Dari sejak mencalonkan diri dan bahkan setelah berhasil memenangkan pilpres Amerika, Donald Trump selalu berusaha melanggar kesepakatan-kesepakatan yang—sekalipun bersifat artifisial—telah disepakati oleh pemerintahan Barack Obama.
Ia juga berusaha keras untuk melakukan perubahan di jagad dalam dan luar negeri, terutama dalam bidang perang melawan terorisme di Suriah yang telah membuka pintu lebar-lebar bagi setiap analisa dan prediksi yang dimiliki oleh kawan dan lawan.
Setelah melontarkan tuduhan bahwa ISIS adalah buatan Obama yang telah mengacaukan situasi dalam dan luar negeri, Trump mengancam untuk memusnahkan kelompok teroris ini dan menekankan akan membentuk sebuah area aman di utara Suriah. Melihat hal ini, kerakusan Arab Saudi dan Turki pun tergerak. Mereka pun memanfaatkan Staffan de Mistura, utusan khusus PBB untuk Suriah, guna mewujudkan seluruh kepentingan mereka. Tindakan Mistura pun sangat bertentangan dengan kebijakan pemerintah dan keinginan rakyat Suriah.
Dengan lampu hijau dari Amerika, Mistura pun mengusulkan pertemuan jilid 4 di Jenewa guna membatalkan seluruh kesepakatan Astana dan menuduh Surah telah menggunakan senjata kimia pada perang Aleppo. Sebaliknya, ia berusaha menutup-nutupi senjata kimia yang selama ini sering digunakan oleh ISIS.
Mistura pun berusaha keras menampakkan delegasi Suriah sebagai pihak yang menentang usaha solusi politik. Akan tetapi, Iran dan Rusia tidak tinggal diam. Kedua negara ini berhasil menunjukkan konspirasi Mistura sembari menekankan tiga butir solusi kesepakatan Jenewa dan menambahkan butir keempat dengan garis besar “memerangi terorisme”.
(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email