Pesan Rahbar

Home » » Mengenal Tradisi Menikah Di Negara-negara Arab

Mengenal Tradisi Menikah Di Negara-negara Arab

Written By Unknown on Sunday 15 May 2016 | 22:19:00

Pesta henna di Maroko. (Foto: moroccanmaryam.typepad.com)

Jeleknya lagi, mahar di negara-negara Arab terbilang mahal.

Ada beragam tradisi dalam prosesi pernikahan termasuk di negara-negara Arab.

Pesta henna di dunia Arab seperti pesta bujang di negara-negara Barat. Dalam acara ini calon pengantin perempuan dirias kedua telapak hingga pergelangan tangannya. "Henna biasanya berlangsung satu hingga dua pekan sebelum malam pernikahan," kata Nada Darwisy, pemilik butik City Bride di Arab Saudi, kepada Al-Arabiya.

Perayaan ini dihadiri kerabat dan teman-teman mempelai wanita dan tentu saja pelukis henna. Makanan, minuman, dan tarian disajikan.

Tradisi ini juga menular ke suku Melayu di Indonesia, dikenal dengan malam pacar. Bedanya, malam pacar ini berlaku sehari sebelum akad nikah. Biasanya mertua dari pihak lelaki ikut menyaksikan.

Lalu ada tarian zafin, terutama di pesta-pesta pernikahan di Libanon. Tarian ini buat menhyambut kehadiran pasangan pengantin saat malam resepsi.

Di Arab Saudi, para penari zafin menandu pengantin perempuan di atas pundak mereka menuju kursi pelaminan. Di negara Kabah ini, pesta pernikahan dipisah antara pesta kaum adam dengan khusus untuk perempuan. "Pernikahan di Saudi sangat mewah dan mahal," ujar Nada. "Tiap pengantin perempuan ingin malam resepsi mereka unik."

Tari zafin ini juga dipakai orang-orang Melayu di Riau.

Gaun dipakai pengantin perempuan Arab disebut kaftan, panjangnya hingga semata kaki dan berlengan panjang. Pengantin wanita bisa mengganti kaftan hingga tujuh kali selama pesta pernikahan.

Pengantin Arab juga mengenal bulan madu. Orang-orang pedesaan di Mesir jarang melakoni hal ini. Mereka biasanya tinggal di rumah selama sepekan sebelum menerima kerabat dan kawan datang membawa kado, makanan, dan pasokan lainnya. Namun di perkotaan, pasangan pengantin merayakan malam pertama di hotel sebelum pergi ke tempat melancong, seperti Laut Merah atau luar negeri.

Kebiasaan orang Arab adalah menikah dengan satu suku. Selain untuk menjaga keturunan, agar harta warisan tidak jatuh ke suku lain. Ini membuat perempuan-perempuan Arab tidak memiliki banyak pilihan. Kalau sampai menikah dengan lelaki suku lain bisa bermasalah.

Seorang mahasiswa Indonesia di Kota Muktah, Yordania, bercerita ada gadis setempat kesengsem dengan lelaki Indonesia. Keduanya saling suka, tapi karena tradisi kawin sesuku asmara mereka terputus. "Lelakinya diancam mau dibunuh," kata sumber itu kepada Albalad.co Mei lalu.

Selain itu masih menggunakan sistem perjodohan. Lelaki dan perempuan bakal tidur seranjang tidak saling mengenal dan bahkan belum pernah bertemu. Urusannya bisa berabe.

Seperti terjadi Arab Saudi November tahun lalu. Seorang pria menceraikan istrinya di pesta pernikahan. Dia kecewa setelah melihat wajah pengantin perempuan lantaran tidak secantik dia bayangkan.

Jeleknya lagi, mahar di negara-negara Arab terbilang mahal. Inilah membikin banyak perempuan di sana menjadi perawan tua. Hiba Ziad, gadis asal Kota Gaza, bilang kepada Albalad.co tiga tahun lalu, mahar diminta keluarga perempuan dari kelas menengah rata-rata US$ 7 ribu. "Kalau gadis gurun US$ 2 ribu saja cukup."

Sebab itu, kata Hiba, banyak pasangan pengantin menikah dengan berutang. "Setelah menikah, perhiasan dipakai sebagai mahar kawin dijual lagi buat melunasi utang," tuturnya.

Tradisi mestinya tidak membuat orang terhalang menjalankan sunnah nabi, termasuk soal menikah. Imam Ali bin Abi Thalib saja cuma bermodal baju perang besi murah saat melamar Fathimah, putri Nabi Muhammad.

(Al-Balad/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: