Pesan Rahbar

Home » » Uluran Persahabatan Iran ke Semua Tetangga dalam Kondisi Krisis Dunia Islam; Makna dan Konsekuensi

Uluran Persahabatan Iran ke Semua Tetangga dalam Kondisi Krisis Dunia Islam; Makna dan Konsekuensi

Written By Unknown on Thursday 27 August 2015 | 16:36:00


Oleh: Mehdi Mokhberi

Makna ucapan Pemimpin Besar Revolusi Islam (Rahbar) yang mendasarkan uluran persahabatan ke semua tetangga, meskipun mereka kurang baik, dalam kondisi krisis dunia Islam adalah Iran memiliki tingkat otoritas, dimana sikap-sikap permusuhan tidak menyebabkan aksi pembalasan oleh pihak Iran dan dialog merupakan satu-satunya solusi krisis-krisis dunia Islam.

Rahbar beberapa waktu lalu dalam pertemuan anggota Majma’ Jahani Ahlulbait (As), dalam menjelaskan kebijakan luar negeri Republik Islam Iran mengisyaratkan kecintaan dan hasrat Iran untuk melakukan komunikasi persahabatan dengan semua tetangga, meskipun mereka kurang baik dengan Republik Islam Iran. Beliau berkata, meskipun aksi sedemikian rupa yang dilakukan sebagian negara-negara Islam, Iran tidak akan menolak uluran persahabatannya.

Beliau menyebut kebijakan ini sebagai kebijakan Al-Quran dan diambil dari ayat Asyiddau’ ala al-Kuffâr Ruhamau’ Bainahum dan ini merupakan prosedur permanen Republik Islam Iran.

Perlu diisyaratkan beberapa poin dalam menjabarkan masalah ini dan dampak serta konsekuensi pengambilan kebijakan ini dan prosedur dalam kancah politik luar Negeri.

Urgensi pengambilan prosedur dan penjelasannya oleh Rahbar barang kali dalam kondisi damai dan aman di kawasan adalah hal yang jelas dan wajar, namun masalah ini terlihat pada masa yang lebih penting, dimana kawasan dalam beberapa tahun terakhir telah terhimpit beragam kerusuhan, ketegangan dan konflik serta kelompok teroris takfiri memerangi Suriah dan Irak serta munculnya instabilitas di negara-negara ini dan dari satu sisi, Bahrain dan Yaman juga telah mengalami krisis akibat campur tangan militer Arab Saudi, khususnya Yaman.

Sementara itu, sebagian negara-negara Islam seperti Arab Saudi dalam beberapa waktu ini telah memusuhi Republik Islam Iran, dimana puncaknya sejak dimulai sampai rampungnya periode baru perundingan nuklir Iran dan kelompok 5+1 dalam mewujudkan kelanjutan kebijakan Iranofobia, dimana seolah-olah dalam masa ini rezim Al Saud telah memperkuat komunikasinya dengan rezim Zionis melebihi sebelumnya, dan dengan terang-terangan satu suara dengan Zionis menentang kesepakatan nuklir.

Dalam kondisi semacam inilah, Rahbar berbicara tentang kebijakan mengulurkan persahabatan Republik Islam Iran ke semua tetangga dan negara-negara Islam dan dengan tidak mengecualikan negara Islam manapun, bahkan dengan Arab Saudi atas segala kejahatan-kejahatan akhirnya terhadap Iran; ini berarti bahwa Republik Islam Iran memiliki tingkat otoritas dan pengaruh, dimana sikap permusuhan tidak menyebabkan aksi permusuhan Iran dan Iran karena memiliki kekuatan logika, rasionalitas politik dan pemanfaatan kekuatan lunak yang berasal dari Revolusi Islam, maka tidak membutuhkan pengambilan kebijakan serupa Al Saud.

Sejatinya, Republik Islam Iran dengan menjelaskan kebijakan prosedur ini dalam kondisi seperti ini selain mengingatkan kedudukannya di kawasan dan juga mengetengahkan cara menyelesaikan krisis-krisis dunia Islam.

Namun, terkait pengaruh dan konsekuensi kebijakan ini harus dikatakan bahwa sekarang ini kawasan menghadapi dua pendekatan, prosedur dan dialog; sebuah pendekatan yang berdasarkan pada dialog, logika, dan menggunakan cara politik untuk menyelesaikan krisis kawasan, dimana Republik Islam Iran adalah pemegang panjinya dan lainnya adalah pendekatan keras dan menggunakan metode militer untuk menciptakan istilah stabilitas dan keamanan di kawasan, yang dilakukan oleh Arab Saudi dengan ikut campur militer dan pembunuhan di Yaman serta dukungan kelompok teroris takfiri seperti ISIS di Irak dan Suriah.

Keberhasilan Iran dalam perundingan nuklir dan kelompok 5+1 dari satu sisi dan kegagalan Arab Saudi dalam meraih tujuan-tujuannya melalui militer dan kekuatan, membuktikan dua masalah untuk negara-negara kawasan, yaitu Iran menyalahan klaiman sebagian negara-negara tetangga yaitu sebuah negara yang ahli dialog dan logika, 2- perundingan dan interaksi memiliki anggaran yang lebih rendah dan efesien ketimbang konflik dan perang.

Jika negara-negara kawasan memiliki pandangan yang mendasarkan pada logika dan moderasi dan benar-benar mencari perdamaian dan ketenangan di kawasan, maka dapat dikatakan hasil kontras dua kebijakan dan pendekatan ini sudah pasti adalah terisolirnya pendekataan militerisme dan dukungan dari para teroris, yang dapat menjadi langkah pertama untuk sampai pada perdamaian dan stabilitas di kawasan dan penjelasan ide pembentukan Lembaga Dialog Kawasan, oleh Iran dan penjelasannya untuk negara-negara kawasan lewat sebuah diplomasi aktif kawasan dapat mengisolirkan lebih cepat pendekatan seperti apa yang telah dilakukan Arab Saudi sekarang ini di kawasan.

Karena sekarang ini hasil dan biaya setiap dua prosedur dan pendekatan untuk kesemuanya di kawasan dengan jelas dapat terlihat dan hanya dibutuhkan sebuah tekat dan hasrat, sehingga mereka dapat memilih metode yang lebih memberikan hasil, lebih efesien dan anggaran yang minim.

(IQNA/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: