ilustrasi
Slogan berbunyi ”Matilah Amerika” terus bergema usai salat Jumat di Teheran. Presiden Iran, Hassan Rouhani yang dikenal sebagai presiden moderat menjelaskan bahwa suara warga Teheran itu bukan ditujukan kepada warga Amerika Serikat (AS).
Dalam sebuah wawancara di program “60 Minutes” di CBS, Rouhani menegaskan, slogan itu ekspresi warga Iran terhadap tindakan agresif AS di masa lalu. Menurutnya, Iran tidak berniat untuk perang atau mencari musuh.
Dalam wawancara yang akan disiarkan hari Minggu 20 September 2015 di AS, Rouhani mengatakkan, kebijakan Washington yang menyakiti Teheran di masa lalu tidak pernah bisa dilupakan warga Iran. Slogan “Matilah Amerika” itu sejatinya ekspresi perasaan warga Iran atas kejadian di masa lalu.
Sejak Rouhani menjadi Presiden Iran, negara itu mulai terbuka pada negara-negara Barat. Puncaknya, Iran mencapai kesepakatan nuklir dengan enam negara kekuatan dunia (AS, Rusia, Inggris, Jerman, Prancis, dan China) beberapa bulan lalu. Kesepakatan itu membuat Iran bersedia mengekang program nuklirnya dengan kompensasi pencabutan embargo negara-negara Barat pada Iran.
Meski Presiden Rouhani telah menjelaskan soal slogan “Matilah Amerika” yang terus bergema di Teheran, banyak kalangan masih skeptis. Terlebih, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dalam setiap pidatonya bertekad untuk menghancurkan Amerika.
”Slogan ini yang dinyanyikan bukan slogan terhadap rakyat Amerika. Orang-orang kami menghormati orang-orang Amerika,” kata Rouhani. ”Orang-orang Iran tidak mencari perang dengan negara manapun.”
”Tapi pada saat yang sama kebijakan Amerika Serikat telah melawan kepentingan nasional rakyat Iran, itu bisa dimengerti bahwa orang akan menunjukkan kepekaan terhadap masalah ini,” lanjut Rouhani.
”Ketika orang-orang bangkit melawan Shah (rezim Iran yang digulingkan dalam revolusi Islam), Amerika Serikat agresif mendukung Shah sampai saat-saat terakhir. Dalam perang delapan tahun (Iran) dengan Irak, Amerika juga mendukung Saddam,” ujar Rouhani.
”Orang-orang tidak akan melupakan hal-hal ini. Kita tidak bisa melupakan masa lalu, tetapi pada saat yang sama pandangan kita harus menuju masa depan,” imbuh dia.
(Satu-Islam/CBS/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email