Hari ini kita berbicara atas nama Islam dan kita menilai risalah Islam sebagai risalah yang terbaik-kami bangga atas keberadaan perempuan-perempuan seperti Anda dan ini disebabkan karena setiap dakwa dan seruan yang mendekati tahap pelaksanaan, nilai hakikinya akan semakin nyata. Kami dalam masalah perempuan dari satu sisi serta masalah ilmu pengetahuan dan spesialisasi di sisi lain dan juga masalah pengabdian kepada umat manusia dari sisi berikutnya, kami memiliki banyak klaim atas nama Islam. Klaim-klaim kami dalam kerangka Islam.
Saya berpendapat bahwa kaum perempuan dalam masyarakat yang sehat bisa dan harus mendapatkan kesempatan sesuai kemampuannya, untuk berbuat dan bersaing dalam kemajuan ilmiah, sosial, pembangunan, dan dalam mengatur dunia ini. Dari sisi ini, tidak ada perbedaan antara kaum laki-laki dan perempuan. Tujuan penciptaan setiap manusia sama dengan tujuan penciptaan seluruh umat manusia; yaitu menggapai kesempunaan kemanusiaan dan memanfaatkan seluruh keutamaan yang dapat dimiliki oleh manusia. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Contohnya yang paling utama adalah Fatimah Az-Zahra as dan pada tahap berikutnya adalah figur-figur perempuan agung lainnya dalam sejarah.
Fatimah Az-Zahra as berada di puncak kemanusiaan dan tidak ada seorang pun yang berada di atasnya dan kita semua menyaksikan bahwa beliau sebagai seorang muslimah, memiliki kesempatan dan kekuatan untuk mencapai puncak [kesempurnaan]. Dengan demikian, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Mungkin dari sisi inilah, di dalam Al-Quran ketika membawakan contoh tentang manusia yang baik dan buruk, Allah SWT menyebutkan contoh keduanya dari dua macam perempuan. Untuk contoh orang yang baik Allah membawakan contoh istri Firaun, dan untuk orang buruk Allah membawakan contoh istri Nabi Luth dan istri Nabi Nuh.
و ضرب الله مثلاً للذین امنوا امرات فرعون
"Allah membawakan perumpamaan orang-orang beriman dengan contoh istri Fir'aun."
Sebaliknya, tentang manusia jahat dan menyimpang serta manusia yang bergerak menuju kesesatan, Allah SWT mencontohkan seperti istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth.
Jawaban Islam Terhadap Pemahaman Distorsif Dalam Sejarah Tentang Kedudukan Kaum Perempuan
Di sini, muncul pertanyaan bukankah ada laki-laki [yang beriman dan yang kafir]? Bukankah Allah bisa membawakan perumpamanan satu contohnya dari laki-laki dan satu lainnya dari perempuan. Tidak, di dalam Al-Quran ketika menyebutkan perumpamaan untuk orang-orang beriman dan perumpamaan untuk orang kafir Allah justeru menyebutkan contoh orang perempuan. Apakah ini tidak berarti bahwa kita harus memandang perempuan dengan kacamata Islam yang positif dan menjawab menjawab pemahaman distorsif dan berkelanjutan di sepanjang sejarah tentang kaum perempuan? Kita harus meluruskan persepsi dan cara pandang keliru terhadap kaum perempuan yang terjadi sepanjang sejarah.
Saya terkejut sekali -kecuali pada beberapa hal yang dikecualikan- mengapa harus seperti ini yang terjadi? Mengapa orang selalu berpikir menyimpang tentang masalah perempuan dan laki-laki dan selalu ingin mempertahankan penyimpangan ini? Jika Anda perhatikan -selain ajaran para nabi-, pada setiap persepsi, analisa, dan pemikiran manusia, perempuan dan laki-laki ditempatkan pada kedudukan yang keliru begitu pula dengan penisbatan terhadap keduanya. Bahkan di banyak peradaban besar zaman dahulu -seperti pada peradaban Romawi dan atau Iran- pandangan tentang perempuan sangat keliru. Saya tidak ingin memaparkannya secara rinci di sini dan pasti Anda telah mengetahuinya, atau Anda dapat menelaah kembali masalah ini.
Kondisi dunia saat ini pun masih seperti itu. Dewasa ini, di balik propaganda, polemik, dan slogan yang mengaku mendukung kaum perempuan dan klaim untuk menempatkan perempuan di posisi sebenarnya sebagai manusia, masih terdapat persepsi keliru terhadap kaum perempuan. Mengingat bahwa dibanding bangsa-bangsa Muslim dan bangsa-bangsa non Eropa, bangsa Eropa lebih terlambat untuk terjun ke medan ini, maka mereka pun lambat menyadari kesalahan ini.
Anda tentu tahu bahwa hingga dekade kedua pada 20, di Eropa tak satu perempuan pun yang memiliki kedudukan atau bahkan hak berpendapat. Bahkan di negara yang demokratis sekali pun, kaum perempuan tidak berhak membelanjakan harta mereka. Sejak dekade kedua -yakni sejak tahun 1916 atau 1918 dan seterusnya- lambat laun di negara Eropa ditetapkan bahwa kaum perempuan berhak untuk mengatur dan menggunakan harta mereka, dan hak sosial mereka disetarakan dengan kaum laki-laki. Oleh sebab itu, Eropa sangat terlambat bangun dari tidurnya dan sangat terlambat memahami masalah ini. Dan tampaknya mereka berusaha mengejar ketertinggalan ini dengan gencar menggalakkan propaganda bohong.
Tentunya dalam sejarah Eropa, ada juga perempuan yang menjadi ratu. Tetapi masalah adanya perempuan bangsawan, statusnya dalam sebuah suku atyu keluarga, harus dipisahkan dari masalah isu perempuan. Diskriminasi ini selalu ada. Ada pula wanita yang memiliki kedudukan tinggi seperti menjadi ratu, dan keunggulan ini didapatkan berkat ikatan keluarga dan warisan yang sampai ke tangan mereka. Namun secara keseluruhan ‘perempuan' masa itu tidak [mendapat kedudukan]. Berbeda dengan pandangan agama-agama Ilahi -khususnya agama Islam yang masih otentik-. Wanita di zaman dahulu tidak memiliki hak apapun dalam masyarakat.
Anda lihat bahwa saat ini dunia peradaban barat ingin mengejar ketertinggalan mereka yang sangat memalukan tentang masalah perempuan itu dengan menggunakan cara yang berbeda. Menurut pendapat saya, mereka mewarnai persepsi insani perempuan dengan masalah-masalah propaganda, politik, dan ekonomi. Seperti yang sejak awal terjadi di Eropa dan sejak saat kaum perempuan diberikan hak, biasanya berasaskan pada pondasi yang keliru ini.
Ketika saya melihat pemikiran dunia dan perspektif Islam, saya dengan jelas menyadari bahwa umat manusia hanya akan mampu menilai masalah perempuan dan hubungan antara laki-laki dan perempuan secara benar dan sempurna, ketika perspektif Islam dipaparkan seutuhnya, tidak kurang dan tidak lebih. Inilai klaim kami tentang masalah perempuan di dunia. Kami sama sekali tidak menerima apa yang pernah terjadi pada peradaban materi dunia terhadap kaum perempuan dan menurut kami semua itu tidak menguntungkan dan tidak berpihak kepada kaum perempuan.
Islam menginginkan pertumbuhan pemikiran, keilmuan, kemajuan sosial politik, dan -yang paling penting- keutamaan spiritualitas perempuan hingga ke titiknya yang tertinggi, serta agar eksistensi mereka dalam masyarakat dan keluarga -sebagai sebuah anggota- memberikan manfaat dan kontribusi tertinggi. Seluruh ajaran Islam termasuk soal jilbab berasaskan pada masalah ini. Masalah jilbab, bukan berarti mengucilkan perempuan. Jika ada pihak yang berpendapat demikian tentang jilbab, maka pandangannya sangat keliru dan menyimpang. Masalah jilbab berarti mencegah terjadinya pembauran dan hubungan tanpa batas antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Pembauran seperti ini akan sangat merugikan masyarakat serta kaum lelaki dan perempuan -dan pihak yang lebih dirugikan adalah kaum hawa.
Jilbab sama sekali tidak mengganggu dan menghalangi aktivitas politik, sosial, dan ilmiah kaum perempuan, dan buktinya nyatanya adalah Anda semua. Mungkin sejumlah pihak heran dan saat ini pun mereka masih heran bahwa ternyata ada perempuan yang memiliki derajat keilmuan yang tinggi di berbagai bidang namun di saat yang sama menyesuaikan diri mereka dengan ajaran agama Islam termasuk masalah jilbab. Bagi sebagian orang, hal ini sangat menakjubkan dan mereka tidak dapat membayangkannya. Kita lewati saja sikap sebagian orang yang pada masa pemerintahan rezim despotik dahulu memperolok jilbab. Pada masa itu, hanya segelintir perempuan dan remaja putri saja yang memakai jilbab di universitas-universitas dan mereka dijadikan bahan olok-olok dan tertawaan.
Perempuan, Pejuang Garis Terdepan Revolusi
Revolusi kita telah menghapus anggapan dan pemikiran batil ini dan kita menyaksikan bahwa kaum perempuan, merupakan para pejuang garis terdepan revolusi. Ini adalah fakta yang sesungguhnya dan saya tidak berlebihan mengatakan hal ini. Pada masa revolusi kita saksikan kaum perempuan di negara kita ini menjadi pejuang garis terdepan revolusi. Jika kaum perempuan tidak mendukung revolusi, tidak bersedia mengikuti gerakan revolusi ini dan tidak meyakininya, pasti revolusi ini tidak akan pernah terwujud. Saya meyakini hal ini. Petama, jika tidak ada mereka, itu artinya separuh dari kelompok revolusioner absen dari medan. Kedua, secara tidak langsung kaum perempuan -yang memiliki pengaruh besar dalam lingkungan keluarga- akan ikut mempengaruhi anak-anak, suami, saudara, dan lingkungan keluarga mereka. Partisipasi merekalah yang mampu mematahkan tulang pungggung musuh dan yang menggulirkan perjuangan dengan makna yang sesungguhnya.
Di kancah politik, kita juga menyaksikan figur perempuan yang memiliki kemampuan tinggi dalam menganalisa dan berorasi serta siap untuk memikul tanggung jawab dalam negara. Proses ini terus berjalan dan berkembang dan harus terus dilanjutkan. Anda juga merupakan bukti nyata di bidang ilmiah dan masih ada orang-orang seperti Anda di berbagai bidang.
... dalam masyarakat kita, pendidikan berbagai disiplin ilmu yang sangat urgen untuk membangun masyarakat, adalah wajib untuk semua. Mereka yang mampu, maka pada hakikatnya hari ini adalah hari dimana belajar merupakan sebuah kewajiban syar'i, selain itu juga sebagai kewajiban sosial. Belajar dan menuntut ilmu bukan hanya sebuah keutamaan agar seseorang dapat mencapai satu kedudukan dan memiliki pekerjaan yang memberikan banyak penghasilan; masalahnya adalah bahwa setiap orang yang mampu belajar untuk, mereka wajib belajar dan memiliki spesialisasi. Menuntut ilmu dan spesialisasi di bidang kedokteran -seperti hanya jurusan lainnya- diwajibkan untuk laki-laki, namun lebih diwajibkan untuk kaum perempuan, karena lahan kerja untuk perempuan lebih sedikit. Dibandingkan dengan jumlah perempuan dalam masyarakat, kita memiliki sedikit dokter perempuan. Oleh sebab itu dalam pandangan Islam, masalah ini adalah sebuah fenomena yang telah terselesaikan dan masyarakat kita harus terus maju.
Sampaikan Pesan Kalian Kepada Dunia Secara Praktis dan Tercatat
Saya ingin kalian, para wanita, memiliki pesan untuk dunia. Sampaikanlah pesan ini kepada dunia dengan terperinci dan tercatat. Pesan tidak hanya secara verbal, lisan, dan tertulis saja, tetapi yang lebih khusus adalah pesan praktis. Perempuan Iran, khususnya mereka yang dapat beraktivitas di berbagai bidang ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Islam dan hukumnya yang terpenting adalah masalah jilbab, mereka harus memahamkan perempuan, remaja putri, dan mahasiswi di dunia bahwa ilmu tidak berarti pergaulan bebas tanpa batas. Menuntut ilmu juga bukan berarti melepaskan keterikatan akan nilai-nilai etika dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Akan tetapi belajar juga dapat dilakukan dengan tetap menjaga nilai-nilai tersebut dan menggapai kedudukan yang tinggi, dan wujud kalian dapat menjadi contoh nyata dari pesan global Islam ini.
Ya, saya juga mengakui jika kalian katakan bahwa hari ini dunia haus dan menanti apa yang ditawarkan oleh agama. Di antara agama di dunia, agama yang mengklaim mampu membangun masyarakat dari segala sisi, adalah Islam. Kristen dewasa ini dan seluruh agama lain pada dasarnya tidak memiliki seruan tersebut, namun Islam mengaku memiliki pilar-pilar untuk membangun sebuah struktur masyarakat dan dapat menegakkan pilar-pilar tersebut, dan di atasnya Islam akan membangun sebuah tatanan sosial dan masyarakat yang sehat dan maju. Di setiap bidang, termasuk dalam masalah belajar dan yang berkaitan dengannya, masalah perempuan dan ilmu pengetahuan, kita harus menunjukkan bahwa probabilitas tersebut benar-benar dimiliki Islam.
Ringkasan pidato Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran dalam pertemuan dengan para dokter perempuan dari seluruh Iran 16 Januari 1990
Karakter Fatimah Az-Zahra as, Karakter Sempurna dan Agung
Karakter Fatimah Az-Zahra as, dari sudut pandang politik, sosial, dan perjuangan, merupakan sosok yang sempurna dan agung; sehingga seluruh pejuang perempuan revolusioner, terkemuka, dan politik di dunia, dapat mengambil pelajaran dari kehidupan beliu yang singkat namun penuh makna. Seorang perempuan yang lahir di rumah revolusi dan seluruh masa kenak-kanaknya dihabiskan di pangkuan ayahnya yang tengah melakukan perjuangan besar dunia yang tidak akan pernah terlupakan.
[Fatimah Azzahra as] adalah seorang perempuan yang pada masa kecilnya telah merasakan sulitnya perjuangan di Mekkah. Beliau merasakan masa-masa sulit pemboikotan di syi'b Abu Thalib, merasakan kelaparan, kesulitan, ketakutan, dan berbagai macam kesulitan pada masa perjuangan di Mekkah sampai kemudian hijrah ke Madinah. Di kota itu beliau menjadi istri seorang laki-laki yang menghabiskam seluruh hidupnya untuk berjihad di jalan Allah SWT. Selama 11 tahun rumah tangga Sayyidah Fatimah Az-Zahra as dan Amirul Mukminin as berdiri. Tidak ada satu tahun pun bahkan tidak setengah tahun pun yang dilewatkan oleh keduanya tanpa kepergian sang suami ke medan jihad di jalan Allah SWT. Perempuan agung dan penuh pengorbanan ini, merupakan istri yang cocok untuk seorang lelaki pejuang, prajurit dan perwira tetap di setiap medan pertempuran.
Kehidupan Fatimah Az-Zahra as, meski berlangsung singkat dan tidak lebih dari 20 tahun, namun dari sisi jihad, perjuangan, upaya, kerja keras, dan kesabaran revolusioner, pendidikan, pembelajaran kepada banyak orang, pidato, serta pembelaannya terhadap kenabian, imamah, dan pemerintahan Islam, kehidupan Fatimah bagaikan lautan luas dari kerja keras dan perjuangan sampai akhirnya ditutup dengan kesyahidan. Inilah kehidupan perjuangan Fatimah Az-Zahra as yang sangat agung dan luar biasa serta benar-benar tiada duanya dan dipastikan merupakan satu hal yang sangat cemerlang dan luar biasa dalam benak manusia, baik hari ini maupun untuk masa mendatang.
Kedudukan spiritual Fatimah Az-Zahra as lebih tinggi dari kedudukan perjuangan, revolusi, dan sosialnya. Fatimah Az-Zahra as dalam wujud seorang manusia dan seorang perempuan, dan itupun seorang perempuan muda; namun sebenarnya dia adalah sebuah hakikat besar, sebuah cahaya Ilahi yang terang, seorang hamba yang saleh, dan seorang manusia sempurna dan terpilih. Seseorang yang Rasulullah SAW kepada amirul mukminin Ali bin Abi Thalib as bersabda:
یا علی ... انت قائد المؤمنین الی الجنه ... و فاطمه قد اقبلت یوم القیامه ... تقود مؤمنات امتی الی الجنه
(Wahai Ali...Engkau akan memandu kaum mukmin menuju surga...Fatimah akan datang di hari kiamat....Dia memandu kaum mukminat dari umatku ke surga)
Yaitu pada hari kiamat, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as akan menunjukkan kepada para laki-laki mukmin jalan menuju surga dan Fatimah Az-Zahra as menunjukkan jalan menuju kepada para wanita mukmin. Ia adalah orang yang sederajat, pendamping, dan kawan seperjuangan Imam Ali as. Seseorang yang ketika beribadah di mihrab, ribuan malaikat yang terdekat dengan Allah SWT mengucapkan salam dan selamat kepadanya, mereka semua mengemukakan kalimat seperti yang sebelumnya pernah diucapkan oleh para malaikat kepada Maryam:
یا فاطمه ان الله اصطفاک و طهرک و اصطفاک علی نساء العالمین
Wahai Fatimah! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu dan memilihmu di atas seluruh perempuan dunia
Inilah derajat spiritualitas Fatimah Az-Zahra as.
Perempuan yang pada usia muda yang dari sisi spiritualitas telah sampai ke satu tempat yang berdasarkan sejumlah riwayat, para malaikat berbicara dengannya dan memperlihatkan berbagai kenyataan kepadanya. [Fatimah bergelar] Muhaddatsah: yakni seseorang yang diajak bicara oleh para malaikat. Derajat spiritualitas, medan luas, dan puncak yang tinggi ini berada di hadapan seluruh perempuan di dunia. Fatimah Az-Zahra as berdiri di puncak tersebut dan dan kepada kaum perempuan dunia beliau menyeru mereka untuk menempuh jalan ini.
Fatimah Az-Zahra as, Contoh dan Teladan Perempuan
Mereka yang sepanjang sejarah -baik pada era jahiliyah masa lalu maupun era jahiliyah abad 20- terus menghina dan meremehkan perempuan dan yang menganggap perempuan sebagai kaum yang hanya cenderung kepada kemewahan dan perhiasan lahiriyah, yang bergantung pada mode, baju, make-up, emas, dan perhiasan, serta menjadikannya sebagai obyek untuk bersenang-senang dan mereka hanya berpikir ke arah itu, logika mereka adalah logika seperti salju dan es, yang akan meleleh dan sirna di bahwa panasnya terik mentari spiritualitas Fatimah Az-Zahra as.
Islam, menjadikan Fatimah -unsur agung dan sempurna itu- sebagai contoh dan teladan kaum perempuan. Itu merupakan kehidupan lahiriyah, jihad, perjuangan, ilmu pengetahuan, orasi, pengorbanan, tugas sebagai istri, ibu, hijrah, dan partisipasi dalam setiap kancah politik, militer, dan revolusi, serta keagungannya dari berbagai sisinya yang membuat para lelaki besar pun tunduk di hadapannya. Derajat spiritual, ruku', sujud, mihrab ibadah, doa, sahifah, tadharru, dzat malakut, kecemerlangan unsur spiritual, kesetaraan dan perjuangannya bersama dengan Amirul Mukminin dan Rasulullah as. Perempuan [ideal] harus seperti ini. Inilah teladan perempuan yang ingin dibangun oleh Islam.
Kita semua, khususnya kaum perempuan dalam masyarakat ini, harus mendukung kebenaran dan memahami arti misi dan ajaran sang pemimpin besar Islam -yakni Imam Khomeini ra- bahwa dengan kebangkitan dan gerakannya dan dengan memaparkan nilai-nilai keagungan Islam dan mengenalkan kecemerlangan tokoh-tokoh awal Islam -termasuk Fatimah Az-Zahra as- beliau telah menyadarkan kita dan khususnya kaum perempuan.
Perempuan dalam masyarakat yang menyerah di hadapan rezim anarkhi yang jahat, dari segala sisi mereka benar-benar tertindas. Jika perempuan [dalam masyarakat seperti itu] ingin memasuki kancah ilmu pengetahuan, mereka harus menanggalkan ikatan mereka dengan agama, ketakwaan, dan kesucian.
Memangnya saat itu seorang muslimah di universitas dan di lingkungan pendidikan serta pusat ilmiah dan budaya dapat dengan leluasa menjaga jilbab dan kehormatan mereka? Memangnya hal ini mungkin di zaman itu? Apakah mudah di zaman itu perempuan menjaga kewibawaan dan kehormatan atau leluasa memakai jilbab walaupun setengah-setengah sambil berlalu di jalan-jalan kota Tehran dan di kota-kota lainnya tanpa ada gangguan? Di negara ini mereka melakukan sedemikian rupa sehingga belajar bagi kaum perempuan biasanya tidak memungkinkan. Secara ghalib, masuknya kaum perempuan dalam lingkungan ilmu sangat tidak mungkin kecuali dengan melepaskan jilbab dan meninggalkan ketakwaan dan kehormatan Islami!
Di kancah politik dan dalam aktivitas sosial juga demikian. Jika seorang perempuan ingin menggapai satu kedudukan dari berbagai kedudukan sosial dan politik di Iran pada era pemerintahan Shah, maka ia harus melepaskan jilbab, menanggalkan kehormatan, kewibawaan, dan kemuliaannya sebagai seorang muslimah. Meski demikian ini tetap bergantung pada kepribadian dan kemampuan perempuan itu sendiri. Jika jiwanya sangat lemah maka ia akan tergelincir ke dalamnya. Namun jika menghindar dan bertahan, maka ia lebih dapat menjaga dirinya, tetapi mereka tetap berada di bawah tekanan yang terus meningkat dari lingkungan sosial. Masyarakat kita dulu seperti ini.
Islam, revolusi, dan Imam [Khomeini] hadir di negeri ini yang menempatkan perempuan pada sentra-sentra aktivitas politik dan menyerahkan panji revolusi kepada kaum perempuan; sementara pada saat yang sama perempuan tetap dapat menjaga jilbab, kewibawaan, kehormatan Islami, kesucian, agama dan ketakwaannya. Apadakah orang yang punya jasa lebih besar kepada wanita Iran yang Muslim dari ini?
Saudari-saudariku! Dunia Barat telah menjerumuskan perempuan ke dalam dekadensi moral. Sebelum 60 atau 70 tahun lalu, di seluruh negara Eropa dan Barat, perempuan hanya dalam kekuasaan laki-laki -baik suaminya atau lelaki lain seperti pemilik pabrik dan perkebunan- dan tidak memiliki hak sebagai manusia dalam masyarakat yang beradab. Tidak berhak menentukan, memiliki, dan bertransaksi. Kemudian mereka menempatkan perempuan ke lapangan kerja, ke tengah kehidupan, dan aktivitas sosial, namun pada saat yang sama mereka juga menyediakan berbagai sarana untuk ketergelinciran perempuan. Mereka membiarkan perempuan terlantar di pinggiran masyarakat dan tanpa perlindungan.
Kaum kapitalis besar, politisi yang bengis dan jahat, para kartel organisasi-oraganisasi rahasia, beranggapan bahwa mereka dapat dengan baik memanfaatkan kondisi ini dengan menjerumuskan kaum perempuan ke jurang amoralitas untuk tujuan politis dan ekonomis mereka. Ya, memang di sana ada kemajuan ilmu pengetahuan dan politik serta banyak perempuan yang maju di bidang sains dan politik; namun dengan harga apa? Saat ini saja kaum perempuan pada umumnya -bukan segelintir perempuan yang berhasil menjadi doktor, spesialis, penulis, tokoh, maupun figur- di tengah peradaban Eropa dan Amerika Serikat, mereka umumnya hidup dalam kondisi sulit dan memprihatinkan mereka dihimpit kekejaman para suami dan lingkungan kerja, mereka harus bersabar melakukan pekerjaan berat. Dengan cara ini, mereka ingin menampilkan bahwa mereka telah melibatkan perempuan dalam masyarakat; padahal para perempuan itu tidak diberi kesempatan untuk merenung, berpikir, dan menentukan sikap.
Berkat Revolusi Islam, kaum perempuan Iran telah berada di jalan yang baik. Hari ini, perempuan Iran dapat terlibat di kancah ilmu pengetahuan dan menempuh tahapan ilmiah; sementara agama, kesucian, ketakwaan, kewibawaan dan kehormatan sebagai muslimah tetap terjaga. Perempuan mukmin dalam masyarakat kita harus berusaha untuk menghargai muslimah Iran. Anda harus menghargai nilai wanita muslimah dan Islami...
Penggalan dari pidato Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam pertemuan dengan kaum wanita yang datang dari berbagai kota seperti Tehran, Tabriz, Isfahan, Kerman, Qom, Qazwein, Yazd, Kerman, Provinsi Chahar Mahal Bakhtiari dan Provinsi Mazandaran pada tanggal 16 Januari 1990.
Pujian, Kerendahan, dan Ketundukan di Hadapan Kedudukan Agung Fatimah Az-Zahra as
Kedudukan Fatimah Az-Zahra as menjadi bahan kajian dan pujian orang-orang besar yang merenung pada titik paling inti dalam pemikiran mereka. Lidah-lidah terfasih dan para orator paling ulung, para penyair serta para pelantun, semua mengungkapkan pemikiran tersebut dalam barisan-kata penuh perasaan dan emosi yang mengalir secara deras lewat lisan para penyair dalam bahasa yang paling indah. Lewat itulah, akal rata-rata manusia dewasa ini dan juga kita yang jauh dari maarif ilahi yang akal dan jiwa kita tidak mampu untuk memahami hakikat yang tinggi dan agung, dapat memahami secuil dari kemuliaan, pujian, dan kebesaran manusia yang agung ini.
Ketika orang merujuk kepada hadis-hadis yang berkaitan dengan Fatimah Az-Zahra (as) yang diriwayatkan oleh para imam (as), maka ia akan menyaksikan bahasa para maksumin (as) akan sosok mulia ini. Bahasa mereka sedemikian memuji, merendah, dan menghormat. Bagi mereka yang tidak memahami kedudukan tinggi Fatimah Az-Zahra as, ungkapan-ungkapan itu sangat mengherankan. Mulai dari Rasulullah SAW yang merupakan ayah dan pembimbing sosok mulia ini, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib (as), yang merupakan suami beliau, dan putra-putra beliau -para imam as- masing-masing mereka menyampaikan ungkapan-ungkapan demikian tentang Fatimah Az-Zahra as dengan menggunakan bahasa penghormatan dan pujian. Ini menunjukkan bahwa kedudukan tinggi beliau yang tidak bisa diungkap dengan penyifatan biasa serta kedudukan spiritual dan malakuti ibu dari para Imam yang pada hakikatnya tidak akan dapat dicerna oleh akal kita yang terbatas ini. Kita hanya mengenal sekilas tentang kepribadian agung ini sejauh pemahaman kita yang dangkal.
Ringkasan pidato Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran pada pertemuan dengan para penyair dan pelantun pujian kepada Ahlul Bait as pada hari kelahiran Sayyidah Fatimah Az-Zahra as. 18 Januari 1990
Fatimah Az-Zahra as, Misteri Tak Terungkap oleh Akal dan Pengetahuan Manusia
Poin pertama mengenai Fatimah Az-Zahra as adalah untuk manusia kerdil seperti saya, sangat sulit jika ingin berbicara mengenai kemuliaan beliau -meski hanya sekilas-. Kita hanya bisa mereka-reka sebuah bayangan dan gambaran di otak. Tentunya tidak bisa dibandingkan antara bayangan otak ita dengan kenyataan dan hakikat yang sangat agung ini. Sungguh putri Rasulullah SAW, merupakan sebuah misteri yang tidak bida diurai oleh akal dan pengetahuan manusia. Coba kita posisikan seluruh umat manusia di satu sisi dan para auliya Allah SWT di sisi lain. Meski jumlah auliya lebih sedikit, namun bobot mereka lebih berat dari bobot seluruh umat manusia. Jika kita menilai parameter kualitas dan kemuliaan adalah makrifat dan pengetahuan terhadap hakikat alam semesta dan kedekatan kepada Allah SWT -yang merupakan sumber dari seluruh wujud- maka bobot satu auliya Allah SWT saja tanpa auliya lainnya akan lebih besar dan lebih berat dibanding bobot seluruh wujud minus auliya.
Ketika kita menyaksikan barisan para auliya dan para hamba Allah SWT yang saleh, terdapat puncak-puncak keagungan yang tidak bisa dibandingkan dengan seluruh figur besar lainnya di dunia. Perbedaannya sangat jauh. Puncak-puncak tersebut adalah mereka yang pada sejarah kenabian akan nampak dari manapun kalian memandangnya. Seperti para nabi ulul azmi dan para figur seperti mereka. Namun dalam kumpulan keagungan dan kemuliaan ini dan di antara manusia-manusia besar ini ada beberapa figur yang sangat agung. Bagi kita menyebut mereka hanyalah permainan lidah saja. Orang-orang seperti saya, yang hati, ruh, dan jiwa mereka lebih kecil dan rendah untuk memahami spiritualitas ini. Yang ada di benak orang-orang seperti saya hanyalah bayangan yang kemudian diungkapkan melalui lisan. Salah satu figur yang sangat agung itu adalah Fatimah Az-Zahra as. Beliau hanya dapat dibandingkan dengan Rasulullah SAW atau Imam Ali as.
Fatimah Az-Zahra as adalah Pelita Petunjuk Bagi Kita Dalam Beramal
Pada kedudukan wujud yang lebih rendah, ketika keagungan malakut terjelma dalam kenyataan alam materi dan alam malakut, wujud dalam bentuk manusia ini membawa sisi spiritualitas dan ruhuni, maka di saat itu, setiap gerakan dan isyarat serta ucapan dari mulut mereka, merupakan petunjuk cahaya bagi kita yang jauh tertinggal. Tidak cukup bagi kita hanya mengetahui bahwa Fatimah Az-Zahra as berada di puncak mana dan seperti apa keagungan wujudnya di dunia ini dan di dunia maknawi nanti. Meski demikian mengetahuinya saja bagi kita merupakan makrifat dan jika makrifat tersebut didapat oleh seseorang -yang tidak akan didapatkan kecuali dengan amal- maka akan sangat berharga baginya.
Makrifat yang murni dan terang yang menjelaskan spiritualitas tersebut tidak dimiliki oleh semua orang. Para auliya Allah SWT lah yang dapat memahami beberapa bagian dari makrifat tersebut dan menyaksikannya. Kadar yang dapat kita cerna dan pahami harus menjadi petunjuk gerakan dan amal kita. Kaum Syiah tidak boleh melupakan poin ini. Meski demikian semua umat Islam juga memiliki andil; hanya saja mungkin makrifat seperti ini di selain Syiah lebih sedikit; bukannya tidak ada. Bahkan sebagian orang yang bukan Syiah memiliki makrifat yang lebih jauh terhadap Ahlul Bait; namun pada tingkat ini biasanya dan kebanyakan dimiliki oleh orang Syiah.
Setiap kata dan isyarat dalam kehidupan sosok agung ini harus menjadi petunjuk bagi kita. Kita tidak boleh merasa cukup dengan cinta jarak jauh dan dengan mencintai saja. Kita harus menerapkan cinta ini dalam kehidupan. Jika tidak ada cinta, hubungan praktik ini tidak akan pernah terealisasi. Di bawah naungan cinta hubungan dan keterikatan praktis ini dapat diwujudkan. Namun tanpa hubungan dan keterikatan praktis ini, maka inti cinta itu akan dipertanyakan.
قل ان کنتم تحبونالله فاتبعونی یحببکمالله
Kecintaan harus diikuti dengan ketaatan dan mengikuti jejak yang dicintai.
Penggalan pidato Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam pertemuan dengan para penyair dan pelantun bait pujian untuk Ahlul Bait as, pada peringatan hari kelahiran Sy. Fatimah Az-Zahra as 7 Januari 1991.
(Astan-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email