Pesan Rahbar

Home » » Kedudukan Masjid Dalam Menjelaskan Permasalahan Aqidah

Kedudukan Masjid Dalam Menjelaskan Permasalahan Aqidah

Written By Unknown on Thursday 25 August 2016 | 22:31:00


Mendirikan shalat 10 Dzulhijjah memiliki keutamaan yang sangat luar biasa, seperti yang disebut dalam kitab Mafatihul Jinan.

Penanggung jawab urusan masjid di Kasyan, Hujjatul Islam Hasan San’atkar menjelaskan bahwa masjid adalah tempat yang menjadi basis hidayah di dalam masyarakat Islami, dimana para auliya Ilahi selalu berhubungan dengan masjid, dan melalui basis ini juga yang membantu mereka dalam memberikan hidayah kepada masyarakat, selain itu yang karena keistimewaan dan pentingnya masjid, sampai-sampai Rasulullah saww pada masa awal hijrahnya membangun masjid Quba yang berada 8 Km dari kota Madinah.

Beliau juga menyinggung tentang kemuliaan dan keagungan bulan Dzulhijjah, dimana pada bulan ini kita akan menyaksikan peristiwa-peristiwa besar yang bersejarah, di antaranya ialah hari Arafah, Idul Adha dan Idul Ghadir.

Lebih lanjut Hujjatul Islam Hasan San’atkar juga menyinggung tentang pentingnya menghidupkan shalat pada 10 Dzulhijjah di masjid. Beliau mengatakan, mendirikan shalat 10 Dzulhijjah memiliki keutamaan yang sangat luar biasa, seperti yang disebut dalam kitab Mafatihul Jinan.

Menurut beliau, shalat pada 10 Dzulhijjah sama halnya dengan mengingat dan mengabarkan tentang wilayat Ali bin Abi Thalib as, beliau menjelaskan, sebagaimana dalam surat Al-a’raf ayat 142 disebutkan “Dan kami telah menjanjikan kepada Musa selama 30 malam, dan kami sempurnakan jumlah malam itu dengan (10 malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam, dan Musa berkata kepada saudaranya (yaitu) Harun, “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku dan perbaikilah (dirimu dan kaummu), dan janganlah engkau mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan”.

Kita juga menyaksikan hal ini dalam “Hadits Manzilah” dimana Rasulullah saww berkata kepad Imam Ali as “apakah engkau tidak ridha, bahwa engkau di sisiku sebagaimana kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja setelahku tidak ada Nabi lagi”.

(Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: