Pesan Rahbar

Home » » Shalat Nabi Saw; Qunut Dalam Shalat

Shalat Nabi Saw; Qunut Dalam Shalat

Written By Unknown on Wednesday, 19 July 2017 | 06:20:00


حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَ الصَّلاَةِ الْوُسْطَى وَ قُومُوا ِللهِ قَانِتِيْنَ

Jagalah oleh kamu semua shalat dan shalat wusthâ (shalat zhuhur) dan berdirilah kamu karena Allah dengan ber-qunût.

Dengan ber-qunût itu maknanya dengan taat serta berdoa.

Membaca qunût itu sangat ditekankan pada shalat-shalat yang dikeraskan khususnya dalam shalat shubuh, watir/witir dan shalat Jumat. Qunût dilaksanakan pada raka‘at kedua sebelum ruku‘ dan pada shalat witir.

Dalam shalat ‘îd, sembilan kali qunût -nya; lima kali pada raka‘at pertama dan empat kali pada raka‘at kedua. Lihat shalat ‘îd pada bab yang akan datang.

Dalam shalat ayat, membaca qunût -nya lima kali; sebelum ruku‘ kedua, ruku‘ keempat, ruku‘ keenam, ruku‘ kedelapan dan sebelum ruku‘ yang kesepuluh. Lihat shalat ayat pada bab yang akan datang.

Dan dalam shalat Jumat qunût -nya dua kali; sebelum ruku‘ pada raka‘at pertama, dan setelah ruku‘ pada raka‘at kedua. Lihat bab shalat Jumat pada bab yang akan datang.


Qunût Lebih Panjang Lebih Baik 

Shalat yang utama adalah shalat yang qunût -nya panjang dan lama, tapi jangan dilakukan ketika kita sebagai imam shalat. Dan qunût itu ada kaitannya dengan rehat pada hari kiamat yang sangat dahsyat.

عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ص أَطْوَلُكُمْ قُنُوتاً فِي دَارِ الدُّنْيَا أَطْوَلُكُمْ رَاحَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي الْمَوْقِفِ

Dari Abû Dazrr berkata: Rasûlullâh saw berkata, “Orang yang paling panjang qunût-nya di antara kalian di negeri dunia adalah orang yang paling lama rehatnya pada hari kiamat di mauqif (tempat pengadilan akhirat).”

Dalam sebagian riwayat dikatakan bahwa memanjangkan qunût lebih utama dari memanjangkan bacaan Al-Quran dalam shalat.

Dalam riwayat umum dari Jâbir berkata: Rasûlullâh saw berkata, “Shalat yang paling utama adalah (shalat yang) panjang qunûtnya.”

Sunnah mengucapkan takbîr sebelum qunût dengan mengangkat kedua tangan pada waktu mengucapkannya, lalu meletakkannya di hadapan wajah dengan menjadikan kedua telapak tangan ke arah langit dan kedua punggungnya ke arah bumi, dengan merapatkan jari-jemarinya selain kedua ibu jari, dan pandangan mata ditujukan kepada kedua telapak tangan. Setelah menyampaikan doa qunût , kedua telapak tangan diturunkan dan tidak diusapkan ke atas wajah.


Qunût itu Dianjurkan Dikeraskan 

Doa qunût itu seluruhnya dikeraskan sebagaimana diriwayatkan dalam hadîts berikut:

عَنْ زُرَارَةَ قَالَ قَالَ أَبُو جَعْفَرٍ ع الْقُنُوتُ كُلُّهُ جِهَارٌ

Dari Zurârah berkata: Abû Ja‘far as berkata, “Qunût itu seluruhnya dikeraskan.”


عَنْ عَلِيِّ بْنِ جَعْفَرٍ عَنْ أَخِيهِ مُوسَى بْنِ جَعْفَرٍ ع قَالَ سَأَلْتُهُ عَنِ الرَّجُلِ لَهُ أَنْ يَجْهَرَ بِالتَّشَهُّدِ وَ الْقَوْلِ فِي الرُّكُوعِ وَ السُّجُودِ وَ الْقُنُوتِ فَقَالَ إِنْ شَاءَ جَهَرَ وَ إِنْ شَاءَ لَمْ يَجْهَرْ

Dari 'Ali bin Ja'far dari saudaranya Mûsâ bin Ja'far as dia berkata: Saya bertanya kepadanya tentang orang apakah dia boleh mengeraskan tasyahhud, bacaan dalam ruku' dan sujud dan qunût? Beliau berkata, "Jika dia mau dia keraskan, dan bila dia mau dia tidak mengeraskan."


Qunût sebelum Ruku‘ pada Raka‘at Kedua

Doa qunût disampaikan dalam semua shalat (selain shalat Jumat, shalat hari raya dan shalat ayat) pada raka'at kedua sebelum ruku' baik versi Ahlulbait as maupun versi umum.

عَنْ زُرَارَةَ عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ عَلَيْهِ السَّلاَمُ قَالَ الْقُنُوتُ فِي كُلِّ صَلَاةٍ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ قَبْلَ الرُّكُوعِ

Dari Zurârah dari Abû Ja'far as berkata, "Qunût itu dalam setiap shalat pada raka'at kedua sebelum ruku'."

عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ عَمَّارٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ قَالَ مَا أَعْرِفُ قُنُوتاً إِلَّا قَبْلَ الرُّكُوعِ

Dari Mu'âwiyah bin 'Ammâr dari Abû 'Abdillâh as berkata, "Aku tidak mengenal qunût selain sebelum ruku'."

Demikian pula dalam versi umum, qunût itu dilaksanakannya pada raka‘at kedua sebelum ruku‘ sebagaimana yang dikatakan Anas (sahabat Nabi saw) kepada ‘Âshim bahwa qunût itu disampaikan sebelum ruku‘.

‘Abdurrahmân telah mendengar Abû Hurairah berkata, "Sungguh akan kudekatkan kepada kalian shalatnya Rasûlullâh saw." Maka Abû Hurairah ber-qunût pada (shalat) zhuhur, ‘isya yang terakhir dan shubuh, dia berdoa untuk orang-orang yang beriman dan dia melaknat orang-orang yang kâfir.
Berdasarkan riwayat tersebut, kalau shalat kita ingin seperti shalat Rasûlullâh saw, antara lain kita sampaikan doa qunût di dalam shalat tersebut.


Qunût dalam Shalat Farîdhah dan Nâfilah

Sabda Nabi saw mengenai doa qunût yang diriwayatkan Ahlulbaitnya cukup jelas dan tegas sebagaimana pada dalil-dalil berikut ini:

عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ ع أَنَّهُ قَالَ الْقُنُوتُ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ فِي التَّطَوُّعِ وَ الْفَرِيضَةِ

Dari Muhammad bin Muslim dari Abû Ja‘far as berkata, "Membaca qunût itu pada setiap dua raka‘at (pada raka‘at kedua sebelum ruku‘) pada shalat tathawwu‘ (shalat sunnah) dan farîdhah (shalat wajib)."


عَنِ الْحَارِثِ بْنِ الْمُغِيرَةِ قَالَ قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ ع اقْنُتْ فِي كُلِّ رَكْعَتَيْنِ فَرِيضَةٍ أَوْ نَافِلَةٍ قَبْلَ الرُّكُوعِ

Dari Al-Hârits bin Al-Mughîrah berkata: Abû ‘Abdillâh as telah berkata, "Qunût-lah kamu pada setiap dua raka‘at pada shalat farîdhah dan shalat nâfilah sebelum ruku‘."


عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْحَجَّاجِ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ع قَالَ سَأَلْتُهُ عَنِ الْقُنُوتِ فَقَالَ فِي كُلِّ صَلَاةٍ فَرِيضَةٍ وَ نَافِلَةٍ

Dari ‘Abdurrahmân bin Al-Hajjâj dari Abû ‘Abdillâh as dia berkata: Saya bertanya kepada beliau tentang qunût, lalu beliau berkata, "Pada setiap shalat farîdhah dan nâfilah."


Hukum Meninggalkan Qunût karena Tidak Suka

Kalau kita meninggalkan doa qunût dalam shalat karena benci atau tidak suka, maka shalat kita dipandang tidak sah.

عَنْ وَهْبِ بْنِ عَبْدِ رَبِّهِ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ع قَالَ مَنْ تَرَكَ الْقُنُوتَ رَغْبَةً عَنْهُ فَلَا صَلَاةَ لَهُ.

Dari Wahb bin ‘Abdi Rabbih, dari Abû ‘Abdillâh as berkata, "Siapa yang meninggalkan doa qunût karena dia tidak menyu-kainya, maka tidak ada shalat baginya."


Tidak ada Doa yang Ditentukan dalam Qunût 

عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ الْفَضْلِ قَالَ سَأَلْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ ع عَنِ الْقُنُوتِ وَ مَا يُقَالُ فِيهِ فَقَالَ مَا قَضَى اللَّهُ عَلَى لِسَانِكَ وَ لَا أَعْلَمُ فِيهِ شَيْئاً مُوَقَّتاً

Isma‘il bin Al-Fadhl berkata: Saya bertanya kepada Abû ‘Abdillâh as mengenai doa qunût dan apa yang mesti diucapkan padanya. Kemudian beliau berkata, "Apa yang Allah tentukan atas lidahmu (terserah kamu), dan aku tidak mengetahui padanya ada sesuatu (doa) yang ditentukan."


عَنِ الْحَلَبِيِّ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ع عَنِ الْقُنُوتِ فِي الْوَتْرِ هَلْ فِيهِ شَيْ‏ءٌ مُوَقَّتٌ يُتَّبَعُ وَ يُقَالُ فَقَالَ لَا أَثْنِ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَ صَلِّ عَلَى النَّبِيِّ ص وَ اسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ الْعَظِيمِ ثُمَّ قَالَ كُلُّ ذَنْبٍ عَظِيمٌ

Dari Al-Halabi, dari Abû ‘Abdillâh as mengenai qunût dalam watir: Apakah ada padanya suatu (doa) yang ditentukan yang mesti diikuti? Kemudian beliau berkata, "Tidak, sampaikan saja pujian kepada Allah ‘azza wa jalla, shalawât bagi Nabi saw dan meminta ampun bagi dosa kamu yang besar." Kemudian beliau mengatakan, "Semua dosa (hukumannya) besar."


Kalau kita ingin berkata-kata dengan Allah dalam shalat dengan bahasa apa saja, maka pada waktu qunût -lah tempatnya.

عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ قَالَ قَالَ أَبُو جَعْفَرٍ الثَّانِي ع لَا بَأْسَ أَنْ يَتَكَلَّمَ الرَّجُلُ فِي صَلَاةِ الْفَرِيضَةِ بِكُلِّ شَيْ‏ءٍ يُنَاجِي بِهِ رَبَّهُ عَزَّ وَ جَلَّ.

Dari Muhammad bin 'Ali bin Al-Husain berkata: Abû Ja'far yang kedua as berkata, “Tidak mengapa seseorang berkata-kata dalam shalat farîdhah dengan segala sesuatu yang dengannya dia bermunajat kepada Rabb-nya ‘azza wa jalla.”

Dalam qunût boleh membaca sya‘ir yang mengandung doa seperti: Ilâhî ‘abdukal ‘âshî atâk, muqirran bidz dzunûbi wa qad da‘âk . (Wahai Tuhanku, hamba-Mu yang durhaka ini telah datang kepada-Mu, dengan mengaku dosa-dosa dan dia berdoa kepada-Mu).

Dalam membaca doa qunût itu tidak disyaratkan dengan mengangkat kedua tangan, dan tidak pula dengan mengucap-kan dzikir-dzikir atau doa-doa tertentu, tetapi boleh apa yang mengalir atas lidah kita, baik berupa dzikir kepada Allah maupun doa kepada-Nya untuk dunia atau akhirat, dan sekurang-kurangnya mengucapkan kalimat Subhânallâh sebanyak lima kali atau tiga kali, atau mengucapkan kalimat Bismillâhir rahmânir rahîm tiga kali, atau Alhamdu lillâh tiga kali bahkan cukup Subhânallâh atau seluruh dzikir satu kali.

Atau untuk qunût itu kita mengambil doa-doa yang terdapat dalam Al-Quran seperti:

رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَ هَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لاَ رَيْبَ فِيْهِ, إِنَّ اللهَ لاَ يُخْلِفُ الْمِيْعَادَ.

Rabbanâ lâ tuzigh qulûbanâ ba‘da idz hadaitanâ wa hab lanâ min ladunka rahmatan innaka antal wahhâb. Rabbanâ innaka jâmi‘un nâsi liyaumin lâ raiba fîh, innallâha lâ yukhliful mî‘âd.

Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau gelincirkan hati-hati kami setelah Engkau tunjuki kami, dan berilah kami rahmat dari sisi-Mu, sesunggunya Engkau maha pemberi. Wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkau akan mengumpulkan manusia pada suatu hari yang tidak ada keraguan padanya, sesungguhnya Engkau tidak mengingkari janji.

Jadi qunût itu boleh dengan bahasa selain bahasa Arab, akan tetapi tentu saja yang lebih baik adalah bahasa dan kalimat yang diriwayatkan dari Rasûlullâh dan Ahlulbaitnya.


Beberapa Contoh Doa Qunût dari Ahlulbait as

1-

اللَّهُمَّ إِلَيْكَ شُخِصَتِ اْلأَبْصَارُ، وَ نُقِلَتِ اْلأَقْدَامُ، وَ رُفِعَتِ اْلأَيْدِي وَ مُدَّتِ اْلأَعْنَاقُ، وَ أَنْتَ دُعِيْتَ بِاْلأَلْسُنِ، وَ إِلَيْكَ سِرُّهُمْ وَ نَجْوَاهُمْ فِي اْلأَعْمَالِ، رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَ بَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَ أَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَشْكُو إِلَيْكَ فَقْدَ نَبِيِّنَا، وَ قِلَّةَ عَدَدِنَا، وَ كَثْرَةَ عَدُوِّنَا، وَ تَظَاهُرَ اْلأَعْدَاءِ عَلَيْنَا، وَ وُقُوْعَ الْفِتَنِ بِنَا، فَفَرِّجْ ذَالِكَ اللَّهُمَّ بِعَدْلٍ تُظْهِرُهُ، وَ إِمَامِ حَقٍّ تُعَرِّفُهُ, إِلَهَ الْحَقِّ آمِيْنَ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Allâhumma ilaika syukhishatil abshâr, wa nuqilâtil aqdâm, wa rufî‘atil aidî wa muddatil a‘nâq, wa anta du‘îta bil alsun, wa ilaika sirruhum wa najwâhum fîl a‘mâl. Rabbanaftah bainanâ wa baina qauminâ bil haqqi wa anta khairul fâtihîn. Allâhumma innâ nasykû ilaika faqda nabiyyinâ, wa qillâta ‘adadinâ, wa katsrata ‘aduwwinâ, wa tazhâhural a‘dâi ‘alâinâ, wa wuqû‘al fîtani binâ. Fafarrij dzâlikallâhuma bi‘adlin tuzhhiruh, wa imâmi ‘adlin tu‘arrifuh, ilâhal haqqi ãmîna rabbal ‘âlamîn.

Ya Allah, kepada-Mu pandangan ditujukan, kaki-kaki dipindahkan, tangan-tangan diangkatkan, leher-leher dipanjangkan. Engkau dipanggil dengan berbagai lisan, kepada-Mu rahasia mereka dan bisikan mereka dalam perbuatan dihadapkan. Wahai Tuhan yang mengatur kami, bukakan antara kami dan antara kaum kami dengan kebenaran dan Engkaulah sebaik-baik yang membuka. Ya Allah, sesungguhnya kami mengadukan kepada-Mu ketiadaan Nabi kami, sedikitnya jumlah kami, banyaknya musuh kami, penguasaan musuh-musuh atas kami dan terjadinya fitnah-fitnah pada sekitar lingkungan kami, maka lapangkanlah hal yang demikian itu dengan keadilan yang Engkau tampakkan dan imam keadilan yang Engkau kenalkan, wahai Tuhan kebenaran, kabulkanlah wahai pemilik alam semesta.


2-

اللَّهُمَّ لَكَ أُخْلِصَتِ الْقُلُوْبُ, وَ إِلَيْكَ شُخِصَتِ اْلأَبْصَارُ, وَ أَنْتَ دُعِيْتَ بِالأَلْسُنِ, وَ إِلَيْكَ نَجْوَاهُمْ فِي اْلأَعْمَالِ, فَافْتَحْ بَيْنَنَا وَ بَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَشْكُو إِلَيْكَ غَيْبَةَ نَبِيِّنَا، وَ كَثْرَةَ عَدُوِّنَا, وَ قِلَّةَ عَدَدِنَا، وَ هَوَانَنَا عَلَى النَّاسِ, وَ شِدَّةَ الزَّمَانِ, وَ وُقُوْعَ الْفِتَنِ بِنَا. اللَّهُمَّ فَفَرِّجْ ذَالِكَ بِعَدْلٍ تُظْهِرُهُ، وَ سُلْطَانِ حَقٍّ تَعْرِفُهُ

Allâhumma laka ukhlishatil qulûb, wa ilaika syukhishatil abshâr, wa anta du‘îta bil alsun, wa ilaika najwâhum fil a‘mâl. Faftah bainanâ wa baina qauminâ bil haqq. Allâhumma innâ nasykû ilaika ghaibata nabiyyinâ, wa katsrata ‘aduwwinâ, wa qillâta ‘adadinâ, wa hawânâ ‘alan nâs, wa syiddataz zamân, wa wuqû‘al fîtani binâ. Allâhumma fafarrij dzâlika bi‘adlin tuzhhiruh, wa sulthâni haqqin ta‘rifuh.

Ya Allah, karena-Mu semua hati diikhlaskan, kepada-Mu segala penglihatan ditujukan, Engkau diseru dengan berbagai bahasa, dan kepada-Mu bisikan mereka dalam perbuatan dihadapkan, maka bukakanlah antara kami dan antara kaum kami dengan kebenaran. Ya Allah, sesungguhnya kami mengadukan kepada-Mu ghaibnya Nabi kami, sedikitnya jumlah kami, banyaknya jumlah musuh kami, rendahnya kami dalam pandangan manusia, kerasnya zaman, dan timbulnya fitnah-fitnah pada lingkungan kami. Ya Allah, lapangkanlah yang demikian itu dengan keadilan yang Engkau tampakkan dan penguasa kebenaran yang Engkau kenalkan.


3-

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَ ارْحَمْنَا وَ عَافِنَا وَ اعْفُ عَنَّا فِي الدُّنْيَا وَ اْلآخِرَةِ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Allâhummaghfîr lanâ warhamnâ wa ‘âfînâ wa‘fu ‘annâ fîd dun-yâ wal ãkhirah, innaka ‘alâ kulli syai`in qadîr.

Ya Allah, ampunilah kami, rahmatilah kami, kuatkanlah kami dan maafkanlah kami di dunia dan akhirat, karena sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.


4-

اللَّهُمَّ أَنْتَ اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الْحَلِيْمُ الْكَرِيْمُ, لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ, سُبْحَانَكَ رَبِّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَ رَبِّ اْلأَرَضِيْنَ السَّبْعِ, وَ مَا فِيْهِنَّ وَ مَا بَيْنَهُنَّ وَ رَبِّ الْعَرْشِ اْلعَظِيْمِ, يَا اللهُ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ, صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ, وَ اغْفِرْ لِي وَ لِوَالِدَيَّ وَ لِجَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ, إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.

Allâhumma antallâhu lâ ilâha illâ antal halîmul karîm, lâ ilâha illa antal ‘aliyyul ‘azhîm, subhânaka rabbis samâwâtis sab‘i wa rabbil aradhînas sab‘i, wamâ fîhinna wamâ bainahunna wa rabbil ‘arsyil ‘azhîm. Yâ Allah, laisa kamitslihi syai`, shalli ‘alâ muhammadin wa ãli muhammad, waghfir lî wa liwâlidayya wa lijamî‘il mu`minîna wal mu`minât, innaka ‘alâ kulli syai`in qadîr.

Ya Allah, Engkau Allah tidak ada tuhan selain Engkau yang maha santun lagi maha mulia, tidak ada tuhan selain Engkau yang maha tinggi lagi maha agung, maha suci Engkau pemilik langit-langit yang tujuh dan pemilik bumi-bumi yang tujuh, dan segala yang ada padanya serta segala yang ada di antaranya dan pemilik singgasana yang agung. Ya Allah, tidak ada sesuatu yang semisal Dia, curahkanlah shalawât bagi Muhammad dan keluarga Muhammad, dan ampunilah segala dosa bagiku, bagi kedua orang tuaku dan bagi semua kaum yang beriman lelaki dan perempuan, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.


Qunût Nabi saw dalam Shalat Witir 

اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيْمَنْ هَدَيْتَ, وَ عَافِنِي فِيْمَنْ عَافَيْتَ, وَ تَوَلَّنِي فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ, وَ بَارِكْ لِي فِيْمَا أَعْطَيْتَ, وَ قِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ, فَإِنَّكَ تَقْضِي وَ لاَ يُقْضَى عَلَيْكَ, سُبْحَانَكَ رَبَّ الْبَيْتِ, أَسْتَغْفِرُكَ وَ أَتُوْبُ إِلَيْكَ, وَ أُؤْمِنُ بِكَ وَ أَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ, لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ يَا رَحِيْمُ

Allâhummahdinî fîman hadait, wa ‘âfinî fîman ‘âfait, wa tawallanî fîman tawallait, wa bârik lî fîmâ a‘thait, wa qinî syarra mâ qadhait, fainnaka taqdhî walâ yuqdhâ ‘alaik, subhânaka rabbal bait, astaghfiruka wa atûbu ilaik, wa u`minu bi-ka wa atawakkalu ‘alaik, lâ haula walâ quwwata illâ bika yâ rahîm.

Ya Allah, tunjukilah aku pada kalangan orang yang Engkau tunjuki, kuatkanlah aku pada kalangan orang yang Engkau kuatkan, tolonglah aku pada kalangan orang yang Engkau tolong, berkatilah aku pada apa yang telah Engkau berikan, jagalah aku dari keburukan yang Engkau tentukan, karena sesungguhnya Engkaulah yang menentukan dan tidak ditentukan atas-Mu, maha suci Engkau wahai pemilik Al-Bait, aku memohon ampun dan bertobat kepada-Mu, aku beriman kepada-Mu dan bertawakkal kepada-Mu, tidak ada daya dan tidak ada kekuatan selain dengan-Mu wahai yang maha penyayang.


Istighfâr Tujuh Puluh Kali

أَسْتَغْفِرُ اللهَ رَبِّي وَ أَتُوبُ إِلَيْهِ

Astaghfirullâha rabbî wa atûbu ilaih.

Aku memohon ampun kepada Allah Tuhanku, dan aku bertobat kepada-Nya, sebanyak tujuh puluh kali.


Setelah membaca istighfâr , lalu membaca kalimat berikut sebanyak tujuh kali:


هَذَا مَقَامُ الْعَائِذِ بِكَ مِنَ النَّارِ

Hâdzâ maqâmul ‘â`idzi bika minan nâr.

Inilah waktu berdiri orang yang berlindung kepada-Mu dari api neraka.


Adalah ‘Ali bin Husain Sayyidul ‘Âbidîn as mengucapkan: Al-‘afwa al-‘afwa (mohon maaf, mohon maaf ) sebanyak tiga ratus kali dalam witir pada waktu sahur.

Kesimpulannya doa qunût baik di shalat farîdhah atau shalat witir tidaklah ditentukan, namun penekannya dalam shalat witir dengan istighfâr dan dalam shalat farîdhah dengan doa biasa.


عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ عَنِ الصَّادِقِ ع أَنَّهُ قَالَ الْقُنُوتُ فِي الْوَتْرِ الِاسْتِغْفَارُ وَ فِي الْفَرِيضَةِ الدُّعَاءُ

Dari 'Abdurrahmân bin Abî 'Abdillâh dari Al-Shâdiq as berkata, "Qunût dalam shalat witir adalah istighfâr dan dalam shalat farîdhah doa."


Doa atas Musuh 

Dalam qunût , baik pada shalat witir atau shalat yang lainnya boleh mendoakan atas musuh, dan kita sebutkan nama-namanya, dan jika tahu nama bapaknya, sebutkan pula.


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ هِلَالٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ع فِي حَدِيثٍ قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ ص قَدْ قَنَتَ وَ دَعَا عَلَى قَوْمٍ بِأَسْمَائِهِمْ وَ أَسْمَاءِ آبَائِهِمْ وَ عَشَائِرِهِمْ وَ فَعَلَهُ عَلِيٌّ ع بَعْدَهُ.

Diriwayatkan dari ‘Abdullâh bin Hilâl dari Abû ‘Abdillâh dalam sebuah hadîts telah berkata, "Sesungguhnya Rasûlullâh saw membaca qunût dan mendoakan atas suatu kaum dengan menyebutkan nama-nama mereka dan nama-nama bapak mereka dan suku-suku mereka, dan ‘Ali as melakukan hal itu setelahnya."


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سِنَانٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ع قَالَ تَدْعُو فِي الْوَتْرِ عَلَى الْعَدُوِّ وَ إِنْ شِئْتَ سَمَّيْتَهُمْ وَ تَسْتَغْفِرُ

Dari ‘Abdullâh bin Sinân, dari Abû ‘Abdillâh as berkata, "Kamu berdoa dalam shalat witir atas musuh, dan apabila kamu mau, kamu sebutkan (nama-nama) mereka, dan kamu ber-istighfâr."

(Abu-Zahra/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita:

Index »

KULINER

Index »

LIFESTYLE

Index »

KELUARGA

Index »

AL QURAN

Index »

SENI

Index »

SAINS - FILSAFAT DAN TEKNOLOGI

Index »

SEPUTAR AGAMA

Index »

OPINI

Index »

OPINI

Index »

MAKAM SUCI

Index »

PANDUAN BLOG

Index »

SENI