Pesan Rahbar

Home » » Perawi Tsiqah atau Al Quran? Berikut Penjelasannya

Perawi Tsiqah atau Al Quran? Berikut Penjelasannya

Written By Unknown on Thursday 19 November 2015 | 21:51:00


Ingin saya berkongsi tentang satu hadis dari Shahih Muslim yang saya ragukan pada pertama kali membacanya dan saya juga melakukan sedikit kajian mengenainya. Pernah saya komen tentang hadis ini untuk menjawab seorang teman dalam blog sahabat/guru saya, mas SP  dari Indonesia. Rasanya ada baiknya saya berkongsi disini agar sahabat2/saudara2 dari Malaysia/dimana sahaja dapat bertukar pendapat dengan saya. InsyAllah.

Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb telah menceritakan kepadaku Syababah telah menceritakan kepadaku Warqa` dari Abu Az Zinnad dari Al A’raj dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Dahulu ada dua orang wanita yang sedang bermain bersama anak mereka masing-masing. Tiba-tiba datang seekor serigala yang menerkam dan membawa anak salah seorang dari mereka berdua. Seorang dari mereka berkata kepada yang lain, ‘sebenarnya yang dimangsa serigala tadi adalah anakmu’. Rupanya wanita yang satunya menyangkal seraya berkata, ‘Tidak, yang dimangsa oleh serigala tersebut adalah anakmu’. Akhirnya kedua wanita meminta keputusan dari Daud, namun Daud menetapkan bahwa anak yang masih hidup itu milik wanita yang usianya lebih tua. Kemudian keduanya pergi menemui Sulaiman bin Daud ‘alaihima salam, lantas kedua wanita tersebut menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, setelah mendengar ceritanya, Sulaiman berkata, ‘Baiklah, sekarang tolong ambilkan aku pisau, aku akan membelah dan membahagi dua anak ini untuk kalian berdua’. Tiba-tiba wanita yang lebih muda berkata, ‘Tidak, semoga Allah merahmati anda, berikanlah anak tersebut untuknya’. Maka Sulaiman pun menetapkan anak itu untuk wanita yang lebih muda umurnya.” (Muslim, No. Hadist: 3245 ).

dan ayat yang menceritakan tentang nabi Daud:
“Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan” (Shaad: 20).

Hadis itu shahih mengikut syarat Imam Muslim tetapi adakah kerana Imam Muslim mengadili perawi-perawinya tsiqah maka masih boleh dikatakan shahih walau bertentangan dengan Al Quran yang memberitahu kita tentang kebijaksanaan Nabi Daud as dalam menyelesaikan perselisihan? Adakah boleh dikata kerana Nabi Sulaiman as lebih bijak dalam menyelesaikan perselisihan? Tidak juga kerana hadis itu tidak menunjukkan dua orang yang bijak lalu salah seorang dari mereka lebih bijak tetapi menunjukkan yang seorang benar dan seorang salah.

Dan kisah ini ada dalam kitab perjanjian lama:
1_Raja_Raja_3:
(16) Pada waktu itu masuklah dua orang perempuan sundal menghadap raja, lalu mereka berdiri di depannya.
(17) Kata perempuan yang satu: “Ya tuanku! aku dan perempuan ini diam dalam satu rumah, dan aku melahirkan anak, pada waktu dia ada di rumah itu.
(18) Kemudian pada hari ketiga sesudah aku, perempuan inipun melahirkan anak; kami sendirian, tidak ada orang luar bersama-sama kami dalam rumah, hanya kami berdua saja dalam rumah.
(19) Pada waktu malam anak perempuan ini mati, karena ia menidurinya.
(20) Pada waktu tengah malam ia bangun, lalu mengambil anakku dari sampingku; sementara hambamu ini tidur, dibaringkannya anakku itu di pangkuannya, sedang anaknya yang mati itu dibaringkannya di pangkuanku.
(21) Ketika aku bangun pada waktu pagi untuk menyusui anakku, tampaklah anak itu sudah mati, tetapi ketika aku mengamat-amati dia pada waktu pagi itu, tampaklah bukan dia anak yang kulahirkan.”
(22) Kata perempuan yang lain itu: “Bukan! anakkulah yang hidup dan anakmulah yang mati.” Tetapi perempuan yang pertama berkata pula: “Bukan! anakmulah yang mati dan anakkulah yang hidup.” Begitulah mereka bertengkar di depan raja.
(23) Lalu berkatalah raja: “Yang seorang berkata: Anakkulah yang hidup ini dan anakmulah yang mati. Yang lain berkata: Bukan! Anakmulah yang mati dan anakkulah yang hidup.”
(24) Sesudah itu raja berkata: “Ambilkan aku pedang,” lalu dibawalah pedang ke depan raja.
(25) Kata raja: “Penggallah anak yang hidup itu menjadi dua dan berikanlah setengah kepada yang satu dan yang setengah lagi kepada yang lain.”
(26) Maka kata perempuan yang empunya anak yang hidup itu kepada raja, sebab timbullah belas kasihannya terhadap anaknya itu, katanya: “Ya tuanku! Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia.” Tetapi yang lain itu berkata: “Supaya jangan untukku ataupun untukmu, penggallah!”
(27) Tetapi raja menjawab, katanya: “Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia; dia itulah ibunya.”
(28) Ketika seluruh orang Israel mendengar keputusan hukum yang diberikan raja, maka takutlah mereka kepada raja, sebab mereka melihat, bahwa hikmat dari pada Allah ada dalam hatinya untuk melakukan keadilan.

Kitab perjanjian lama ini dalam bahasa Indonesia, entah ada atau tak kitab ini dalam bahasa Melayu. Cuma yang ada pada saya dalam bahasa Indonesia, saya tak rasa bahasanya terlalu berat untuk difahami. Isi cerita dari hadis Abu Hurairah itu jelas sama dengan yang ada dalam kitab perjanjian lama dan bertentangan pula hadis itu dengan sifat Nabi Daud dalam Al Quran.

Rasanya perlu ada usaha untuk meneliti kembali apa yang dikata Shahih itu agar kita tidak berpegang dengan sesuatu yang batil. Kerana Shahih untuk hadis tetap dari manusia yang tidak maksum, bukan dari Allah SWT. Hanya Al Quran sahaja yang dipelihara, itulah shahih yang abadi.

Wasalam.

(Emansipasi-Al-kazim/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: