Pesan Rahbar

Home » » Konflik Sosial Berawal Dari Ujaran Kebencian

Konflik Sosial Berawal Dari Ujaran Kebencian

Written By Unknown on Wednesday 23 November 2016 | 06:30:00

Jamaah Ahmadiyah menshalatkan jenazah korban tewas bentrok Cikeusik, di masjid Al-Mahmudah, Cipondoh, Tangerang, Banten, Selasa 8 Februari 2011. Korban meninggal yang dimakamkan adalah Chandra dan Roni. (Foto: Antara)

Direktur Riset Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat Universitas UIN Syarif Hidayatullah Ismatu Ropi mengatakan, pendidikan berperan vital untuk memutus rantai ujaran kebencian. pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan yang memberi kesempatan seseorang untuk menggali pengalaman sebagai anggota kelompok agama atau etnis lain akan menumbuhkan jiwa pluralisme.

Sayangnya, pelajaran yang diterapkan di setiap tingkat pendidikan di Indonesia bersifat eksklusif. Setiap siswa hanya mempelajari agama yang dianutnya. “Pelajaran seperti itu terlalu normatif. Pendekatan itu justru membuat segregasi,” tuturnya.

Ismatu mendorong pemerintah untuk berperan sebagai mediator dan bukan menjadi bagian dari satu kelompok tertentu. “Negara harus menjadi wasit yang baik dan sehat,” ucapnya.

Kandidat doktor penologi di Universitas Pau and Pays de l’Adour Perancis Gloria Truly Esterlita mengatakan, kejahatan berbasis kebencian (hate crime) selalu berawal dari ujaran kebencian (hate speech).

Ia mencontohkan, genosida di Rwanda dan pembantaian Nazi terhadap masyarakat Yahudi merupakan sejarah kelam yang membuktikan, kebencian kolektif dapat berujung pada pemberangusan kelompok berdasarkan suku, etnis, agama, maupun ideologi politik.

Di dalam negeri konflik Dayak-Madura di Sampit, kerusuhan yang menyasar etnis Tionghoa pada 1998, dan pembantaian terhadap anggota atau tertuduh anggota Partai Komunis Indonesia tahun 1965 sebagai contoh.

Belakangan, kata Gloria, ujaran kebencian kembali menjurus pada kejahatan terhadap kelompok Syiah di Sampang, Madura dan Ahmadiyah di Cikeusik, Bogor.

“Kelompok mayoritas menyebut mereka sesat. Pernyataan itu kemudian bertransformasi, dari hate speech menjadi kejahatan berbasis kebencian,” ujar Gloria saat berbicara di Festival Film Keberagaman, Minggu 13 November 2016 sebagimana diberitakan CNN.

Yang terbaru, ujaran kebencian kembali muncul menjelang Pilkada DKI Jakarta 2017. Pernyataan itu terlontar dari beberapa pedemo yang berunjuk rasa di depan Istana Kepresidenan, Jakarta, 4 November lalu.

Pengunjuk rasa itu, kata Gloria, awalnya mendorong pemerintah mempercepat proses hukum atas dugaan penodaan agama kepada Ahok, namun istilah kafir dan bukan pribumi muncul pada demonstrasi tersebut.

“Pernyataan itu mengacu pada fakta tentang Ahok yang non-muslim dan keturunan Tionghoa. Itu bisa dikategorikan pernyataan bermuatan kebencian yang mendorong kejahatan berbasis kebencian,” tutunya.

Terjadinya hate crime, menurut Gloria, akan menyebabkan trauma berkepanjangan dan ketakutan yang berlebihan bagi para korban. Depresi dan dendam adalah dua perasaan lain yang akan menjangkiti kelompok korban itu.

(CNN-Indonesia/Antara-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: