki yang tidak
pernah beriman kepadaMu itu menemui saat kematiannya secara aman dan di
hormati.” Allah SWT mewahyukan kepada Nabi tersebut,”Tidak diragui Aku
Maha Berkuasa.
Rahsia kejadian yang bertentangan itu disebabkan orang
yang beriman itu mempunyai dosa, maka Aku tidak mahu menghukumnya di
akhirat kelak, maka dia menemui kematiannya seperti itu yang akan
menghapuskan dosa-dosanya daripada dirinya. Dan orang kafir itu
mempunyai beberapa amal kebaikan ketika hidupnya, maka Aku mengizinkan
kesenangan di dunia ini diberikan kepadanya sebagai balasan terhadap
amal kebaikannya itu. Dan pada hari akhirat kelak dia tidak mempunyai
apa-apa lagi amal kebaikan.”Ibn Abi Umair meriwayatkan daripada senarai
periwayat-periwayat, bahawa Nabi Musa ‘Alaihissalamsedang berjalan di
tepi tebing sungai. Pada ketika itu seorang nelayan datang ke tempat itu
dan terus bersujud kepada matahari dan berdoa kepadanya. Selepas
menyembah matahari itu, dia terus mencampakkan jaringnya ke sungai dan
dalam tempoh masa yang singkat, dia dapat menarik jaringnya itu ke darat
dengan ikan yang banyak.
Kemudian dia mencampakkan jaringnya sekali
lagi dan kali ini juga jaringnya dipenuhi ikan. Dia terus mengulangi
perbuatannya untuk kali ketiga dengan hasil yang sama dan dengan hati
yang puas dia pergi dari situ dengan hasil tangkapannya itu. Selepas
beberapa ketika seorang yang lain datang ke tebing sungai itu. Dia
mengambil wudhuk dan berdiri mengerjakan solat kepada Allah. Selepas
mengungkapkan doa dan tunduk kepada Allah, doa terus mencampakkan
jaringnya ke dalam sungai tetapi apabila diangkatnya jaringnya itu tiada
ada seekor ikanpun yang terlekat. Dia mencampakkan lagi jaringnya ke
dalam sungai itu dan hasilnya masih lagi kosong. Dia mencampakkan
jaringnya ke dalam sungai buat kali ketiga tetapi hasilnya tetap juga
kosong. Kemudian pada kali keempat, dia berjaya mendapat seekor ikan
yang kecil.
Pada saat ini, dia bersyukur kepada Allah, memuji-mujiNya
dan berlalu dari situ dengan ikan kecil tersebut.Melihat perkara ini,
Nabi Musa ‘Alaihissalam amat takjub dan menyeru kepada Allah,”Tuhanku,
orang pertama datang dan secara terang-terang mengingkari perintahMu
dengan menyembah matahari. Tetapi setiap kali dia mencampakkan jaringnya
ke dalam sungai dia berjaya mendapat ikan yang banyak sehingga dia
berpuasa hati dan berlalu dari tebing sungai ini. Kemudian orang kedua
datang ke tebing sungai ini, beliau merupakan orang yang beriman,
mengambil wudhuk dan berdiri berdoa kepadaMu. Dia memuji-muji kemurahan
rahmatMu dan berdoa kepadaMu dengan bersungguh-sungguh tetapi untuk kali
ketiga berturut, dia tidak mendapat walau seekor ikan pun. Pada kali
keempat, dia hanya memperolehi seekor ikan yang kecil. Walaupun demikian
dia tetap bersyukur kepadaMu dan memuji kemurahan rahmatMu. Tuhanku,
aku tidak mengetahui mengapa Engkau mengizinkan perbezaan ini.”
Allah SWT memerintahkan Nabi Musa ‘Alaihissalam melihat kejadian itu
dari sudut pandangan kanan. Di situ Nabi Musa ‘Alaihissalam dapat
melihat Allah SWT memberikan ganjaran kepada orang beriman itu di
akhirat kelak. Kemudian Nabi Musa ‘Alaihissalam diperintahkan melihat
pada sisi kiri pula. Maka di situ dia akan dapat melihat apakah balasan
yang disediakan untuknya pada hari akhirat kepada orang kafir itu.
Kemudian Allah berfirman kepada Nabi Musa ‘Alaihissalam ,’Wahai Musa,
dengan hasil yang terakhir dan muktamad itu apakah yang akan diperolehi
oleh orang kafir dan apakah kerugian yang akan menimpa orang-orang yang
beriman?”
Pada peringkat ini, Nabi Musa ‘Alaihissalam terus bersujud dan berkata,”Tuhanku, adalah menjadi kewajipan kepada orang-orang yang beriman kepadaMu redha kepada apa yang Engkau berikan kepada mereka.”.
(Syiahali/ABNS)
Pada peringkat ini, Nabi Musa ‘Alaihissalam terus bersujud dan berkata,”Tuhanku, adalah menjadi kewajipan kepada orang-orang yang beriman kepadaMu redha kepada apa yang Engkau berikan kepada mereka.”.
(Syiahali/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email