Kisah Imam Husain as memiliki beberapa perbedaan dengan peristiwa-peristiwa sejarah lainnya, dimana peristiwa sejarah lainnya berhubungan dengan zaman tertentu dan individu tertentu.
Jika tragedi Asyura diceritakan kepada orang yang memiliki fitrah yang sehat maka orang tersebut akan merasa marah, tidak perlu nalar yang tinggi untuk memahami tragedi Asyura, tragedi ini tidak seperti cerita-cerita sejarah rumit lainnya.
Tragedi Asyura bukanlah tragedi yang berunsur kekuasaan dan politik, akan tetapi unsur kebangkitan Asyura adalah unsur fitrah manusia, oleh karena itu Asyura tidak ada hubungannya dengan zaman, atau bisa disebut bahwa Asyura bukanlah tragedi sejarah.
Hujjatul Islam Murtadha Muhammadi menjelaskan bahwa kisah Imam Husain as memiliki beberapa perbedaan dengan peristiwa-peristiwa sejarah lainnya, dimana peristiwa sejarah lainnya berhubungan dengan zaman tertentu dan individu tertentu.
Ahlu Sunnah meyakini bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi di awal Islam seperti perang Jamal, perang Shiffin, Khulafa dan sahabat-sahabat Rasulullah saww, tidak boleh dihukumi. Namun saat sampai pada pembahasan peristiwa Karbala para ulama Ahlu Sunnah menyatakan bahwa Imam Husain as syahid dengan cara pengecut, dimana Imam as menuntut Yazid.
Hujjatul Islam Muhammadi lebih lanjut menuturkan, saat Imam Zaman afs muncul, beliau akan memperkenalkan dirinya kepada masyarakat dunia sebanyak 5 kali, Imam afs berkata “wahai sekalian manusia! Ketahuilah bahwasanya aku adalah putera Husain as yang dibunuh dalam keadaan haus”, Imam Zaman afs setiap memperkenalkan dirinya yang sebanyak 5 kali itu, beliau afs selalu memperkenalkan diri sebagai putera Husain as, dan setiap masing-masingnya Imam Zaman afs selalu menyertakan kisah tentang Imam Husain as.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email